- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.* * *
Revan dan Iqbal segera mengambil air wudhu sebelum ikut meruqyah Arsyad untuk yang kedua kalinya. Persiapan sudah sepenuhnya diatur oleh Nadin, Ruby, dan Reva. Ketiga wanita itu nantinya akan berjaga di sekitaran luar rumah, ketika proses ruqyah kedua berlangsung. Jadi untuk proses ruqyah kali itu, akan sepenuhnya di tangani oleh Karel, Samsul, Revan, dan Iqbal.
I Wayan Landra dan Ni Nyoman Sekar terus memerhatikan semua hal yang disiapkan oleh para anggota tim itu. Begitu pula dengan Ketut, Ayu, dan Gede. Mereka sama sekali tidak mengalihkan perhatian dari semua hal sampai yang paling kecil sekalipun. Seakan mereka ingin tahu, apa saja kegunaan semua hal yang disediakan oleh para anggota tim di hadapan mereka.
"Kenapa mereka sepertinya butuh banyak sekali air, Bu Erni?" tanya Ni Nyoman Sekar, agak pelan.
"Air-air itu akan mereka gunakan untuk meruqyah Arsyad, Bu Nyoman. Seperti yang tadi pertama kali kita lihat bersama. Tapi kali ini, mungkin proses ruqyahnya akan jauh berbeda dari yang tadi. Sehingga kebutuhan airnya juga jauh lebih banyak dari sebelumnya," jawab Erni.
Ni Nyoman Sekar dan I Wayan Landra pun mengangguk-anggukkan kepala dengan kompak. Keduanya tampak mengerti dengan jawaban yang baru saja Erni berikan. Ketut kemudian mengangkat tangannya, sehingga kini Yunus maupun Erni menatap ke arahnya.
"Maaf, Pak ... Mek ... kalau boleh saya ikut bertanya, ruqyah itu apa, ya? Uhm ... apakah bisa dijelaskan?" tanya Ketut.
"Oh, ruqyah itu adalah pengobatan dalam Agama Islam, Nak Ketut. Ruqyah itu biasanya dilakukan dengan membacakan ayat-ayat Al-Qur'an atau doa-doa untuk meredakan gangguan atau penyakit yang sebabnya berasal dari gangguan jin, sihir, dan 'ain atau mata jahat. Ruqyah bisa digunakan untuk menyembuhkan sakit fisik ataupun sakit mental. Hanya saja, yang bisa melakukan ruqyah biasanya hanya orang-orang tertentu yang memang sudah mempelajari ilmunya. Tidak semua orang bisa melakukannya, terutama jika hatinya tidak benar-benar mempercayai pertolongan Allah sepenuhnya," jelas Yunus.
Ketut, Gede, dan Ayu pun akhirnya juga bisa memahami hal yang akan dilakukan terhadap Arsyad sebentar lagi. Saat Revan dan Iqbal sudah siap, Nadin, Reva, dan Ruby segera bersiap untuk keluar dari rumah. Mereka membawa senjata masing-masing, agar bisa melakukan sesuatu apabila akan ada serangan tak terduga saat sedang berjaga.
"Seperti biasa, mari tetap berkomunikasi meski kita sedang mengerjakan pekerjaan secara terpisah," pinta Karel.
"Ya. Insya Allah akan kami pastikan kalau komunikasi kita tidak akan terputus. Kalian berempat berkonsentrasi saja terhadap Arsyad dan proses ruqyahnya. Apa pun yang terjadi di luar rumah akan menjadi urusan kami bertiga," tanggap Ruby.
Ketiga wanita itu pun segera berjalan menuju pintu depan dan menutupnya kembali saat sudah berada di luar. Keberadaan Gede dan Ketut di rumah itu tidak boleh ketahuan oleh Made, karena itu hanya akan membuat keduanya berada dalam masalah besar. Maka dari itu pintu rumah tersebut selalu diupayakan agar tertutup rapat, dan hanya akan terbuka kecuali jika ada yang akan keluar atau masuk.
Tubuh Arsyad yang masih sangat lemah segera diangkat oleh Revan. Revan kini duduk di belakangnya, sambil menopang tubuh itu agar bisa duduk meski masih lemah. Samsul dan Iqbal mengambil posisi di bagian kanan dan kiri, sementara Karel mengambil posisi di hadapan Arsyad yang kini telah ditopang oleh Revan.
"Dek Arsyad, kamu bisa mendengar suara kami?" tanya Karel, ingin memastikan lebih dulu.
"Bi--bisa, Kak," jawab Arsyad, lirih dan terbata-bata.
"Alhamdulillah," ucap Samsul, Karel, Iqbal dan Revan.
"Kalau begitu kami akan memulai proses ruqyah selanjutnya, ya. Kalau kamu merasakan sakit disekujur tubuhmu saat proses ruqyah berlangsung, teriak saja. Jangan ragu-ragu. Kalau kamu nanti merasa ingin memuntahkan sesuatu, maka muntahkan saja. Jangan ragu. Semua itu memang bagian dari proses ruqyah yang akan kami lakukan padamu. Jadi, kamu tidak perlu takut dan harus berupaya untuk melawan apa pun yang sekiranya ada di dalam tubuhmu tanpa kamu tahu. Kamu paham, 'kan, Dek Arsyad?" tanya Karel, sekali lagi.
"I--iya, Kak. In--Insya Allah, a--aku pa--paham."
Karel pun menatap ke arah Revan, memberinya tanda untuk memulai upaya ruqyah terhadap Arsyad. Revan pun memusatkan konsentrasinya sambil memeras handuk yang terendam dalam sebaskom air yang ada di dekatnya, sebelum memulai upaya ruqyah tersebut. Samsul, Iqbal, dan Karel mengangkat kedua tangan masing-masing.
"A'udzubillahi minasy-syaithanirrajim. Bismillahirrahmanirrahim. Alhamdulillaahi rabbil 'aalamiin. Ar-rahmaan nirrahiim. Maaliki yawmid-diin. Iyyaaka na'budu wa iyyaaka nasta'iin. Ihdinash-shiraatal mustaqiim. Shiraatal-laziina an'amta 'alaihim ghayril maghduubi 'alaihim wa ladh-dhaaalliin."
"Aamiin," lirih Samsul, Iqbal, dan Karel.
"Allaahu laa ilaaha illaa huwal hayyul qayyuum, laa ta' khudzuhuu sinatuw wa laa nauum, lahuu maa fis samaawaati wa maa fil ardh, man dzalladzii yasyfa'u 'indahuu illaa bi idznih, ya'lamu maa baina aidiihim wa maa khalfahum, wa laa yuhiithuuna bisyai im min 'ilmihii illaa bimaa syaa', wasi'a kursiyyuhus samaawaati wal ardh, wa laa ya uuduhuu hifdzuhumaa, wa huwal 'aliyyul 'azhiim."
Revan meniup ubun-ubun Arsyad sebanyak tiga kali, lalu menyeka kening dan wajahnya dengan handuk basah yang sudah ia peras.
"ARRRGGGGHHHHHH!!! SAKIT!!!" teriak Arsyad.
Karel segera memegangi kedua kaki Arsyad agar tidak berontak. Iqbal dan Samsul juga segera memegangi kedua tangan Arsyad sekuat tenaga. Yunus dan Erni berusaha tenang saat mendengar teriakan putra mereka.
Namun justru yang lainnya saat itu mulai merasa tidak tenang, akibat kaget ketika Arsyad mulai berteriak kesakitan."Pak Yunus ... Bu Erni ... apakah kalian tidak akan menghentikan yang sedang mereka lakukan? Sepertinya Arsyad sangat kesakitan," ujar I Wayan Landra, sedikit panik.
"Justru hal itu sebaiknya jangan dihentikan, Pak Wayan. Jika Arsyad berteriak kesakitan, berarti memang ada sesuatu dalam tubuhnya yang harus dikeluarkan oleh mereka sampai benar-benar tuntas. Kalau dihentikan, maka Arsyad tidak akan memiliki kesempatan untuk terlepas dari leak yang mengincarnya," jawab Yunus.
"Tapi, apakah itu akan berlangsung lama, Pak Yunus? Apakah Arsyad akan terus kesakitan seperti itu?" Gede ikut bertanya dengan wajah pucat.
"Iya, Nak Gede. Bisa jadi agak lama, tapi bisa jadi juga cepat selesai prosesnya. Intinya, proses ruqyah itu tidak boleh diganggu ataupun dihentikan. Percayakan saja pada mereka, karena mereka sudah lebih tahu harus melakukan apa untuk membantu Arsyad," jawab Erni.
Revan terlihat baru saja selesai menyeka seluruh wajah Arsyad. Ayu tampak terkejut, saat melihat kalau wajah Arsyad sudah tidak sepucat yang tadi terlihat oleh mereka.
"Oh, Sang Hyang Widhi. Wajah Arsyad sudah tidak sepucat tadi. Lihat itu," tunjuk Ayu, agar Ketut dan Gede ikut melihat ke arah Arsyad.
Ketut dan Gede langsung menangkupkan kedua tangan masing-masing dan meletakkannya di depan kening sambil menutup kedua mata mereka.
"Matur suksma, Sang Hyang Widhi. Matur suksma atas anugerah-Mu kepada teman kami," lirih mereka, berusaha mendoakan yang terbaik untuk Arsyad.
* * *

KAMU SEDANG MEMBACA
LEAK
Horror[COMPLETED] Seri Cerita SETAN Bagian 7 Setelah kembali dari perjalanan bulan madu, Revan harus segera kembali bekerja bersama keenam anggota timnya. Kota yang mereka tuju kali itu adalah Bali. Di sana, seseorang yang tengah terbaring di atas tempat...