Chapter 3.

29.4K 2.7K 20
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Gadis itu menggembungkan pipi, bibir mungilnya mengerucut, tangannya di lipat didepan dada, alisnya menukik dengan tatapan yang dibuat setajam mungkin.

"Tuan Putri, marah denganku?"

Akasia menggeleng cepat. "Aku hanya kesal." Ia memalingkan wajah.

Emma tersenyum, mengelus lembut puncak kepala Akasia penuh sayang. "Maaf, Tuan Putri. Aku hanya tidak ingin terjadi hal buruk pada Tuan Putri."

Akasia menunduk sedih, "Tapi aku hanya ingin menghirup udara segar."

Emma turut sedih mendengarnya. Sebenarnya, Ia tidak tega melarang Akasia untuk ikut ke Pasar lagi tapi Emma benar-benar takut Gadis itu kembali terlibat masalah dengan Penduduk sekitar apalagi Prajurit Istana.

Bahaya sekali kalau tudung yang menutupi rambut Akasia tersibak sedikit saja. Emma tahu, Penduduk Negeri Forresaina benar-benar membenci kehadiran seorang Anak Terkutuk.

Bahkan begitu isu yang disebarkan Pelayan Istana mengenai kelahiran Akasia sebagai bayi terkutuk yang merupakan keturunan dari King Elliot, Rakyat ramai-ramai menyerukan protes agar King Elliot segera menghilangkan nya.

Karena itulah, Emma benar-benar takut.

"Maaf, Tuan Putri. Saya tidak bisa mengizinkan mu keluar."

"Baiklah.." Sahut Akasia pasrah.

Tidak ingin melihat wajah tertekan Akasia, Emma masih berusaha menghibur. "Saya akan membawa hadiah sebagai gantinya, bagaimana?"

"Tidak perlu, Nanny. Simpan saja uangnya. Jangan memanjakan ku dengan uang hasil kerja kerasmu." Ujar Akasia mengulum senyum manis, menunjukkan pada Emma jika Ia baik-baik saja.

"Tapi, aku--"

"Nanny, aku tidak mau membuatmu kesusahan. Kamu mau merawat ku saja, aku sudah sangat berterimakasih."

Emma termenung mendengarnya, Akasia lagi-lagi berhasil menyentuh hati nya dengan kata-katanya yang penuh makna. Gadis itu tampak lebih dewasa dari usianya.

"Eh, Nanny? Mengapa kau menangis?! Apa aku melukaimu?" Tidak terasa air mata yang disimpan baik di pelupuk matanya lolos begitu saja di hadapan Akasia, Ia lekas mengusapnya.

"Ah, tidak. Aku baik-baik saja, Tuan Putri." Ucapnya seraya tersenyum.

Akasia tahu, senyuman itu ditunjukkan untuk menyembunyikan perasaan yang sebenarnya.

Emma Claire adalah seorang Putri Baron yang di usir Keluarganya lagi setelah memutuskan untuk Menikah dengan seorang Pria dari kalangan rakyat biasa.

Namun sayang, Pernikahan itu harus berakhir tepat setelah satu tahun berjalan, entah karena apa. Untuk melanjutkan hidup, Emma akhirnya bekerja menjadi seorang Pelayan di Istana.

Become An Antagonist (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang