Chapter 2.

43.8K 3.7K 13
                                        

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







Bagaikan batu kristal yang paling jernih, iris amber rose itu menatap keindahannya sendiri dari balik pantulan cermin.

Surai keemasan panjangnya yang bergelombang diikat ala pony tail, mata bulat dipayungi bulu mata lentik berwarna sama dengan rambutnya, hidung mungil mancung, pipi chubby kemerahan dan bibir mungil yang penuh.

Memang benar ciri fisik Akasia Rosalie Amber hampir sama dengan Akasia Fumiko, mereka bak pinang di belah dua. Karena hal itu juga, popularitas nya sebagai seorang Aktris semakin naik.

Banyak spekulasi beredar di Internet yang mengatakan kalau Akasia Fumiko merupakan Reinkarnasi dari Akasia Rosalie Amber.

Namun Akasia memilih bungkam dengan konspirasi yang membawa-bawa namanya itu. Ia hanya disibukkan pada rutinitas nya padat.

Tapi kini, saat Ia menjadi Akasia Rosalie Amber. Hidupnya yang tenang kembali, meski itu tidak akan bertahan lama. Namun setidaknya Akasia bisa beristirahat sejenak dari gemerlap nya lampu sorot.

"Bagaimana? Tuan Putri, menyukai Gaunnya?" Pertanyaan Emma menyentak Akasia dari lamunannya.

Ah, Ia sampai lupa tujuannya melihat cermin. Gaun berwarna merah muda berenda sepanjang mata kaki itu tampak sangat cocok dipadukan dengan kulit putih pucat nya.

"Ini sangat cantik. Tapi, Nanny, darimana kau dapat uang untuk membeli Gaun ini?" Tanya Akasia.

"Aku dan Tuan Theodore mendapat pekerjaan baru di Desa sebelah." Ucap Emma, tersenyum.

"Nanny, sebaiknya kalian menggunakan uangnya untuk keperluan kalian saja. Kalian telah bekerja keras, mengapa aku yang menikmati hasilnya."

Emma terbelalak mendengar kalimat yang tanpa terkendali keluar dari mulut Akasia. Namun Emma akhirnya hanya tersenyum saja mendengarnya, Nona nya memang tampak sangat dewasa padahal usianya baru saja menginjak 5 Tahun.

"Tuan Putri, sangat berarti bagi kami. Anda seorang Putri, sudah seharusnya kau memakai Gaun cantik." Ucap Emma tulus.

Mendengarnya, Akasia terdiam lama. Mata bulatnya menjadi berkaca-kaca, menjadi sangat emosional mendengar perkataan Emma, mungkin ini perasaan asli dari pemilik tubuh.

"Peluk aku, Nanny!" Emma tersenyum, menundukkan tubuhnya menyamakan tingginya dengan Akasia.

Ia merangkul Gadis mungil itu ke dalam pelukan hangatnya, mencurahkan kasih sayangnya pada Gadis yang sudah Ia urus sejak bayi.

"Nanny, terima kasih sudah menerimaku. Aku menyayangimu." Perkataan yang di gumam 'kan Akasia membuat tubuh Emma sejenak menegang.

"Aku juga menyayangimu, Tuan Putri."

"Oh ya, Tuan Putri. Ayo, anda juga harus menunjukkannya pada Tuan Theodore, dia sangat bersemangat tadi." Emma mengurai pelukannya.

"Kalau begitu, ayo!" Tangan mungilnya menggenggam tangan Emma dan menariknya dengan tidak sabar untuk segera menunjukkan penampilannya pada Theodore.

Become An Antagonist (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang