- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.* * *
Made segera membuka ponsel ketika mendengar nada dering kesukaannya. Ia--yang saat itu sedang menonton salah satu serial di Netflix melalui laptopnya--langsung mengalihkan perhatian untuk membaca pesan yang masuk. Pesan itu berasal dari sebuah nomor baru yang sama sekali tidak ia kenal. Ia membukanya. Kedua matanya mendadak membola dengan jantung bedebar hebat, usai membaca isi pesan tersebut.
+62 821-7717-7177
Ampura, napi dados tiang nunas uyah ne kidik?Ponsel yang tengah ia tatap itu hampir saja terlempar dari genggamannya, akibat rasa kaget yang tak bisa ia sembunyikan. Kalimat dalam pesan itu sama persis dengan kalimat yang biasa diucapkan oleh leak yang sedang mencoba mengincar seseorang. Peristiwa yang terjadi pada malam Hari Raya Nyepi di depan Pura Dalem pun kembali teringat dalam pikiran Made. Ia ingat betul bahwa saat itu dirinya bersama Ketut, Gede, dan Arsyad sama-sama melihat seorang Nenek yang sedang ngelekas. Proses ngelekas itu sudah hampir berhasil terjadi dan Nenek itu telah hampir berubah menjadi leak, apabila prosesnya tidak terganggu oleh keberadaan mereka. Hal itu membuatnya gemetar hebat, sambil mencoba mematikan ponselnya agar tak perlu menampilkan pesan yang tadi Ia buka.
"Tidak. Tidak mungkin itu adalah pesan yang dikirimkan oleh leak. Mana ada leak bisa punya ponsel? Meski ini zaman modern, tetap saja kemungkinan leak memiliki ponsel bukanlah kemungkinan yang bisa aku yakini. Pasti ada seseorang yang sedang mengerjai aku. Aku harus cari orang itu. Dia pasti ada di sekitar sini!" gumam Made, merasa yakin.
Made pun segera keluar dari kamarnya dengan terburu-buru. Tak peduli dengan tatapan aneh dari para pekerja di rumahnya, Made terus saja berjalan menuju pintu depan dan keluar untuk mencari keberadaan orang yang mengirim pesan kepadanya. Ia menatap sekeliling area depan rumahnya dengan jeli, sampai akhirnya tatapannya tertuju pada orang-orang yang sedang berada di warung milik Ni Komang Astika. Ia menyadari kalau itu adalah orang-orang yang diundang oleh orangtua Arsyad dari luar Pulau Bali. Keduanya tampak sedang berbicara dengan Ayu dan terlihat begitu akrab.
Hal tersebut membuat Made menjadi curiga. Ia bergegas menyeberangi jalanan di Dusun Tengah, agar bisa sampai ke warung milik Ni Komang Astika. Ni Komang Astika saat ini terlihat sedang membungkuskan beberapa makanan ringan yang dibeli oleh ketiga orang tersebut. Made berusaha tetap tenang dan berpikir untuk ikut membeli sesuatu saat tiba di sana.
"Ayu, sedang apa?" sapa Made.
Ayu pun berbalik dan mencoba tersenyum santai ke arah Made.
"Made. Aku sedang mengantar kedua Bli ini berbelanja pada Mek Astika. Pak Wayan yang meminta aku untuk mengantar mereka, agar mereka tidak tersesat di dusun kita," jawab Ayu.
Made pun menatap ke arah Iqbal dan Revan, lalu mencoba tersenyum meski agak canggung. Revan dan Iqbal hanya mengangguk sekilas, lalu kembali fokus pada belanjaan mereka yang sedang dihitung totalnya.
"Kamu mau belanja juga, Made?" Ayu balas bertanya.
"Uhm ... ya ... iya ... aku mau belanja juga. Aku ... itu ... butuh cemilan buat nonton. Kebetulan aku sedang nonton di rumah, jadinya ada yang kurasa kurang karena cemilan di rumah sudah habis," jawab Made, gugup akibat agak sedikit kurang persiapan.
"Oh, begitu ternyata. Tapi, kenapa kamu sepertinya sedang mencari-cari sesuatu? Dari tadi kamu terlihat menatap terus ke sana-ke mari."
Made tak menduga kalau Ayu akan memerhatikan gerak-geriknya. Hal itu membuatnya menyesal, karena sejak tadi ia tidak berusaha menutupi tingkah lakunya yang pasti terlihat cukup aneh.
"Oh ... itu ... aku cari Ketut dan Gede. Tadi kami sempat berpapasan di rumah Arsyad ketika pergi menjenguk. Tapi kami belum sempat bicara sama sekali. Makanya, aku pikir siapa tahu mereka masih ada di sekitaran sini, jadinya aku mencari-cari," jelas Made, agar tak lagi terlihat aneh di mata Ayu.
"Ketut dan Gede? Kalau tidak salah, mereka sudah pulang sejak tadi dari rumah Arsyad. Ketut pulang bersama kedua orangtuanya dan Gede pulang sendirian. Mereka sepertinya tidak ke mana-mana lagi hari ini setelah menjenguk Arsyad. Mereka terlihat sangat sedih setelah melihat kondisi Arsyad yang melemah," ujar Ayu.
"Oh, begitu rupanya. Ya ... aku juga tadi merasa sedih saat melihat kondisi Arsyad. Aku tidak menyangka kalau Arsyad akan mengalami sakit mendadak seperti itu, sehingga dia sama sekali tidak bisa bangun dan bahkan tidak bisa menggerakkan anggota tubuhnya. Itu mengerikan, tapi juga membuat kita penasaran soal apa penyebabnya," balas Made, berupaya untuk terlihat bersimpati.
Ayu mencoba menahan geramnya dalam hati. Ia benar-benar benci dengan kebohongan yang sedang diutarakan oleh Made saat itu. Sayangnya, ia sama sekali tidak bisa mengungkapkan kegeramannya tersebut kepada Made, karena harus menjaga Ketut dan Gede agar tidak terancam. Iqbal kini menatap ke arah Made, setelah mengambil kantong belanjaannya lebih dulu daripada kantong belanjaan milik Revan.
"Kalau kata Pak Wayan, kemungkinan sakitnya Arsyad itu adalah akibat teror dari leak. Menurut kamu, Dek Made, apakah mungkin leak bisa meneror seseorang tanpa alasan? Kalau memang, iya, apa sebabnya? Tidak mungkin segala sesuatu terjadi tanpa ada sebab, 'kan?" tanya Iqbal, sambil memasang wajah sedikit bingung.
Diberi pertanyaan mendadak seperti itu jelas membuat Made agak sedikit gelagapan. Ia merasa seakan baru saja ditanya karena Iqbal sudah tahu kalau dirinya adalah penyebab sakit yang terjadi pada Arsyad. Tapi saat Made menatapnya lebih lama, wajah Iqbal sama sekali tidak menyiratkan bahwa dia sudah tahu soal perbuatannya pada Arsyad dua malam lalu. Revan mendekat dan langsung merangkul Iqbal seperti biasanya. Pria itu tetap memasang wajah datar dan dingin, karena itu adalah hobinya.
"Intinya kata Pak Wayan, kalau memang sakitnya Arsyad terjadi karena teror dari leak, maka sudah pasti bukan hanya satu orang yang akan diincar oleh leak tersebut. Jadi, kemungkinan bukan hanya Arsyad yang bisa menjadi korban. Akan ada korban selanjutnya setelah Arsyad dan kata Pak Wayan, biasanya hal itu bisa terjadi dalam waktu yang berdekatan," ujar Revan, dengan sengaja.
"Kalau begitu, haruskah kita berharap bahwa orang selanjutnya segera didatangi oleh leak itu, Bli?" tanya Ayu, sama sengajanya dengan Revan. "Ya ... mungkin saja hal itu akan membuat pekerjaan Bli berdua menjadi lebih ringan, jika berhasil menemukan leak yang meneror tersebut melalui korban selanjutnya."
Wajah Made pun memucat seketika. Keringat dingin langsung bercucuran di wajahnya tanpa ia sadari, usai mendengar apa yang Ayu harapkan mengenai korban selanjutnya yang akan didatangi oleh leak.
"Kalau itu, biar nanti kita lihat ke depannya, Dek Ayu. Ayo, sebaiknya kita segera kembali ke rumah Pak Yunus. Kita harus mendampingi Arsyad agar bisa melewati malam ini, dengan harapan agar dia bisa segera terlepas dari sakitnya," ajak Iqbal, berpura-pura tidak melihat wajah pucat Made saat itu.
* * *

KAMU SEDANG MEMBACA
LEAK
Horror[COMPLETED] Seri Cerita SETAN Bagian 7 Setelah kembali dari perjalanan bulan madu, Revan harus segera kembali bekerja bersama keenam anggota timnya. Kota yang mereka tuju kali itu adalah Bali. Di sana, seseorang yang tengah terbaring di atas tempat...