kemaren aku tiba tiba dapet masalah, jadi gabisa up sesuai yang aku bilang di ch. maaf yaa.
Happy Reading!
✦◌✦
🤎🐻Hari sudah menjelang sore, warna orange dari sinar matahari mulai mendominasi luasnya langit. Seharian ini, para wanita telah menghabiskan sebagian waktu mereka di rumah kaca milik Gloria, dengan minum teh bersama ditemani topik perbincangan yang seakan tak pernah habis.
Sedangkan untuk para pria, saat ini mereka tengah mengisi aktifitas dengan bersantai di ruangan Weimin. Setelah tadi bermain billiard bersama dengan para remaja yang juga ikut bergabung.
Suara ketukan terdengar pada pintu ruangan Weimin, menarik atensi perbincangan ringan yang sedang berlangsung hangat di dalam ruangan itu.
"Masuk." Weimin membuka suara, sembari meletakkan secangkir kopi yang baru saja ia minum.
Pintu ruangan terbuka, menampilkan wajah bulat Lou yang menyembul dari balik pintu. Tersenyum lebar, anak itu langsung membawa langkahnya memasuki ruangan.
"Papa~" panggilan Lou mengalun merdu, menyapa candu di pendengaran Levan yang langsung merentangkan tangan menyambutnya.
Senyum langsung terbit di wajah Weimin dan Leovan yang memperhatikan. Keduanya saling melempar pandang, dengan Weimin yang menampilkan wajah bangga melihat perlakuan manis Levan pada sang cucu.
"Sudah ganti baju?" Levan mengangkat Lou keatas pangkuan, membawa tubuh mungil si bayi yang mengenakan hoodie lucu kedalam dekapan tubuh besarnya.
"Sudah sama Mama~" Lou mendongak, menatap lugu sang Papa yang tengah menghirup aroma bayi dari tubuhnya.
"Papa."
"Hm?" Jemari panjang Levan bergerak menyingkap poni depan Lou, dengan sepasang mata tajamnya membalas tatapan si bayi.
Plester penurun panas sudah tak lagi menghiasi dahi bayi itu, karena kondisinya yang begitu cepat membaik setelah terus dipaksa untuk minum obat.
"Lou mau minta izin, boleh tidak?"
"Minta izin untuk apa?"
Lou menggoyangkan lengan Levan. "Papa jawab dulu, boleh atau tidak?"
"Katakan dengan jelas."
Lou segera menunduk, saat menyadari bahwa raut wajah sang Papa perlahan berubah datar.
"Lou mau ikut Kakak." cicit Lou, memainkan kedua tangan mungilnya.
"Kemana?"
"Ke supermarket, sama Kak Lion sama Kak Dave."
"Untuk apa kesana?" Leovan ikut bertanya, merasa heran saat mendengar jika Dave anaknya yang paling pemalas tiba-tiba saja mau keluar.
Lou menoleh pada Leovan, lalu kemudian kembali menunduk. "Kakak bilang mau beli camilan buat nanti malam." jawabnya masih dengan suara kecil.
Sebenarnya, Dave ataupun Lion itu sama-sama pemalasnya. Namun karena tadi mereka kalah dari Ravel dan Darel saat bermain game, mereka kini terpaksa harus menuruti keinginan keduanya untuk keluar membeli camilan serta minuman soda kaleng.
Dan entah bagaimana bisa, Lou secara tidak sengaja mendengar percakapan Lion dan Dave. Hingga anak itu langsung merengek untuk ikut.
"Cucu Opa sangat ingin ikut?" Weimin sedikit menunduk, mencoba menatap wajah Lou yang terlihat mengangguk.

KAMU SEDANG MEMBACA
LOUISE
Teen FictionLouise Wang namanya, bocah manja nan cengeng berusia 13 tahun. Si bungsu pecinta susu strawberry, dan akan mengaum layaknya bayi beruang saat ia sedang marah. Lou, hanyalah seorang anak yang selalu menginginkan perhatian lebih. Namun karena kedua or...