12 | Yang Terjadi

634 76 22
                                        

- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.

* * *

Karel segera meminta air dalam botol yang saat itu masih dipegang oleh Nadin. Ia segera mendekat pada Gede yang masih shock, akibat melihat wujud yang baru saja akan mengganggu Arsyad.

"Ini, Dek. Minum dulu," ujar Karel.

Ketut dan Ayu segera membantu Gede untuk minum air pemberian Karel. Setelah hampir habis setengah botol, barulah Gede terlihat kembali tenang seperti sediakala dan tak lagi gemetar hebat. I Wayan Landra dan Ni Nyoman Sekar jelas langsung tahu mengenai Nenek yang tadi disebut-sebut oleh Gede. Sejak awal mereka memang sudah curiga soal sesuatu yang sedang mengincar Arsyad. Namun mereka tidak menduga kalau hal itu akan mengarah pada sesuatu yang sangat buruk.

"Kami sudah lihat bukti rekaman yang Nak Ayu ambil dua malam lalu. Sekarang katakan, apakah Odah yang Gede maksud adalah ...." Ni Nyoman Sekar tak mampu melanjutkan ucapannya.

"Iya, Mek. Itu benar," jawab Ketut, meski belum benar-benar jelas bagi sebagian orang di rumah itu.

"Ratu Betara! Bagaimana bisa sampai begitu? Ceritakan semuanya, jangan ada lagi yang kalian sembunyikan," paksa I Wayan Landra, sambil menahan amarahnya.

Ruby menatap ke arah Reva dan Nadin, lalu menatap ke arah Karel dan Samsul yang masih diam saja. Tampaknya semua orang dalam tim itu saat ini sedang berusaha menyimak segalanya. Tidak ada satu pun dari mereka yang ingin buka suara, sebelum segalanya jelas dari sisi Ketut ataupun Gede.

Ayu langsung memberi tanda pada Ketut untuk segera bicara. Urusan menenangkan Gede akan menjadi urusannya. Ketut pun paham dengan apa yang Ayu inginkan. Ia segera kembali menatap ke arah I Wayan Landra, karena tidak ingin membuatnya lebih marah lagi akibat menunggunya bicara.

"Made ada masalah dengan Arsyad di kampus. Arsyad sudah minta maaf pada Made, karena dia sadar bahwa dirinya adalah orang yang membuat Made malu. Tapi meski Arsyad sudah meminta maaf berulang-ulang kali, Made tetap tidak mau memaafkannya. Made justru mendendam dan berniat memberi balasan pada Arsyad," Ketut memulai.

Semua orang mendengarkan dengan seksama, tanpa ada yang berani menyela.

"Nah, malam itu, saat kami ditugaskan menjadi pecalang dan tengah berpatroli ke wilayah selatan ini, Made mengatakan secara terbuka bahwa dia akan menyeret Arsyad dan membawanya sampai kuburan, apabila Arsyad keluar dari rumahnya di malam Nyepi. Kami sudah berusaha mencegah dan menasehati Made, tapi Made bersikeras akan melakukannya apabila dia melihat Arsyad. Dia yakin kalau Arsyad akan keluar dari rumah, karena Arsyad beragama Islam yang tidak mungkin benar-benar patuh pada adat budaya kita. Tiang dan Gede berharap kalau itu tidak akan terjadi, tapi nyatanya Arsyad memang ada di luar rumah malam itu dan sedang duduk di teras samping. Entah apa yang sedang Arsyad lakukan saat itu, kami tidak sempat melihatnya dengan jelas. Made langsung mendekat pada Arsyad dan menyeretnya sambil membekap mulut Arsyad agar tidak bersuara. Tiang dan Gede berusaha mati-matian menghentikan Made, tapi langkah kami sudah terlalu jauh dan akhirnya masuk ke area kuburan."

"Lalu, apa yang terjadi saat kalian sampai di area kuburan?" tanya Ni Nyoman Sekar, sambil menahan takut.

"Saat tiang dan Gede sedang berdebat dengan Made, Mek, mendadak ada suara benda jatuh tepat di belakang kami. Kami berempat berbalik, termasuk juga Arsyad yang mulutnya masih dibekap oleh Made. Saat Gede menyenter ke arah benda yang jatuh itu, kami sama-sama melihat bahwa itu adalah kemangmang. Karena panik, akhirnya kami lari semakin dalam ke area kuburan, sampai akhirnya tiba di Pura Dalem. Kami ingin masuk ke sana untuk sembunyi, tapi pagar Pura Dalem itu terkunci sehingga kami tidak bisa masuk. Kami akhirnya terdiam di depan Pura Dalem itu tanpa melakukan apa-apa. Tapi tidak lama kemudian, kami mendengar suara seperti kain yang sedang dipukul-pukul berulang kali ke tanah. Asal suara itu terdengar dari pohon besar yang ada di samping Pura Dalem. Made langsung mengarahkan senternya ke pohon itu, sehingga akhirnya kami sama-sama melihat kalau di sana ada seorang Odah yang sedang ngelekas. Odah itu sudah hampir berubah menjadi Leak ketika kami melihatnya. Lalu setelah itu, Odah itu mungkin merasa terganggu oleh keberadaan kami dan langsung berlari ke arah kami berempat sambil tertawa sangat melengking."

"Dan kalian akhirnya lari dari depan Pura Dalem?" tanya I Wayan Landra.

"Iya, Pak. Kami akhirnya lari dari depan Pura Dalem karena panik dengan kedatangan Odah itu. Kami keluar dari area kuburan, tapi terlambat sadar kalau kami keluar hanya bertiga tanpa Arsyad," jawab Ketut, apa adanya.

"Apa, Nak? Arsyad tidak bersama kalian saat keluar dari kuburan?" kaget Erni, tak dapat menyembunyikan rasa shocknya.

"Iya, Mek. Kami benar-benar tidak sadar, kalau Arsyad tidak bersama kami saat itu. Tiang dan Gede berusaha ingin kembali ke area dalam kuburan, tapi Made menahan kami dan mengancam akan berteriak agar warga yang sedang sembahyang menjadi terganggu. Made tahu persis, kalau kami akan dihukum karena telah melanggar aturan ketika menjadi pecalang. Maka dari itu kami hanya bisa menunggu di perbatasan, sampai akhirnya Arsyad keluar sendiri dari area kuburan. Tiang dan Gede segera memeriksa keadaannya, sambil bertanya tentang apa saja yang terjadi di dalam sana selama tidak bersama kami. Arsyad baru akan menjawab, saat Made menyuruhnya diam secara tiba-tiba dan mulai mengancam kami satu-persatu. Akhirnya Arsyad memilih diam saja, karena tidak mau tiang dan Gede terseret dalam masalahnya dengan Made."

"Ya Allah, anakku," lirih Erni, yang kemudian kehilangan tenaganya.

Erni langsung jatuh lemas tak sadarkan diri di sisi Yunus, setelah mendengar semua cerita itu. Yunus menangkap tubuh istrinya dan membaringkannya ke sofa kosong dibantu oleh Ni Nyoman Sekar, Ruby, dan Reva.

"Ya Allah, Bu. Sadar. Jangan begini, Bu. Arsyad butuh kita di sampingnya saat ini. Jangan begini, Bu," mohon Yunus, merasa mati akal dengan keadaan saat itu.

"Sabar, Pak Yunus. Sabar, dulu. Biarkan kami yang mengurus Bu Erni. Bapak tenangkan dulu pikiran, sebelum nanti kami akan melakukan sesuatu untuk Arsyad," saran Samsul.

Setelah Yunus dibawa kembali duduk di tempatnya semula, Erni pun mulai diurus sepenuhnya oleh Reva dan Ruby. Tatapan Revan yang masih ada di sisi tempat tidur Arsyad kini terarah pada Ketut.

"Made itu, orang yang tadi sempat datang ke sini bersama Pak Sulastra, 'kan?" tanya Revan.

"Iya, Bli. Itu benar. Dia yang tadi datang ke sini bersama Pak Sulastra, sebelum saya datang menjenguk Arsyad," jawab Ketut.

Revan pun mengangguk-anggukkan kepalanya, pertanda bahwa dirinya kini sudah mengingat wajah Made meski baru satu kali bertemu. Ia segera menatap ke arah Iqbal, sehingga Iqbal langsung tersenyum konyol seperti biasanya.

"Ayo, aku ingin berjalan-jalan sebentar denganmu dan salah satu dari mereka bertiga," ajak Revan.

"Oke! Aku siap!" sahut Iqbal, sangat cepat.

"Biar tiang saja yang pergi dengan Bli berdua. Kalau Bli berdua pergi bersama Ketut dan Gede, kemungkinan Made akan langsung curiga kalau mereka sudah mengatakan semua kebenarannya di sini," ujar Ayu.

"Ya, boleh saja. Kami sama sekali tidak akan keberatan, selama kamu akan menunjukkan pada kami yang mana rumahnya Made di Dusun Tengah ini," tanggap Revan, datar dan dingin seperti biasanya.

* * *

LEAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang