- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.* * *
"Diam dulu di sini. Sembunyi sebisa mungkin. Aku akan melihat-lihat dulu keadaan di dekat rumah Arsyad," ujar Ayu.
"Ya. Aku dan Ketut akan diam di sini sampai kamu kembali," janji Gede.
Ayu segera meninggalkan mereka berdua. Ia langsung melihat-lihat situasi di dekat rumah Arsyad. Ia sengaja menahan Ketut dan Gede di jalan bagian samping rumahnya selama beberapa saat, setelah tadi mereka memutuskan mengambil jalan memutar dari arah belakang. Ayu tidak mau kedua pemuda itu sampai bertemu dengan Made, yang mungkin saja sedang mengawasi rumah Arsyad dari jauh secara diam-diam. Meski tadi ia juga sedikit memberi ancaman kepada Ketut dan Gede soal bukti yang akan diserahkan tanpa kejujuran mereka, tetap saja ia tidak mau kalau niat jujur Ketut dan Gede yang sudah ia dapatkan harus dihalangi oleh Made. Baginya, membantu menyelamatkan nyawa Arsyad adalah hal utama yang harus ia lakukan dengan sangat hati-hati.
Setelah selesai mengamati situasi, Ayu pun kembali lagi ke bagian samping rumahnya seperti yang sudah dijanjikan. Sebisa mungkin ia memperlihatkan bahwa dirinya tetap tenang ketika berjalan. Ia tidak mau ada yang mendadak melihatnya dan berpikir bahwa ia terlihat panik atau gelisah akan sesuatu. Ia jelas tidak mau ada yang mencoba melapor pada Made, karena ada banyak sekali warga di Dusun Tengah itu yang kenal dekat dengan Made serta keluarganya. Gede dan Ketut menatapnya ketika datang. Mereka berharap ada kabar baik yang Ayu bawa, agar bisa memberikan jalan bagi mereka untuk melepaskan rasa bersalah terhadap Arsyad.
"Oke, keadaan aman. Tidak ada tanda-tanda keberadaan Made seperti tadi pagi di sekitaran wilayah selatan sini," ujar Ayu. "Ayo, sebaiknya kita langsung saja ke rumah Arsyad."
"Ya. Ayo," Ketut menyetujui ajakan tersebut.
Ketiganya keluar dari bagian samping rumah Ayu, lalu bergegas ke rumah Arsyad setengah berlari. Kepala Dusun, orangtua Arsyad, dan juga ketujuh anggota tim yang sedang bicara terlihat mengalihkan perhatian mereka ke arah ketiga orang tersebut. Ketiganya segera menangkupkan tangan di depan dada dengan sangat terburu-buru.
"Om Swastyastu," ucap mereka bertiga, kompak.
"Om Swastyastu," balas I Wayan Landra dan Ni Nyoman Sekar.
Ayu langsung menutup pintu rumah itu, agar tidak ada orang lain yang mencoba melihat ke dalam--terutama jika itu adalah Made. Semua orang tentunya bingung dengan tingkah mereka, namun sebisa mungkin mencoba untuk tetap tenang. Ayu memutuskan demikian, demi mencegah adanya halangan yang akan terjadi. Made tidak boleh sampai datang lagi ke rumah itu, sebelum mereka berhasil mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi.
"Maaf apabila kedatangan kami bertiga mengganggu Bapak dan Ibu, serta para tamu yang sedang hadir di sini," ucap Ayu, mewakili Ketut dan Gede yang tampak begitu gelisah.
Karel dan Ruby bisa melihat dengan jelas, kalau kedua pemuda itu terus mengamati situasi di luar melalui jendela.
"Tidak apa-apa, Nak Ayu. Tidak apa-apa. Silakan duduk," tanggap Erni.
"Iya. Silakan duduk, Nak," tambah Yunus.
Ketut, Ayu, dan Gede segera memilih duduk bersimpuh di atas karpet. Hal itu membuat I Wayan Landra dan istrinya mulai menduga-duga sesuatu. Gerak-gerik mereka terlihat seperti orang yang merasa bersalah. Apa yang mereka lakukan saat itu, tentunya bisa saja terkait dengan sakit mendadak yang sedang Arsyad alami saat ini.
"Kami mohon maaf sebelumnya, apabila kami terlambat mengatakan soal apa yang terjadi pada Arsyad," ujar Ketut, memulai lebih dulu.
"Kalian tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Arsyad?" tanya I Wayan Landra, ingin memperjelas.
"Betul, Pak. Kami tahu apa yang terjadi pada Arsyad, sehingga Arsyad mendadak sakit tanpa sebab seperti sekarang," jawab Gede.
Arsyad yang sedang terbaring di atas tempat tidur mendengar suara mereka. Ia ingin mencegah mereka bicara, agar tak perlu mendapat masalah dan berurusan dengan Made. Tapi kondisi Arsyad sangat lemah, bahkan untuk menoleh ke arah Ketut dan Gede pun ia harus melakukannya perlahan-lahan.
"Lalu, kenapa kalian baru mau bicara sekarang kalau memang sudah tahu sejak awal soal penyebab sakit mendadaknya Arsyad?" tanya I Nyoman Sekar.
"Maaf, Mek[1]. Bukan salah Ketut ataupun Gede dalam hal itu. Salahnya justru ada pada Made, Mek," jawab Ayu, mencoba menjelaskan.
"Made? I Made Satria, maksudmu?" I Wayan Landra kembali mencoba memastikan.
"Betul, Pak. I Made Satria, tiang[2] maksud. Made adalah orang yang menyeret Arsyad dua malam lalu, pada saat Hari Raya Nyepi sedang berlangsung. Arsyad diseret paksa oleh Made ke arah kuburan, meski Ketut dan Gede sudah berusaha keras menghentikannya. Tiang menyaksikan semuanya dari balik jendela kamar, Pak. Tiang pun sempat merekam semua kejadianya, meski tidak keseluruhan sampai ke kuburan sana. Tiang tidak berani keluar dari rumah, karena Hari Raya Nyepi masih berlangsung," jelas Ayu, apa adanya.
Ni Nyoman Sekar segera mengulurkan tangannya ke hadapan Ayu. Ayu pun paham bahwa dirinya harus segera menyerahkan ponselnya, agar bukti yang ia rekam bisa dilihat oleh semua orang. I Wayan Landra kini menatap ke arah Ketut dan Gede. Kedua pemuda itu jelas tahu keseluruhan kejadian yang menimpa Arsyad. Jadi bisa dibilang, mereka adalah saksi kunci dari peristiwa sakitnya Arsyad yang tidak diketahui asal-usulnya tersebut.
"Sekarang coba ceritakan, apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa Made sampai harus menyeret Arsyad sampai ke kuburan pada malam Nyepi?" tanya I Wayan Landra.
Ketut baru saja akan bicara, saat Gede mendadak menghentikannya. Gede terlihat gemetar hebat saat itu. Tatapannya tertuju pada ambang pintu belakang yang ada di dekat tempat tidur Arsyad. Revan dan Iqbal yang ada di dekat tempat tidur tersebut, seketika langsung melirik ke arah ambang pintu yang ditatap oleh Gede.
"Ada apa? Kamu kenapa? Gede? Jawab aku," pinta Ketut, sambil mengguncang-guncang tubuh Gede.
"I--itu ... itu ... Odah ... Odah ...."
"Odah siapa, Gede? Odah mana?" tanya Ayu.
Nadin merasakan energi negatif dan langsung meraih botol yang ada di hadapnnya. Karel dan Samsul ikut menatap ke ambang pintu seperti yang Nadin lakukan. Keduanya bersiap jika akan terjadi sesuatu yang tidak terduga. Namun saat ketiganya menatap ke arah yang sama, sosok yang dilihat Gede mendadak hilang tanpa sempat tertatap oleh mereka.
"Dia pergi! Dia langsung pergi saat kita bertiga akan menatapnya!" geram Samsul.
"Berarti dia tahu, bahwa kita bertiga bisa melihat wujudnya. Sehingga sebisa mungkin dia berusaha menghindari tatapan kita agar keberadaannya tetap aman," ujar Karel.
"Pertanyaanku adalah, bagaimana dia bisa tahu? Bukankah makhluk halus seharusnya tak pernah sadar apabila ada manusia berkelebihan yang bisa melihat keberadaannya?" heran Nadin.
"Kalau memang begitu, jawabannya pasti hanya satu. Yang datang barusan itu bukanlah makhluk halus," jawab Reva, sesuai dengan apa yang terlintas dalam pikirannya.
* * *
[1] Mek : Panggilan untuk wanita berusia baya, setara dengan panggilan ibu
[2] Tiang : Saya
SAMPAI JUMPA BESOK 🥰

KAMU SEDANG MEMBACA
LEAK
Horror[COMPLETED] Seri Cerita SETAN Bagian 7 Setelah kembali dari perjalanan bulan madu, Revan harus segera kembali bekerja bersama keenam anggota timnya. Kota yang mereka tuju kali itu adalah Bali. Di sana, seseorang yang tengah terbaring di atas tempat...