- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.* * *
Berita mengenai sakitnya Arsyad yang begitu mendadak dan tanpa sebab sudah tersebar di Dusun Tengah. Tersebarnya kabar itu membuat Made terus saja menegaskan pada Gede dan Ketut, untuk tidak buka mulut mengenai apa yang terjadi dua malam lalu terhadap Arsyad. Made bahkan terus memberi mereka ancaman, bahwa dirinya akan mengatakan pada warga dusun bahwa Ketut dan Gede sebenarnya adalah kaki tangan yang membantu dirinya menyeret Arsyad ke arah Pura Dalem di kuburan wilayah selatan dusun. Dengan begitu bukan hanya Made yang akan menerima hukuman sosial dari warga dusun tapi Ketut dan Gede pun akan ikut menerima hukuman yang sama.
Meski Ketut tidak takut terhadap Made dan siap-siap saja untuk membeberkan hal sebenarnya di depan kedua orangtua Arsyad ataupun para warga Dusun, namun ia harus memikirkan soal Gede. Gede adalah orang yang tidak punya keberanian besar seperti dirinya. Intimidasi dan ancaman dari Made membuat Gede selalu merasa ketakutan dan jadi lebih banyak diam, sejak terakhir kali mereka saling bertemu. Hal itulah yang membuat Ketut hanya bisa diam dan menahan geram sendirian. Mulutnya sudah tidak bisa ditahan, namun hati nuraninya--yang takut terjadi apa-apa kepada Gede jika sampai Made murka--sama sekali tidak bisa diajak bekerja sama.
Siang itu, Ketut dan Gede akhirnya bertemu lagi di persimpangan dusun. Keduanya sama-sama baru selesai mencari tahu soal tim yang datang ke rumah orangtua Arsyad, untuk memberi Arsyad bantuan. Gede jelas hanya diam saja, meski saat itu Ketut ada di sisinya. Raut wajah penuh ketakutan terlukis jelas ketika Ketut menatapnya. Membuat Ketut tahu, bahwa kemungkinan Made sudah mengancam lebih jauh lagi kepada Gede ketimbang ancaman sebelumnya.
"Made bilang apa lagi padamu? Apa lagi ancaman yang dia berikan agar kamu benar-benar tutup mulut mengenai kejadian malam itu?" tanya Ketut, langsung pada intinya.
Gede mengangkat wajahnya dan balas menatap ke arah Ketut.
"Dia enggak bilang apa-apa lagi setelah ...."
"Enggak usah bohong," potong Ketut, dengan cepat. "Aku tahu persis gelagatmu. Aku tahu persis kalau kamu sudah bertingkah begini, pasti ada hal yang sudah Made katakan tanpa aku tahu. Bilang saja. Apa yang diancamkannya padamu tanpa aku tahu?"
Gede mengusap wajahnya dengan kasar. Rasa takut itu semakin terlihat jelas di wajahnya yang mulai memucat.
"Dia ... dia bilang akan membongkar kesalahan Bapakku di depan seluruh warga dusun. Kamu tahu, 'kan, kalau Bapakku dulu pernah tidak sengaja salah mengalirkan dana bantuan dari pemerintah, sehingga aliran dana bantuannya jatuh ke tangan yang salah? Tapi hal itu ditutupi oleh Bapaknya Made dan Made sekarang menjadikan kesalahan Bapakku itu sebagai alat untuk mengancamku," jawab Gede, memutuskan untuk jujur pada Ketut.
Ketut mengepalkan tangannya kuat-kuat, kemudian meninju tembok pagar rumah warga yang ada di persimpangan itu dengan penuh emosi. Made benar-benar mengupayakan berbagai cara, agar perbuatannya terhadap Arsyad tidak terbongkar. Bahkan cara kotor sekalipun sepertinya akan dilakukan oleh Made, agar ia dan Gede tetap tutup mulut.
"Ada nyawa seseorang yang akan jadi taruhannya, kalau kita tetap tutup mulut. Nyawa Arsyad akan jadi taruhan, kalau kita mengikuti keinginannya Made. Kita harus lebih memikirkan itu, daripada nanti akan menyesal seumur hidup. Kalau sampai nyawa Arsyad tidak terselamatkan, maka secara tidak langsung kita ini adalah orang yang menjadi penyebab kematiannya. Sang Hyang Widhi tidak akan mengampuni kita. Kita akan dikutuk seumur hidup kalau tetap tutup mulut seperti ini," bujuk Ketut, agar Gede segera paham.
Gede menganggukkan kepalanya, meski raut wajah penuh ketakutan itu masih juga terlihat jelas bagi Ketut. Ia tahu bahwa saat ini Gede masih mengalami dilema, antara ingin bicara jujur atau tetap diam seperti yang Made perintahkan.
"Tapi bagaimana dengan Bapakku? Bagaimana kalau warga dusun akhirnya tahu, bahwa Bapakku pernah ...."
"Kalau warga dusun tahu soal kesalahan Bapakmu, itu artinya Bapakmu hanya perlu minta maaf."
Ketut dan Gede langsung menoleh ke arah datangnya suara itu. Seorang gadis mendadak muncul di depan mereka. Tampaknya gadis itu sejak tadi sudah mendengar semua pembicaraan yang terjadi antara Ketut dan Gede.
"A--Ayu? Ka--kamu ... sejak kapan kamu ada di situ? A--apakah kamu mendengar semua pembicaraan kami?" tanya Gede, semakin memucat.
Ayu pun menghela nafas untuk menenangkan dirinya. Ia berusaha keras untuk tidak memperlihatkan emosinya di depan Ketut ataupun Gede. Ia tahu persis, bahwa jika ia mengutarakan semuanya dengan penuh emosi, maka itu hanya akan memperburuk keadaan dan membuat Gede semakin enggan buka mulut.
"Mendengarkan pembicaraan kalian barusan ataupun tidak, aku sudah tahu semuanya sejak awal mengenai apa yang Made lakukan terhadap Arsyad," jawab Ayu.
Ketut dan Gede kini saling menatap satu sama lain, usai mendengar jawaban tersebut.
"Aku menyaksikan semuanya malam itu. Rumah Arsyad dan rumahku hanya berjarak dua rumah. Jadi mana mungkin aku tidak menyaksikan semuanya dua malam lalu, sementara jendela kamarku terletak di bagian depan rumah. Aku tahu kalau Made sengaja menyeret Arsyad menuju ke kuburan. Aku tahu kalian sudah berusaha keras menghentikan perbuatan Made terhadap Arsyad. Meski aku belum tahu apa yang sebenarnya terjadi ketika kalian sudah sampai di kuburan, setidaknya aku tahu bahwa apa yang membuat Arsyad sakit mendadak itu adalah hasil perbuatan Made."
Ayu memperlihatkan ponselnya kepada Ketut dan Gede.
"Semua buktinya ada di dalam sini. Aku merekamnya, meski tak sampai ke arah kuburan akibat terbatasi oleh larangan keluar rumah pada malam itu. Jadi, kalau kalian berdua hendak bicara jujur mengenai apa yang terjadi pada Arsyad sebenarnya di depan Kepala Dusun dan kedua orangtua Arsyad, maka aku akan menjadi saksi bagi kalian dan menyerahkan bukti ini agar Made tidak bisa menyeret kalian ke dalam masalah yang dia perbuat. Sekarang putuskan, mau bicara jujur secara terbuka atau aku akan memberikan bukti ini pada Kepala Dusun tanpa ada kejujuran dari kalian sehingga nanti kalian bisa saja dianggap kaki tangannya Made," tawar Ayu, secara baik-baik.
Ketut menatap Ayu begitu lama. Ia sama sekali tidak menemukan keraguan di dalam ucapan gadis itu, meski tahu bahwa dirinya nanti akan ikut berurusan dengan Made. Gede pun mulai merasa cukup lega. Dengan adanya bukti di tangan Ayu, sudah pasti Made tidak akan bisa melaksanakan ancamannya. Bukti itu adalah kunci bagi mereka, untuk membongkar hal jahat yang Made lakukan kepada Arsyad.
"Ya, kami setuju untuk bicara jujur di depan kedua orangtua Arsyad dan juga Kepala Dusun," putus Gede.
"Jadi, kapan sebaiknya kita menemui mereka?" tanya Ketut, kepada Ayu.
"Sekarang juga. Kebetulan tim yang dipanggil oleh kedua orangtua Arsyad saat ini sedang berkumpul di sana dan sedang mencoba mencari-cari informasi," jawab Ayu, mendukung sepenuhnya.
* * *

KAMU SEDANG MEMBACA
LEAK
Horror[COMPLETED] Seri Cerita SETAN Bagian 7 Setelah kembali dari perjalanan bulan madu, Revan harus segera kembali bekerja bersama keenam anggota timnya. Kota yang mereka tuju kali itu adalah Bali. Di sana, seseorang yang tengah terbaring di atas tempat...