T E L U

73.3K 1.9K 14
                                        

  Selamat datang dan selamat membaca

    ~~*~~

Dentingan sendok dengan piring mengiringi makan malam di kediaman juragan Jaya.

Putra sulungnya yang biasanya tak ikut makan malam, kini terlihat duduk di kursinya. Siapa lagi jika bukan Adinata Galih Adtmajaya.

"Mamah, Bimo mau ayam gorengnya lagi dong." Celetuk bocah laki-laki kecil yang duduk di samping mamahnya.

Bimo Alexander Adtmajaya- anak bungsu keluarga Admajaya.

"Ini," satu paha ayam goreng sudah tersaji di piringnya, membuat bocah yang masih duduk di bangku sekolah dasar tersebut tersenyum senang.

"Adinata."

"Nggih ayah?" Sendok dan garpu nya ia letakkan di piring, kepalanya menatap sang ayah yang duduk di samping nya.

"Tadi siang, ada yang bertamu ke rumah." Jaya membuka perbincangannya.

Pria paruh baya itu meminum air putih di gelasnya, sembari menatap wajah datar putra sulungnya.

Adinata sudah menebak alur pembicaraan ini, mau menyela juga tidak sopan.

Ia sangat menghormati ayah dan mamahnya.

"Katanya, putrinya ingin beriktikad baik menjadi istri mu."

Saras menatap wajah putranya was-was, semoga kali ini ia mendengar persetujuan bukan penolakan seperti sebelum-sebelumnya.

"Kamu mau toh Leh?"

Kan.

Sudah ia duga dari awal, pasti tentang menikah.

Adinata masih diam, ia meraih gelas air nya  yang sudah sisa setengah gelas.

"Kalau Adi menikah, mau dikasih makan apa anak orang yah?"

Alasan ini lagi.

Bahkan, jaya dan Saras sudah mual dengan alasan putranya ini.

"Kamu selalu merendahkan pekerjaan mu, Di. Apa belum cukup sebagai bos di bidang pertanian seperti mu untuk membina rumah tangga?" Pangkas jaya yang sudah muak dengan alasan putranya yang itu-itu terus.

Padahal, Adinata ini merupakan bos besar di perusahaan nya yang bergerak di bidang pertanian dan perkebunan.

Sejauh ini, putra sulungnya itu bahkan sudah mampu membangun sebuah rumah berlantai dua miliknya, memiliki mobil gagah yang harganya tak main-main, lalu apa lagi yang ditunggu.

Meskipun terlihat santai begitu, tapi Adinata selalu bekerja dalam diamnya.

Uangnya pun terus mengalir ke saldo rekening nya.

Jaya memijit pangkal hidungnya, kepalanya mulai pening.

"Tambah tahun, umurmu semakin bertambah Adi. Apa kamu mau, nanti punya anak di umurmu yang sudah tua?"

"Leh, calon istri sudah berdatangan ingin meminang mu, lalu apa lagi yang kamu tunggu?" Sahut nyonya besar Adtmajaya menimpali ucapan suaminya.

Si bocil Bimo menatap ayah, mamah dan Abang sulungnya bergantian.

Pipinya menggembung lucu mengunyah makanan di dalamnya, tangan kecilnya memegang paha ayam.

Matanya mengedip-ngedip polos.

Apa yang di bicarakan orangtuanya dan abangnya ini?

"Adi, masih trauma mah, yah."

Jaya menghela nafasnya lelah, "perempuan di dunia ini ndak hanya seperti bulek mu leh."

Istri kecil Tuan muda Adtmajaya {21+} END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang