8 | Mendapat Kabar Mengejutkan

633 64 11
                                        

- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.

* * *

"Kalau begitu Bu Erni ... Pak Yunus ... sebaiknya kami pulang ke rumah sebentar. Kami harus mengurus anak-anak di rumah, sekaligus mengabarkan pada warga soal sakitnya Arsyad. Kami akan kembali lagi ke sini setelah melakukan kedua hal itu," ujar Ni Nyoman Sekar.

"Iya, Bu Nyoman. Tidak apa-apa. Bu Nyoman dan Pak Wayan juga punya tanggung jawab di rumah terhadap anak-anak. Kami paham mengenai hal itu," tanggap Erni, berusaha untuk kuat.

"Bu Nyoman tenang saja. Insya Allah kami akan menemani Bu Erni di sini dan menenangkannya," janji Ruby.

"Selama Arsyad sedang kami tangani dan awasi, Insya Allah kami juga akan membantu Bu Erni dan Pak Yunus untuk melewati semuanya," tambah Reva.

"Baiklah jika demikian, Nak Ruby ... Nak Reva ... saya pulang dulu. Hubungi saja saya, jika memang ada apa-apa yang terjadi atau dibutuhkan," pesan Ni Nyoman Sekar.

Setelah meninggalkan rumah orangtua Arsyad, Ni Nyoman Sekar berjalan bersama I Wayan Landra menuju ke arah wilayah utara Dusun Tengah, tempat tinggal mereka. Mereka berjalan sambil sesekali mampir ke beberapa rumah warga untuk mengabarkan soal sakitnya Arsyad. Para warga yang mendengar kabar tersebut tentunya merasa kaget, lalu beberapa orang pun bergegas pergi ke rumah Yunus untuk menjenguk Arsyad. Mereka ingin tahu bagaimana kondisinya, terlebih karena mereka tahu bahwa sakitnya Arsyad adalah sakit yang terjadi tanpa sebab.

Ketika Ni Nyoman Sekar dan I Wayan Landra sampai di depan rumah orangtua Gede, keduanya kembali berhenti untuk menyampaikan kabar. Gede--yang saat itu sedang menyiapkan bahan untuk Ibunya membuat mejejaitan[1]--menatap ke arah keduanya diam-diam. Kedua orangtua Gede terlihat mendekat ke arah pagar, membuat Gede mulai ingin tahu soal apa yang akan disampaikan oleh Kepala Dusun.

"Om swastyastu[2], Pak Janu ... Bu Asti ...." sapa keduanya.

"Om swastyastu, Pak Wayan ... Bu Nyoman. Ada apa? Apakah ada yang terjadi? Kenapa tampaknya Pak Wayan dan Bu Nyoman terlihat sangat tidak tenang hari ini?" tanya Janu.

"Kami sengaja mampir ke sini, Pak Janu. Kami ingin memberi kabar mengenai salah satu warga dusun yang rumahnya di wilayah selatan, Pak," jawab I Wayan Landra.

"Ada apa dengan salah satu warga tersebut, Pak Wayan? Siapa orangnya? Apakah kami mengenalnya?"

"Iya, Pak Janu. Pak Janu dan Bu Asti mengenalnya. Yang kami maksud adalah Putra Pak Yunus dan Bu Erni, yaitu Arsyad."

Gede langsung berhenti mengurus bahan-bahan membuat mejejaitan untuk Ibunya. Mendengar nama Arsyad disebut-sebut oleh I Wayan Landra, membuatnya teringat dengan kejadian dua malam lalu di area kuburan.

"Nak Arsyad saat ini sedang mengalami sakit. Sakitnya terjadi secara mendadak sejak dua malam lalu. Demamnya tidak bisa turun dan tubuhnya semakin melemah. Sudah diperiksa oleh Dokter kemarin, tapi Dokter menyatakan bahwa Arsyad sama sekali tidak terkena penyakit apa-apa. Tidak ada kelainan juga pada dirinya setelah dicek melalui darahnya. Dan karena menurut Suami saya kalau sakitnya Arsyad kemungkinan terjadi akibat hal-hal mistis, Pak Yunus pun langsung meminta bantuan pada orang-orang dari luar Pulau Bali yang memiliki kelebihan. Saat ini keadaan Arsyad mulai sedikit lebih tenang, setelah ditangani oleh orang-orang yang Pak Yunus undang. Hanya saja, mereka masih mencari-cari petunjuk mengenai apa yang terjadi pada Arsyad sebenarnya," jelas Ni Nyoman Sekar.

Gede langsung berlari begitu saja dari halaman rumahnya dan sama sekali tidak berpamitan. Ia tidak mau menunda-nunda pergi ke rumah Arsyad, karena takut terjadi sesuatu pada pemuda itu. Ia mencoba menghubungi Ketut ketika sedang dalam perjalanan menuju wilayah selatan dusun. Ia merasa Ketut juga harus tahu mengenai kabar soal sakitnya Arsyad, karena malam itu Ketut juga ada bersama mereka di depan Pura Dalem.

"Halo, Gede. Ada apa? Tumben sekali kamu menelepon--"

"Arsyad sakit, Ketut! Arsyad sakit mendadak! Aku baru saja dapat kabarnya dari Pak Wayan dan Bu Nyoman yang bicara kepada Bapak Ibuku. Aku sekarang sedang menuju ke rumah Arsyad. Aku khawatir terjadi apa-apa padanya," jelas Gede, tanpa basa-basi.

Mendengar kabar itu, Ketut pun ikut merasa kaget. Ia segera keluar dari kamarnya dan mencari keberadaan orangtuanya. Ia juga ingin mengabari hal tersebut, karena ingin pergi menjenguk ke rumah Arsyad.

"Bagaimana cerita yang kamu dengar dari Pak Wayan dan Bu Nyoman, Gede? Coba ceritakan padaku," pinta Ketut.

"Intinya Arsyad mendadak mengalami sakit tanpa sebab, Ketut. Dokter sudah memeriksanya dan tidak ada kelainan apa pun. Menurut Pak Wayan itu adalah sakit yang diakibatkan oleh teror mistis. Kamu tahu sendiri, 'kan, apa yang kita lihat dua malam lalu di depan Pura Dalem? Sudah pasti itu adalah penyebab sakitnya Arsyad, Ketut. Tidak ada yang lain," ujar Gede, mulai kalang kabut.

"Maksudmu, Arsyad sakit gara-gara diincar oleh Odah yang gagal ngelekas padahal sudah hampir berubah menjadi leak itu?" Ketut ingin memastikan.

"Iya, Ketut. Sudah jelas pasti itulah penyebabnya. Tidak mungkin ada penyebab lain. Kita hanya belum dengar cerita dari sisi Arsyad, bukan? Kita tidak tahu apa yang terjadi padanya malam itu, Ketut. Andai bukan karena ancaman Made, hal buruk itu tidak akan terjadi pada Arsyad."

"Kalau begitu kuncinya sekarang hanya satu. Kita harus jujur dan mengatakan semuanya. Baik itu di depan orangtua Arsyad ataupun di depan Kepala Dusun. Kita tidak bisa diam saja, Gede. Rasa bersalah akan menghantui kita selamanya, apabila sampai terjadi sesuatu yang buruk terhadap Arsyad. Aku akan bicara dengan kedua orangtuaku sekarang. Mungkin aku akan menjenguk Arsyad bersama mereka sebentar lagi," ujar Ketut.

"Ya sudah. Aku akan menunggumu di rumah Arsyad. Aku sudah hampir sampai. Kututup dulu teleponnya."

"Ya."

Setelah sambungan telepon itu terputus, Gede berupaya mencari jalan agar bisa masuk ke area rumah Arsyad. Sayangnya, saat itu banyak sekali warga yang datang untuk menjenguk, sehingga membuatnya tertahan sementara di seberang rumah bersama beberapa orang lainnya. I Wayan Landra dan Ni Nyoman Sekar tampak baru saja kembali datang ke rumah itu. Mereka segera diberi jalan dengan mudah, sehingga tak perlu tertahan seperti yang Gede alami.

Gede sudah bertekad akan mengatakan semuanya tanpa ada yang disembunyikan. Ia benar-benar takut kalau Arsyad tidak bisa diselamatkan, apabila ia tetap menutupi kebenaran yang terjadi dua malam lalu. Ketut benar soal rasa bersalah yang akan menghantuinya seumur hidup, jika tetap bungkam dan mematuhi keinginan Made. Untuk itulah ia membulatkan tekad dan berupaya tak mau peduli dengan ancaman yang pernah ia terima dari Made dua malam lalu.

Para warga yang sudah selesai menjenguk perlahan meninggalkan rumah orangtua Arsyad. Gede merasa gilirannya akan segera tiba, untuk masuk ke sana dan membicarakan semuanya. Namun sayang, Gede mendadak menghentikan langkahnya tepat pada saat sebuah pesan masuk ke ponselnya. Pesan itu berasal dari Made.

* * *

[1] Mejejaitan : Tradisi masyarakat Hindu Bali yang dilakukan untuk membuat sarana persembahyangan seperti banten atau sesaji. Mejejaitan dilakukan dengan menjahit potongan daun-daunan seperti janur, daun kelapa, daun enau, dan daun lontar yang telah dipotong-potong dan diringgit.

[2] Om Swastyastu : Ucapan salam dalam agama Hindu yang memiliki arti "semoga dalam keadaan selamat atas karunia dari Hyang Widhi".

LEAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang