7 | Langsung Menangani

727 78 11
                                        

- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.

* * *

I Wayan Landra kembali memeriksa keadaan Arsyad pagi itu, saat kembali datang ke rumah Yunus bersama istrinya. Kedua mata Arsyad masih semerah tadi, ketika Erni kembali ke sisinya. Erni masih menangisi keadaan Arsyad yang tak kunjung membaik. Ni Nyoman Sekar terus berada di sisinya untuk menenangkan, agar Erni tetap bisa tabah menghadapi cobaan atas diri Arsyad.

"Pak Yunus sudah lama perginya, Bu Erni?" tanya I Wayan Landra.

"Sudah, Pak Wayan. Suami saya pergi jam setengah empat ke bandara, untuk menjemput orang-orang yang kami undang. Mungkin sebentar lagi mereka akan sampai ke sini," jawab Erni, sambil menyeka airmatanya.

I Wayan Landra dan Ni Nyoman Sekar saling menatap satu sama lain. Ni Nyoman Sekar tahu, kalau suaminya juga sedang merasa gelisah atas keadaan Arsyad yang semakin parah saat itu. Tubuh Arsyad lebih lemas lagi dari kondisinya kemarin. Suhu tubuhnya terus meningkat dan sama sekali sudah tidak bisa digolongkan sebagai suhu demam yang normal. Keadaan Arsyad itu jelas membuat mereka resah. Mereka takut terjadi apa-apa pada Arsyad, sebelum Yunus dan orang-orang yang diundang itu belum datang.

"Demamnya semakin tinggi. Mungkin itu adalah penyebab kedua mata Arsyad menjadi merah pekat seperti itu," ujar I Wayan Landra.

"Apakah sebaiknya kita kompres lagi lebih lama, ya, Pak?" tanya Ni Nyoman Sekar.

"Sepertinya tetap akan percuma, Bu Nyoman. Saya sudah mengompresnya tanpa henti sejak kemarin. Tapi tetap saja suhu tubuhnya tidak menurun dan justru semakin naik secara tidak wajar," ujar Erni, apa adanya.

Ni Nyoman Sekar pun langsung mengusap punggung Erni dengan lembut. Perasaan Erni jelas lebih kacau daripada kemarin dan Ni Nyoman Sekar sangat menyadari hal itu.

"Yang sabar, Bu Erni. Yang sabar, ya. Sang Hyang Widhi pasti akan membantu kita. Sabarkan hati Bu Erni saat ini. Bu Erni harus kuat, karena Arsyad sangat butuh Ibu di sisinya," bujuk Ni Nyoman Sekar.

Deru mesin mobil akhirnya terdengar di halaman depan. Yunus benar-benar tiba bersama orang-orang yang diundangnya dari luar Pulau Bali. Karel adalah yang paling pertama menatap ke arah sekeliling area rumah itu, ketika akhirnya turun dari mobil. Nadin langsung bereaksi, karena merasakan energi negatif yang besar meski tidak diketahui di mana pusat dari energi negatif itu.

"Ada energi negatif yang besar, guys!" Nadin memberi peringatan.

"Langsung masuk saja kalau begitu. Kita harus segera melihat keadaan korban," saran Samsul.

"Mari, Nak. Lewat sini," ajak Yunus.

Mereka bertujuh segera masuk ke rumah Yunus. I Wayan Landra, Ni Nyoman Sekar, dan Erni pun sama-sama bangkit dari sofa yang tengah mereka duduki. Mereka pikir akan ada basa-basi saling sapa lebih dulu. Namun ternyata ketujuh orang itu langsung mengucap salam dan segera mendekat ke arah Arsyad tanpa membuang waktu.

"Assalamu'alaikum," ucap semuanya, kompak.

"Wa'alaikumsalam," jawab Erni dan Yunus.

Revan segera meraih tubuh Arsyad yang benar-benar lemas di atas tempat tidur. Iqbal membantunya, agar kepala Arsyad bisa dipangku oleh Revan bersama setengah tubuhnya.

"Astaghfirullah! Ya Allah, itu kedua matanya ...." Ruby tak bisa melanjutkan ucapannya akibat kaget.

"Sepertinya dia habis dicekik," ujar Iqbal.

Nadin dan Samsul bersiaga sambil menatap ke arah sekeliling area tempat tidur itu. Reva dan Ruby segera mengeluarkan beberapa botol air dan beberapa lembar handuk kecil dari dalam ransel masing-masing.

"Dicekik?" kaget Erni. "Tidak ada yang mencekiknya, Nak. Saya sendiri yang menjaganya dan tidak pernah pergi dari sisinya."

Karel pun menatap ke arah Erni, sebelum ia menangani Arsyad.

"Iya, Bu. Kami tahu. Tapi Dek Arsyad memang habis dicekik, Bu, meski bukan dicekik oleh manusia. Dia dicekik makhluk halus, jadi Ibu atau Bapak tidak akan bisa melihat siapa yang mencekiknya," jelas Karel.

Erni langsung menutup mulutnya akibat shock. Ni Nyoman Sekar berusaha menahan tubuh Erni, agar tidak limbung dan terjatuh.

"Astaghfirullah! Astaghfirullah! Apa yang terjadi sebenarnya pada anakku, Ya Allah?" tanya Erni, kembali menangis hebat.

"Sabar, Bu Erni. Sabar. Ayo, tenangkan dulu diri Bu Erni. Sabar," Ni Nyoman Sekar kembali membujuk.

Nadin menatap ke arah setiap sudut rumah itu, berharap bisa menemukan petunjuk ataupun pusat dari energi negatif yang dirasakannya. Sejak tadi tak ada satu pun yang bisa ia lihat. Dan Ia yakin, kalau hal itu bukan hanya terjadi pada dirinya sendiri.

"Belum ada kutemukan tanda-tanda keberadaan makhluk halus di rumah ini, guys. Hanya energi negatifmya saja yang aku rasakan," ujar Nadin.

"Ya, aku juga belum melihat apa-apa sejak tadi, Nad. Kamu beruntung karena tetap bisa merasakan energi negatifnya meski sedang tak bisa melihatnya. Setidaknya, hal itu membantu kita untuk tahu bahwa saat ini ada keberadaan makhluk halus di sekitar kita," sahut Samsul.

"Tapi rasanya tetap mengesalkan karena aku tidak bisa melihat wujudnya secara langsung, Sul," ungkap Nadin, jujur.

Revan menerima botol air yang sudah terbuka dan sebuah handuk kecil dari tangan Iqbal. Ia segera membasahi handuk tersebut dengan air, lalu mulai berdoa tepat di telinga kanan Arsyad.

"A'udzubillahi minasy-syaithanirrajim. Bismillahirrahmanirrahim. A‘udzu bi wajhillahil kariim wa bi kalimatillahit tammati lati la yujawizuhunna barrun wala faajirun min syarri maa yanzilu minas sama’i, wa min syarri ma ya‘ruju fiha, wa min syarri ma dzara’a fil ardhi, wa min syarri ma yakhruju minha, wa min fitanil laili wan nahari, wa min thoriqil laili wannahari, illa thariqan yanthiqu bi khairin, ya rahman."

Revan pun meletakkan handuk basah itu pada bagian leher Arsyad, lalu memberi tanda pada Karel untuk memberi minum Arsyad menggunakan sisa air dari botol. Karel segera mengambil botol itu, lalu membantu Arsyad minum begitu banyak air.

"Terus, Dek Arsyad. Terus minum dan jangan berhenti," tuntun Karel.

Iqbal terus berdzikir di sisi Arsyad, untuk membantu menenangkan perasaan pemuda itu. Arsyad menuruti hal yang Karel tuntun padanya. Ia terus meminum air dari botol itu hingga hampir tak bersisa. Kedua mata Arsyad pun mulai memutih kembali, meski belum sepenuhnya seperti semula. Demam pada tubuh Arsyad juga mulai menurun, meski belum mencapai titik suhu tubuh normal manusia pada umumnya.

"Alhamdulillah," ucap Karel, Revan, dan Iqbal.

Ruby dan Reva pun ikut merasa lega, usai melihat perubahan yang cukup siginifikan tersebut pada diri Arsyad. I Wayan Landra dan Ni Nyoman Sekar merasa takjub, ketika melihat perubahan yang terjadi secepat itu pada diri Arsyad. Mereka tidak menyangka kalau ada orang-orang yang memang bisa membantu orang lain untuk terlepas dari gangguan makhluk halus seperti yang terjadi pada Arsyad.

Karel kini menatap ke arah Yunus, Erni, dan kedua orang lainnya. Ia tersenyum dengan tenang, ketika mendekat pada mereka.

"Maaf, kalau tadi kami langsung masuk begitu saja ke rumah ini tanpa basa-basi lebih dulu ataupun memperkenalkan diri. Perkenalkan, Bapak ... Ibu ... kami adalah anggota tim yang akan membantu Arsyad untuk terlepas dari makhluk halus yang sedang mengincarnya. Kalau boleh tahu, apakah ada informasi yang bisa kami dapatkan dari Bapak dan Ibu sekalian?" tanya Karel, sangat sopan.

* * *

SAMPAI JUMPA BESOK 🥰

LEAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang