"Lin,"
"Hm?"
"Kaloh lo sampe rumah nanti, tolong kali ini aja dengerin gue, pas lo sampe dirumah nanti langsung mandi dan pergi tidur. Atau paling engga kaloh misalnya ada adek lo yang masih bangun, lo harus minta maaf ke dia, minta maaf soal lo yang pulang telat," Ucap Lily seraya memandangi Halilintar yang hanya terdiam saja di mobilnya.
"Oyy, Halilintar bos paling judes di kantor lo denger gue ga sih?!" Asisten nya itu ralat temen satu kelasnya itu menatap Halilintar kesal akibat dirinya yang tak kunjung merespon ucapannya.
"Hhhhh...." Halilintar menghela nafas nya gusar, lalu mulut cowok itu kembali terbuka, "Iya, asisten cerewet. Udah masuk lo sana, udah tau hujan gini masih sempet–sempet nya ceramahin gue," Ujar nya seraya memerhatikan Lily yang belum juga masuk kedalam pagar rumahnya.
"Ih, lo tuh–"
"Bawel banget sih, Liy. Masuk aja ke dalam rumah lo, ini udah larut malem gak baik anak gadis kayak lo diluar malem–malem gini,"
"Kan elo yang ngajak gue lembur kocak!" Sahut Lily kesal.
"Iya, iya. Udah sana masuk, gue mau pulang nih," Titah Halilintar. Lily hanya mendengus sebentar, lalu sebelum dia benar–benar memasuki area rumahnya, dia menatap Halilintar sejenak, dan kembali berkata, "Ucapan gue tadi jangan sampe lo lupain ya, awas aja kaloh lo lupa gue bakar semua dokumen kantor lo itu!" Serunya, lalu meninggalkan Halilintar sendirian didalam mobilnya.
.
.
.Ceklek
Halilintar masuk kedalam rumahnya, menggunakan kunci cadangan yang dirinya punya. Terlihat lampu ruang tamu masih menyala, dengan keenam adik nya yang tertidur pulas di sofa ruang tamu.
Halilintar bergegas ke kamar nya, lalu mengambil enam buah selimut untuk keenam adiknya itu.
"Maafin gue ya, kalian jadi harus nungguin bahkan rela tidur disini. Sekali lagi, maaf gue Kakak yang buruk buat kalian," Cicit nya seraya menyelimuti keenam adiknya itu.
Setelah selesai melakukan tugasnya itu, Halilintar bergegas lagi untuk pergi ke kamarnya, pemuda itu langsung mengganti pakaian nya dan kembali berkutat dengan laptopnya.
Mengingat, masih banyak pekerjaan yang harus dirinya selesaikan.
Klik. Halilintar mematikan laptop nya, setelah pekerjaan miliknya selesai, dia menoleh kearah jam dinding kamarnya.
03.45 AM. Ternyata, sudah hampir 3 jam setengah lebih dia menatap laptopnya itu, sejujurnya kepalanya sedikit berat setelah selesai melihat laptopnya itu.
"Huh? Pasti gara–gara kebanyakan ngeliatin laptop gue mangkanya jadi pusing gini kepala gue," Ujar nya, seraya berjalan kearah kasur nya, pemuda itu mulai terlelap dalam kantuknya, menghiraukan kepalanya yang makin lama makin terasa pusing dan berat.
✨⚡✨⚡
🌦️⛈️☄️🌠
"Heum..." Leguhan seorang pemuda terdengar, pemuda itu hendak membukakan matanya, lalu mata shappire nya itu menoleh kearah jam dinding rumahnya. "05.30?" Gumamnya, Taufan menoleh kearah kiri dan kanannya, terlihat kelima adik nya masih tertidur dengan pulas nya di atas sofa, tunggu dulu apa semalaman mereka tertidur diruang tamu? Lantas siapa yang memberi mereka selimut ini? Karna seingat Taufan mereka tidur tanpa memakai selimut sebelum nya.
Ah, tunggu dulu jangan bilang jika yang memberi selimut ini adalah–
"Kak Hali ya? Ahahah dasar Kakak gue yang satu itu susah banget ditebaknya," Taufan bangkit dari acara duduknya, dia berjalan kearah kelima adik nya itu lalu membangunkan mereka berlima.

KAMU SEDANG MEMBACA
Until Death Comes | Halilintar
Teen Fiction"Maaf .... sejak mengetahui semua faktanya kami benar-benar menyesali semuanya, sesakit itu ya jadi kamu, Kak?" Halilintar Alvian Forger namanya. laki-laki kuat yang harus di paksa dewasa oleh keadaan. laki-laki kuat yang harus dipaksa oleh badai ya...