5 | Berangkat

749 73 27
                                        

- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.

* * *

Semua anggota tim berkumpul di kantor malam itu, sambil menunggu mobil travel yang akan menjemput dan mengantar mereka ke bandara. Nadin sudah membagikan berkas yang telah Ruby susun. Berkas itu mulai dibaca dengan teliti oleh yang lainnya, ketika Ruby akhirnya datang ke ruang rapat bersama Karel. Pangsit duduk dengan tenang sambil menatap Samsul yang masih mengusap-usap kepala Tumpeng di dekatnya. Sementara Siomay sedang berjalan dengan anggun di samping Karel.

"Apakah kalian sudah membaca berkas yang Nadin bagikan?" tanya Ruby.

"Iya, By. Kami sedang membacanya. Di sini sama sekali enggak disebutkan soal adanya serangan dari makhluk halus mana pun terhadap korban," jawab Iqbal.

"Ya, itu benar. Sejak tadi aku mencari keterangan itu, tapi enggak kutemukan sama sekali," tambah Revan.

"Inti besarnya adalah, korban yang akan kita tangani ini mengalami sakit mendadak tanpa alasan dan sebab. Kemungkinan sakit yang korban alami ada hubungannya dengan hal-hal mistis di sekitar wilayah tempat tinggalnya. Korban bernama Muhammad Arsyad. Usianya baru sembilan belas tahun. Korban berasal dari Desa Batuan, Dusun Tengah. Rumah korban terletak di wilayah selatan dusun dan korban saat ini masih tinggal di rumah orangtuanya. Statusnya adalah seorang Mahasiswa," jelas Ruby.

Semua anggota tim mendengarkan dan memerhatikan Ruby dengan baik. Tidak ada satu pun keterangan yang mereka lewatkan.

"Kepala Dusun di Dusun Tengah, yaitu Bapak I Wayan Landra sudah ikut memeriksa keadaan korban setelah Dokter memberikan hasil pemeriksaannya. Menurut Dokter yang memeriksa melalui kondisi tubuh ataupun melalui tes darah dari laboratorium, tidak ditemukan penyakit apa pun pada diri korban saat ini. Hanya saja demam yang dialami oleh korban sama sekali tidak membaik dan justru semakin memburuk. Meski sudah diberi paracetamol dan terus dikompres, panas pada tubuh korban sama sekali tidak berkurang. Jadi atas hasil pemeriksaan dan juga kecurigaan Bapak Wayan itulah, akhirnya orangtua korban meminta tolong pada kita. Bapak Wayan mengatakan kecurigaannya kepada Ayah korban terhadap hal-hal mistis yang mungkin saja menyerang korban tanpa diketahui."

Semua orang kini mulai saling menatap satu sama lain, setelah Ruby memberikan penjelasan lengkap mengenai apa yang terjadi pada korban. Mereka tampak berpikir selama beberapa saat, karena harus menyusun rencana untuk mencari tahu penyebab sakitnya korban.

"Meskipun saat ini kita belum tahu mengenai ada atau tidaknya campur tangan makhluk halus, tapi setidaknya kita harus mencari tahu soal hal-hal mistis yang dicurigai oleh Kepala Dusun. Karena kemungkinan jika sudah ada kecurigaan ke arah hal-hal mistis, sudah pasti ada campur tangan makhluk halus di belakangnya," ujar Karel, mengemukakan pendapatnya.

"Ya. Aku setuju. Tidak mungkin ada indikasi ke arah hal-hal mistis, tanpa ada campur tangan makhluk halus. Jadi apa pun nanti makhluk halus yang akan kita hadapi, kita hanya perlu bersiap meski tidak benar-benar siap sejak awal," tanggap Nadin.

"Adakah di antara kalian yang tahu, makhluk halus apa saja yang biasanya mendiami Pulau Bali?" tanya Reva.

"Celuluk, tonya, brerong, gamang, kemangmang, dan yang paling terkenal ... leak," jawab Iqbal, yang selalu menyempatkan diri membaca soal legenda dari berbagai daerah.

Reva langsung mencatat jawaban Iqbal pada ponselnya. Menurutnya itu adalah informasi yang harus ia simpan, agar nanti setidaknya ia tak perlu menebak-nebak manggis soal makhluk halus yang akan mereka hadapi.

Mobil travel sudah tiba di depan kantor beberapa saat kemudian. Mereka bertujuh segera meninggalkan ruang rapat sambil menyeret koper masing-masing. Karel meraih Siomay dan memeluknya, begitu pula dengan Revan yang langsung mendekap Pangsit untuk dibawa keluar.

"Wkkk!" suara Tumpeng memecah suasana.

"Sini, Tumpeng. Ayo cepat jalan sama Ama, Nak," ajak Ruby, sambil memasukkan i-Pad miliknya ke dalam ransel.

"Dek Ruby ...."

"Astaghfirullah, Samsul!" geram Reva, yang baru saja akan masuk ke mobil travel.

"Wkkk-wkkk-wkkk!!!"

Wajah Ruby langsung memerah ketika Samsul akan mulai bernyanyi untuk dirinya. Tumpeng bahkan ikut melebarkan sayapnya, karena tahu kalau Ruby sedang merasa senang.

"Bersama, berdua kita. Bernyanyi, di taman bunga. Menari, jemari kita. Menyatu, memadu cinta* ...."

TIN-TIIINN!!!

Samsul--lagi-lagi--berhasil dibuat kaget oleh klakson mobil travel.

"Tak tinggal betulan loh, Sampeyan, Mas! "

"Tinggal saja, Pak. Ayo, kita tancap gas ke bandara," gosok Revan, sambil mengusap kepala Pangsit.

"Heh! Jangan suka main gosok-gosok kamu, Van! Suka banget, sih, ngomporin orang biar aku ditinggal!" omel Samsul.

Mobil travel itu kini berjalan meninggalkan area parkir kantor. Revan mengeluarkan ponselnya, karena ingin mengabari Zyana yang malam itu harus kembali ia tinggal bekerja. Ia masih rindu pada Zyana, meski kini Zyana telah menjadi istrinya. Rasanya ia masih ingin berlama-lama ada di sisinya, agar semua rindu itu bisa terpenuhi tanpa ada celah.

BOJOKU
Hai, Nimasku. Sedang apa? Aku harap kamu sudah bersiap akan tidur malam ini atau kalau perlu aku harap kamu sudah tidur saat pesanku masuk ke ponselmu. Jangan buru-buru ingin membalas. Kualitas tidurmu jauh lebih penting saat ini, karena aku harap kondisimu akan selalu sehat setiap saat agar bisa menjalani perkuliahan dan juga pekerjaan dengan tenang. Oh ya, aku saat ini sedang dalam perjalanan menuju ke bandara, Nimasku. Doakan aku agar selamat sampai tujuan. Nanti akan aku hubungi kamu lagi, setelah aku tiba di Bali. Aku sayang kamu, Nimasku. Mimpi yang indah, ya.

Setelah mengirim pesan itu kepada Zyana, Revan kembali menyimpan ponselnya ke dalam saku. Pangsit sudah berpindah ke pangkuan Karel, karena ingin bermain-main sebentar dengan Siomay. Iqbal tampak sedang mendekap Nadin dari samping, sambil membicarakan hal konyol seperti biasanya. Revan tersenyum. Ia menyadari bahwa dirinya ternyata merindukan pekerjaan dan semua anggota timnya, setelah seminggu sama sekali tak bertemu mereka. Sekarang, ia benar-benar merasa kembali lengkap setelah menyelami lagi dunianya yang biasa ia tatap.

Reva merangkul lengan Revan, lalu bersandar di sana untuk melepas lelah sebentar. Revan membiarkan Adik kesayangannya itu bersandar, karena tahu bahwa Reva tidak biasa bersandar pada jendela mobil.

"Sammy mengajak aku pergi bulan madu," bisik Reva. "Tapi aku sulit menentukan tujuan berbulan madu yang akan kami ambil. Selama ini aku enggak kepikiran mau pergi bulan madu atau enggak."

"Cobalah pikirkan baik-baik. Jangan gegabah mengambil keputusan, karena nanti takutnya kamu dan Sammy enggak akan menikmati perjalanan bulan madu kalian," saran Revan. "Santai saja. Cari waktu yang tepat. Cari tempat yang cocok. Baru setelah itu pergi dengan hati yang siap. Ingat ... kamu dan Sammy tetap harus saling pengertian, meski dihadapkan dengan pilihan-pilihan yang sulit dan bisa menguras emosi. Saling pengertian itu adalah kunci terbaik sebuah hubungan, terutama hubungan rumah tangga."

* * *

*Vety Vera - Musim Cinta

SAMPAI JUMPA BESOK 🥰

LEAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang