14. Kastil Kutukan

13.4K 1.4K 88
                                    

Sungkem dulu sini sama Ratu😈

***

Gery menggigit bibirnya, menatap plafon kamarnya yang berwarna kuning keemasan. Sial, rasanya matanya sakit melihat warna norak itu.

"Gue kangen Kevan sama Kevin..."

Gery berguling ke sana kemari di atas kasur luas. Jujur, kamarnya terlihat seperti Putra Mahkota suatu Kerajaan. Dekorasinya elegan dan terlalu mewah. Dulu Gery memang kaya, tapi orang tuanya tidak sampai membuat kamarnya seperti seorang pangeran.

Gery jadi percaya bahwa Adiwijaya benar-benar lebih kaya dari keluarganya di kehidupan dulu.

Tapi bukan itu yang penting. Sudah satu minggu penuh dia dikurung di kamar, dan selalu ada pelayan yang datang untuk mengantarnya makanan.

Gery tak habis pikir. Untuk apa mereka membawa Gery paksa jika pada akhirnya dikurung seperti Rapunzel? Dia tidak bisa keluar untuk melihat taman, untuk melihat sekeliling mansion, atau melihat para pekerja.

Ini terlihat seperti dia seorang tahanan. Ini menyebalkan. Terlebih Gery tidak tahu bagaimana kabar si kembar. Apa mereka membencinya? Apa Grace datang dan menjelaskannya pada si kembar?

Gery tidak tahu. Bahkan dia tidak tahu berita apa saja yang terjadi pada hari ini.

Gery mengerang frustrasi. Tidak bisa begini. Dia harus melakukan sesuatu. Gery kembali bangkit dari tidurnya, menghampiri pintu yang tertutup.

Gery mendongak, melihat CCTV yang terus bergerak ke arah mana dia pergi.

"Apa yang bisa membuat pintu ini terbuka, ya?" Gery bergumam pelan. Diliriknya vas bunga yang ada di dekat lemari baju.

Gery terdiam beberapa saat. Apa ini akan berhasil?

Perduli setan, Gery berlari dan menjatuhkan vas berbahan kaca itu. PRANG!

Vas bunga berhasil jatuh dan pecah. Kacanya berserakan di lantai keramik. Gery kembali mendongak, melihat CCTV yang mengamatinya.

"Oke, sepertinya akan berhasil." Gery tertawa sumbang. Tidak ada pilihan. Sepertinya Adiwijaya akan bergerak jika dia terluka.

Gery mengambil potongan kaca vas bunga, menggenggamnya kuat. Telapak tangannya mulai berdarah, dan perlahan darah menetes di lantai keramik berwarna putih.

CCTV mulai mengeluarkan laser merah. Pintu kembali terbuka, menampilkan tiga bodyguard yang berlari ke arahnya.

"Tuan Muda!"

Gery mengarahkan potongan kaca yang lancip ke arah bodyguard yang menghampirinya dengan hati-hati. "Gue cuma mau keluar cari angin. Apa susahnya nurutin perintah gue?"

"Tapi Tuan Harles..."

"Persetan dengan bajingan itu!" Gery mengarahkan ujung kaca yang lancip ke lehernya. Pria itu menyeringai dengan napas memburu. "Kalau kalian ga nurutin ucapan gue, kalian tau apa yang bakal terjadi?"

Tiga bodyguard itu saling tatap. Ini semakin sulit.

"... Saya akan meminta persetujuan Tuan Harles lebih dulu—"

"Tidak perlu."

Semua orang menoleh ke arah pintu. Di sana, sudah ada Harles yang berdiri dengan kedua telapak tangan dimasukkan ke dalam saku celana. Di belakang pria itu ada pemuda berambut pirang dan seorang wanita yang parasnya begitu menawan.

Gery tertegun saat bertemu tatap dengan pemuda yang menyembulkan kepalanya di balik tubuh Harles. Pemuda itu melambaikan tangan dengan senyum cerah.

"Halo, paman!"

Papi Gaul Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang