16 | Kritis.

47.4K 1.3K 3
                                        

••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

••

Langit yang tadinya cerah kini berubah mendung, udara berhembus dingin, lampu-lampu rumah sakit menyala menyinari malam yang gelap. Suasana malam ini sangat mencerminkan isi hati Kendrick dengan Loura yang berada digendongannya. Laki-laki itu berlari mencari dokter dengan kepanikan yang membuncah.

Dia tidak mempedulikan luka tusukan dengan darah yang bercucuran membasahi baju dan lantai rumah sakit. Dia tidak peduli dengan dirinya, yang terpenting sekarang adalah luka gadisnya segera diobati.

Dia sangat takut gadisnya trauma.

"DOKTERRRR, SUSTER TOLONG PACAR SAYA!"

Dengan suara yang menggema, Kendrick berteriak meminta pertolongan sambil mengangkat tubuh Loura yang terkulai lemas.

Dokter berlari dengan tergesa-gesa kearahnya.

"SUSTER BRANKAR SUSTER!"

Darah yang berasal dari perutnya berceceran membuat pengunjung lainnya meringis ngeri melihatnya.

Kendrick dengan hati-hati meletakkan tubuh Loura keatas brankar. Tangannya bergetar dan keringat dingin bercucuran di dahinya, jangan tanyakan seberapa panik dirinya saat ini.

Kendrick menggengam tangan dingin gadisnya, "Sayang tahan ya! kamu bakal diobatin! kamu bakal sembuh!" ucapnya lirih sambil memegangi perutnya yang kini semakin nyeri.

Kendrick mendorong brankar kedalam koridor, tangannya menggenggam tangan Loura seolah memberi kekuatan pada gadisnya.

"Mohon maaf itu luka tuan juga harus segera diobatin!" ucap salah satu suster saat sudah sampai di ruangan.

"Gak papa, yang penting pacar saya tidak kenapa-kenapa."

"Tapi tuan itu harus segera di jahit! bahaya kalo tidak dijahit bisa kekurangan banyak darah!"

"Saya bilang gak papa!"

"Tapi-"

"FOKUS OBATIN PACAR SAYA! JANGAN PEDULIKAN SAYA SIALAN!"

"Pacar anda akan baik-baik saja, justru yang lebih parah itu tuan karena mendapatkan luka tusuk! itu akan sangat berbahaya jika tidak segera dijahit!"

"G-gue g-ga-" lirih Kendrick, matanya memejam merasakan sakit yang kian semakin menyiksa, kakinya mulai melemas.

Pandangannya mulai memburam, dan...

BRUKK!!!

Tubuhnya menyerah, dia ambruk ke lantai-matanya kini sudah terpejam rapat.

"TUANN!!!!"

***

Matahari mulai menyingsing dari ufuk timur, perlahan cahaya mulai masuk melalui celah celah ventilasi rumah sakit.

Loura membuka matanya perlahan, ia meringis saat badannya di gerakan, wajahnya terasa kebas akibat ditampar dan di pukul oleh Aaron.

"Sshh..." ringisnya.

Perlahan ia bangkit dari tidurnya. Tangannya terulur untuk memencet nurse call.

Selang beberapa menit kemudian, Seorang suster memasuki ruang rawatnya dengan membawa nampan makanan.

"Apa masih ada yang sakit?" tanya suster seraya meletakan nampan makanan di atas meja.

Loura mengangguk pelan, "Masih agak kebas sus,"

"Ah iya, minum obat pereda nyeri sehabis makan ya. Nanti dua harian mungkin akan sembuh." katanya.

Loura mengangguk paham, "Oh iya sus, pacar saya dimana?" tanya Loura, khawatir.

"Semalam pacar nona melakukan operasi kecil karena diperut tuan terkena tusukan, awalnya pacar nona menolak untuk kami obati, katanya yang penting nona baik-baik aja. Padahal pacar nona lebih parah karena mendapat luka tusukan." kata suster tersebut, Loura tertegun.

"Kini kondisi pacar nona kritis, tuan kehilangan banyak darah."

Deg!

"K-kritis...?"

"Ya, nona. Tuan kritis, tetapi untungnya kami mempunyi stok darah." jelas suster tersebut, "Kalo kami telat mungkin bisa berakibat fatal."

Loura tertegun, "Boleh antar saya ke ruangannya?"

"Tentu, mari..."

Loura perlahan menuruni brankar dengan dibantu oleh suster, dia melangkah bersama suster di sampingnya menuju ruang ICU.

Ceklek.

Pintu terbuka dan langsung memperlihatkan Kendrick dengan wajahnya yang pucat tertidur tenang di atas brankar.

Ruangan itu begitu hening--hanya ada suara alat monitor yang memecah kesunyian, mencatat setiap detak jantung yang sedang berjuang.

Loura duduk di sebuah kursi di samping ranjang, menatap Kendrick dengan penuh kecemasan. Ia menggengam tangan Kendrick yang terasa dingin.

"Kapan bangun...?" lirih Loura, berbisik tepat disamping telinga laki-laki itu.

Berharap dapat mendengar suaranya.

"Ken... Makasih udah bertaruh nyawa demi nolongin aku." kata nya, Matanya memerah menahan tangis.

"Ketua geng juga bisa koma ya?" tanya Loura sambil terkekeh, walau setelahnya air matanya tak bisa ia tahan, dia menangis.

"Ternyata kamu secepat itu bikin aku jatuh cinta. Sekarang aku udah cinta banget sama kamu walau belum lama." kata nya.

"Bangun yuk? ice cream strawberry aku belum dimakan, besok mam sama-sama ok?" lanjutnya.

Ia beranjak dan mendekat kearah wajah laki-laki itu dan-

Cup!

Loura mencium pipi Kendrick, "I love you, Ken."

Loura memeluk tubuh lemah Kendrick dengan eratnya, seolah menyalurkan kesedihannya. 10 menit berlalu akhirnya ia melepas pelukannya.

Matanya melihat ponsel yang tergeletak di atas nakas yang ia yakini adalah ponsel Kendrick. Ia segera mengambil ponselnya hendak menghubungi orang tua dan teman-teman laki-laki itu serta mami papi Loura.

***

🍓 TO THE CONTINUED 🍓

Kendrick ; Possessive Boy ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang