Keesokan harinya, suasana di meja makan keluarga istana tampak berbeda.
Semua anggota keluarga berkumpul untuk sarapan bersama, termasuk Kaisar Aldrian, Permaisuri Elara, putra mahkota Leonhart, Aedric, Kaelan, dan tentu saja Remiel.
Cassian juga hadir sebagai tamu kehormatan karena sering kali menemani Remiel akhir-akhir ini.
"Baiklah," Kaisar Aldrian memulai setelah semua selesai menikmati sarapan. "Aku punya pengumuman penting. Dalam waktu dekat, kita akan mengadakan pesta ulang tahun untuk Permaisuri Elara. Pesta ini bukan hanya untuk merayakan ulang tahunnya, tetapi juga untuk mempererat hubungan dengan para bangsawan dan duta besar dari kerajaan lain."
Semua orang di meja tampak menyambut kabar itu dengan antusias. Elara tersenyum, meski pipinya bersemu merah karena merasa sedikit malu menjadi pusat perhatian.
"Apakah aku juga harus hadir?" tanya Remiel dengan nada datar, sambil menatap piringnya.
Leonhart tersenyum tipis. "Tentu saja, adikku. Kau adalah bagian dari keluarga kerajaan. Kehadiranmu penting."
"Dan jangan berpikir untuk kabur," tambah Aedric dengan nada menggoda. "Aku akan memastikan kau tetap di istana malam itu."
Cassian terkikik pelan, sementara Remiel hanya mendesah panjang.
"Remiel, pesta ini juga untuk menunjukkan bahwa kau adalah bagian dari keluarga kerajaan Valcrest," kata Kaisar Aldrian dengan suara tegas namun lembut. "Ini kesempatan untukmu menunjukkan sisi terbaikmu."
Remiel tidak menjawab, hanya mengangguk pelan.
Hari Pesta
Hari pesta pun tiba. Istana dipenuhi dengan para tamu dari berbagai kalangan, mulai dari bangsawan hingga utusan asing.
Aula utama dihiasi dengan lampu-lampu kristal yang bersinar megah, bunga-bunga segar, dan kain sutra yang menjuntai indah di setiap sudut.
Musik lembut mengalun dari orkestra, menambah suasana elegan malam itu.
Remiel, meski dengan enggan, tampil dengan setelan yang sangat indah yang membuatnya terlihat jauh lebih manis dari pada biasanya.
Banyak tamu yang memuji penampilannya, tetapi ia hanya merespons dengan anggukan atau senyuman kecil.
Namun, pesta itu tidak berjalan damai seperti yang diharapkan.
Saat suasana pesta sedang meriah, seorang pelayan tiba-tiba masuk dengan wajah tegang. Ia membawa sebuah botol kecil berisi cairan gelap di tangannya.
“Yang Mulia,” kata pelayan itu, sambil memberi hormat kepada Kaisar Aldrian. “Kami menemukan ini di kamar Pangeran Remiel.”
Semua orang di ruangan itu langsung hening.
"Apa itu?" tanya Kaisar Aldrian dengan nada tajam.
“Ini... sebotol racun, Yang Mulia,” jawab pelayan dengan suara gemetar.
Keributan langsung pecah di antara para tamu. Bisik-bisik memenuhi ruangan, dan beberapa tamu mulai memandang Remiel dengan curiga.
“Tidak mungkin!” suara Permaisuri Elara memecah keributan. Ia berdiri dari kursinya, wajahnya penuh kemarahan dan emosi. “Itu bukan perbuatan Remiel!”
Leonhart maju ke depan, menatap botol itu dengan ekspresi serius. “Siapa yang menemukan ini?”
“Saya, Yang Mulia,” jawab pelayan itu. “Botol ini ditemukan di bawah tempat tidur Pangeran Remiel.”
“Ini tidak masuk akal,” kata Aedric sambil mengerutkan alis. “Remiel tidak mungkin melakukan sesuatu seperti ini.”
Namun, di tengah keributan itu, suara lembut tetapi tajam Lyla terdengar. “Yang Mulia, mungkin sebaiknya kita menyelidiki ini dengan hati-hati. Jika benar racun ini digunakan untuk menyerang seseorang, maka kita harus mencari tahu siapa yang menjadi targetnya.”
Beberapa tamu mulai melihat ke arah Lyla.
“Menurut laporan awal,” lanjut Lyla dengan nada sedih yang dibuat-buat, “sepertinya racun ini dimaksudkan untukku. Sebagai sekretaris baru, mungkin ada beberapa orang yang tidak menyukai keberadaanku.”
Semua mata kini tertuju pada Remiel.
Remiel yang berdiri di tengah ruangan hanya menatap Lyla dengan ekspresi datar. Namun, di dalam hatinya, ia merasa marah dan terhina.
“Kau menuduhku?” tanya Remiel dengan nada dingin.
Lyla segera memasang wajah penuh kesedihan. “Aku tidak menuduhmu, Pangeran Remiel. Aku hanya mengatakan bahwa mungkin ada kesalahpahaman di sini. Aku yakin kau tidak akan melakukan hal seperti ini.”
“Remiel tidak bersalah!” Elara berteriak, mendekati putra bungsunya. “Dia adalah anakku, dan aku tahu dia tidak akan melakukan sesuatu seperti ini!”
Namun, bisik-bisik terus berlanjut di antara para tamu.
Kaisar Aldrian mengetuk tongkatnya ke lantai, membuat semua orang diam. “Cukup!” suaranya bergema di aula. “Kami akan menyelidiki hal ini dengan tuntas. Tidak ada yang boleh membuat tuduhan tanpa bukti konkret.”
Namun, sebelum situasi bisa diredakan, lampu-lampu aula tiba-tiba padam. Tamu-tamu berteriak panik, dan suara gaduh memenuhi ruangan.
Ketika lampu kembali menyala beberapa detik kemudian, semua orang tersentak. Remiel sudah tidak ada di tempatnya.
“Elara! Dimana Remiel?!” Kaisar Aldrian berseru dengan suara penuh kekhawatiran.
Permaisuri Elara memutar kepala dengan panik. “Remiel! Remiel!”
Leonhart, Aedric, dan Kaelan segera bergegas mencari di sekitar aula, tetapi Remiel tidak ditemukan.
Sementara itu, jauh di luar istana, seorang pria misterius dengan jubah gelap membawa Remiel yang tidak sadarkan diri ke dalam sebuah kereta kuda.
“Apakah semuanya berjalan lancar?” suara seorang wanita terdengar dari dalam bayangan.
Pria itu mengangguk. “Ya, Nona Lyla. Pangeran Remiel kini berada dalam kendali kita.”
Lyla muncul dari kegelapan, wajahnya menunjukkan senyuman licik. “Bagus. Dengan ini, rencanaku untuk menggoyahkan keluarga kerajaan Valcrest akan berjalan sempurna.”
Di dalam istana, Kaisar Aldrian dan seluruh keluarganya kini dalam keadaan siaga penuh, bertekad untuk menemukan Remiel dan mengungkap siapa dalang di balik kejadian ini.
VOTE VOTE VOTE🌹🌹🌹

KAMU SEDANG MEMBACA
Become the youngest prince [END]
Short StoryBagaimana jika seorang pemuda manis, yang meninggal karena ceroboh tidak melihat jalan saat menyeberang, tiba-tiba menemukan dirinya bertransmigrasi ke dunia novel favoritnya? Dunia itu berlatar era kerajaan yang megah, namun ia tidak beruntung kare...