Tangisan Remiel perlahan mereda dalam pelukan hangat Permaisuri Elara.
Tubuh kecilnya bersandar sepenuhnya pada ibunya, dan sebelum Elara menyadarinya, ia melihat putra bungsunya tertidur lelap dengan napas teratur.
Wajah Remiel yang kini terlihat damai, seperti seorang anak bayi dengan wajah polosnya
Elara mengusap lembut rambut silver halus Remiel dan tersenyum dengan perasaan campur aduk antara bahagia, lega, dan rasa bersalah yang masih mengganjal.
Dengan hati-hati, ia mengangkat tubuh kecil Remiel dan menggendongnya seperti saat ia masih bayi dulu.
“Tidurlah dengan tenang, sayangku,” bisik Elara, menatap wajah polos putranya. Ia berjalan perlahan ke kamar Remiel, berhati-hati agar tidak membangunkannya.
Sesampainya di kamar, Elara membaringkan Remiel di ranjangnya, menyelimutinya dengan lembut. Sebelum pergi, ia mengecup kening Remiel, air mata tipis kembali menggenang di matanya.
"Ibu akan selalu mencintaimu, sayang," katanya pelan. "Dan Ibu berjanji, Ibu tidak akan mengabaikanmu lagi. Kau adalah kebanggaan dan cahaya dalam hidup Ibu."
Elara berdiri di samping ranjang untuk beberapa saat, memandangi putranya dengan perasaan hangat di hatinya.
Setelah memastikan Remiel benar-benar tertidur nyenyak, ia keluar dari kamar dengan langkah tenang, menutup pintu dengan perlahan.
Namun, saat Elara berbalik di lorong, ia terkejut melihat seorang gadis berdiri di depan pintu. Sosok itu adalah Lyla, yang dengan anggun membungkuk memberi salam.
"Salam Permaisuri Elara," sapa Lyla sopan, suaranya lembut seperti embun pagi.
Elara mengerutkan kening sejenak. Ia tidak mengenali gadis ini. Namun, dengan sikap tenang, ia menjawab, "Siapakah Anda?"
Lyla tersenyum tipis, penuh percaya diri namun tetap anggun. "Yang Mulia, nama saya Lyla. Saya adalah sekretaris Putra Mahkota Leonhart. Saya baru saja datang ke istana beberapa waktu lalu untuk menjalankan tugas saya."
Mendengar itu, Elara menganggukkan kepala kecil. "Ah, sekretaris Putra Mahkota, rupanya. Namun, bolehkah saya tahu mengapa Anda berada di lorong ini? Ruangan Putra Mahkota Leonhart ada di sisi yang berbeda dari istana ini. Jaraknya cukup jauh."
Lyla tampak terkejut sejenak, namun ia dengan cepat memulihkan ekspresinya. Ia memasang senyum tenang yang manis, seolah-olah ia sama sekali tidak merasa terpojok.
“Oh, Yang Mulia, saya mohon maaf jika kehadiran saya di sini mengganggu. Saya sebenarnya sedang mencari jalan ke ruang kerja Putra Mahkota, tetapi sepertinya saya sedikit tersesat,” jawab Lyla sambil menundukkan kepalanya dengan sopan.
Elara menatap Lyla dengan mata tajam, mencoba membaca raut wajah gadis itu. "Tersesat? Bukankah Anda sudah cukup mengenal istana ini, mengingat Anda sering berkeliling dengan putra saya, Leonhart?"
Lyla merasa sedikit gugup di bawah tatapan Elara, tetapi ia tidak membiarkan kegugupan itu terlihat.
Ia menegakkan tubuhnya dan tersenyum lagi. "Tentu saja, Yang Mulia. Namun, istana ini begitu luas, dan saya masih belum hafal setiap lorongnya. Saya mungkin melewati jalur yang salah tanpa sengaja."
Elara hanya diam sejenak, memperhatikan Lyla dengan saksama. Ada sesuatu yang membuatnya merasa tidak nyaman dengan gadis ini.
Meski Lyla tampak sopan dan anggun, Elara bisa merasakan hawa licik yang tersembunyi di balik senyumnya.
"Aku mengerti," jawab Elara akhirnya dengan nada datar. "Namun, jika Anda tersesat, sebaiknya Anda segera kembali ke jalur yang benar dan melanjutkan pekerjaan Anda. Istana ini bukan tempat untuk berkeliaran tanpa tujuan yang jelas."

KAMU SEDANG MEMBACA
Become the youngest prince [END]
Short StoryBagaimana jika seorang pemuda manis, yang meninggal karena ceroboh tidak melihat jalan saat menyeberang, tiba-tiba menemukan dirinya bertransmigrasi ke dunia novel favoritnya? Dunia itu berlatar era kerajaan yang megah, namun ia tidak beruntung kare...