Menurut Skara, Braga dulu adalah tempat berpulang paling nyamannya. Tempat dia berbagi duka dan suka. Dulu, dimana ada Skara pasti selalu ada Braga di sana. Dulu, hal utama yang Braga prioritas kan adalah Skara dan sekarang semuanya berubah karena s...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Itu dulu, Ska. Kita sekarang bukan kita yang dulu, jadi stop buat bahas kalau kita pernah berteman." Braga menatap Skara dengan tatapan seakan-akan tidak ada lagi Braga yang dulu.
"Ska, itu cuman kenangan yang udah berlalu, yang nggak bakalan bisa kita perbaiki lagi. Lo dan gua udah beda cerita, jadi stop buat nyuruh gua balik. Karna nyatanya gua yang sekarang dengan yang dulu udah pasti berbeda." sambung Braga.
Braga bangkit dan meninggal kan Skara begitu saja, Skara menatap nanar punggung Braga yang perlahan menghilang di balik pintu UKS. Ini adalah hal yang paling tak diinginkan Skara, dalam buku diary nya ia sudah menuliskan wishlist untuk kedepannya selalu bersama Braga tapi nyatanya? Braga berubah dan selalu menyuruhnya untuk tidak membahas kenangan yang sudah berlalu.
"Kalau yang kamu mau itu aku usahain buat lupain semuanya, Aga." lirih Skara dengan rasa pedih yang mendalam.
Tak lama kemudian terdengar isak tangis dari Skara yang masih berada di UKS, Braga yang sebenarnya belum pergi dan masih berdiri di luar UKS hanya bisa mendengar kan tangisan dari gadis itu. Dalam hatinya ada hal yang sulit untuk di mengerti.
"Eh ga, kok di luar?" tanya Zaza yang baru saja datang selepas dari kantin.
"Ah, nggak. Gua pergi dulu kalau lo udah disini." Tanpa menunggu jawaban dari Zaza, Braga langsung pergi dengan langkah kakinya yang cepat.
Zaza hanya menatapnya sekilas lalu masuk ke dalam uks memastikan sahabatnya baik-baik saja, bukannya melihat Skara yang baik-baik saja ia malah melihat Skara yang menangis pilu dan mengacak-acak rambutnya.
"Heii, lo kenapa?? kok nangis??" tanya Zaza raut wajahnya terlihat sangat khawatir dengan sahabatnya yang tadinya berpenampilan rapi sekarang berantakan.
"Gue gapapa." jawab Skara seraya membersihkan bekas air mata di wajahnya.
"Jangan bilang kalau Braga yang bikin lo nangis lagi?!" tanya Zaza nada emosi.
"Bunda, Araa nya ada?" tanya anak kecil berusia 8 tahun dengan merenteng tas kecil yang berisikan mainan.
"Ada sayaang, Aga mau ketemu sama Ara, ya?" tanya bunda Ratna.
Aga laki-laki kecil itu mengangguk wajahnya sumringah, Bunda Ratna menuntun Aga untuk masuk kedalam rumah dan membawa anak itu kekamar anaknya-Ara. Aga kerap kali datang ke rumah menggunakan sepeda nya untuk bermain bersama dengan Ara, mereka berdua bermain sepanjang hari tanpa ada rasa bosan. Aga yang rumahnya tidak terlalu jauh selalu menjemput Ara untuk bermain di taman tidak jauh dari perumahan mereka.