12. Judi

12.9K 1.3K 58
                                    

Up sekarang aja, soalnya problemnya udah selesai, hahaha.

Takut ga up sehari kalian langsung kangen😔🤝

Ga ekspek bakal rame jir. HAHAHAHAHA, udah di hastag #5 brothership aja.

Makasih buat kalian, pembaca baru dan pembaca lama💗🔥

***

Gery mengerjapkan matanya, merasakan pening tiba-tiba melanda kepalanya. Pria itu bangkit, meringis kesakitan.

Melirik sekeliling dan tidak menemukan si kembar. Gery langsung keluar dari kamar Kevan dan Kevin, mendapati dua anaknya itu sedang sarapan, hendak pergi ke sekolah.

"Kalian kok ga bangunin gue?" tanya Gery protes. Pria itu menghampiri si kembar yang duduk di lantai, makan tanpa ada perbincangan.

"Papi tidur pulas soalnya," jawab Kevin, mengunyah telur mata sapi yang dibuat Kevan.

Gery menggaruk kepalanya bingung. Dia masih linglung, dan juga mencerna situasi. Perasaan kemarin terakhir dia pergi ke pintu utama bersama Kevan karena ada yang mengetuk pintu, tapi tiba-tiba saat membuka mata, pagi telah tiba. Dan dia juga sudah ada di kasur Kevan dan Kevin.

Kapan dia tertidur? Gery merasa aneh sendiri.

Melihat wajah linglung Gery, Kevan langsung tahu ayahnya itu tidak mengingat kejadian kemarin. Pengaruh hipnotis dari Ciel benar-benar manjur. Kevan kembali mengingat kalung yang di genggaman Ciel.

Pasti itu benda yang membuat papi terhipnotis.

"Kalian mau ke sekolah?" Karena tidak tahu apa yang harus dibahas, Gery malah bertanya pertanyaan retoris.

"Mau mulung, pi. Siapa tau nanti dapet HP ipong, kan," balas Kevin kesal. "Ya pergi sekolah, lah. Udah jelas kami pake baju sekolah, ya kali ikut audisi Indonesian Idol."

Gery menyengir, sepertinya otaknya masih belum berfungsi. Si kembar sudah menyelesaikan makannya. Dua pemuda itu menyalami Gery dan pamit pergi.

Lekas kepergian si kembar, Gery tiba-tiba merasa aneh. Kenapa Kevan tidak mau menatap matanya?

"Gue... bikin salah, ya?" tanya Gery pada dirinya sendiri. Karena tak menemukan jawabannya, pria itu langsung bergegas membersihkan diri.

***

Kevin menendang bolanya dengan asal. Pemuda itu berteriak frustrasi. Kinerja mainnya tidak berjalan mulus, bolanya sering meleset, bahkan teman satu tim-nya memandangnya aneh.

"Lo beneran ga apa-apa, bro?" tanya Haikal khawatir. Kevin duduk lesehan di rumput, membuka baju futsalnya.

"Nggak. Gue mau gila rasanya," jawab Kevin mengipas-ngipasi wajahnya menggunakan baju. Napasnya memburu.

Dari pagi tadi, saat Kevin menatap mata Gery, rasanya amarah pemuda itu bergejolak. Tapi dia berusaha untuk merespon sang ayah sebaik mungkin.

Kemarin memang dia mengatakan untuk mencari uang pada Kevan, tapi pada kenyataannya, dia juga bingung mencari uang yang banyak di mana. Rencana ingin menjadi lebih kaya dari Adiwijaya, hanya omong kosong belaka.

Orang bodoh juga tahu bahwa Adiwijaya itu kekayaannya tidak tertandingi. Dan si ingusan seperti Kevin yang bahkan tidak bisa mengurus dirinya sendiri, ingin lebih kaya dari Adiwijaya? Jika Albert Einstein mendengarnya, dia pasti akan tertawa melihat ada orang yang paling bodoh seperti Kevin.

Papi Gaul Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang