Prolog

88 27 56
                                        

Silent Notes

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Silent Notes

Terkadang, yang paling keras di dunia ini bukanlah suara musik, tapi keheningan.

Keheningan yang muncul setelah seseorang pergi tanpa pamit.

Keheningan yang menempel di dada, ketika semua orang bicara, tapi tak satu pun benar-benar mendengar.

Bagi Sherina, musik bukan sekadar nada. Itu adalah satu-satunya cara ia bisa "berbicara".

Sebab di rumahnya, kehangatan sudah lama hilang - tenggelam di antara rapat orang tua yang tak pernah usai dan meja makan yang selalu dingin.

Di sekolah pun, dunia tak jauh berbeda. Semua orang sibuk mencari panggung, sementara ia hanya ingin menemukan makna.

Sampai akhirnya, suara itu datang - bukan dari melodi piano, tapi dari seseorang yang sama sekali tak seirama dengannya.

Farel.
Cowok berisik yang hidupnya seratus delapan puluh derajat berlawanan dengan Sherina. Suka cari gara-gara, ego tinggi, dan selalu punya cara menyebalkan untuk membuat jantung Sherina berdetak.
Entah karena marah, entah karena sesuatu yang lain.

Mereka bertemu di bawah situasi yang seharusnya sederhana, tapi justru mengubah segalanya.

Tentang musik. Tentang luka. Tentang hal-hal yang tak pernah sempat diucapkan.

Di antara catatan dan nada yang tak terdengar itu, keduanya perlahan sadar:
bahwa kadang, yang paling berharga bukanlah suara yang didengar banyak orang - tapi yang hanya bisa dimengerti oleh dua hati yang saling diam.

*****

SILENT NOTESWhere stories live. Discover now