Menurut Skara, Braga dulu adalah tempat berpulang paling nyamannya. Tempat dia berbagi duka dan suka. Dulu, dimana ada Skara pasti selalu ada Braga di sana. Dulu, hal utama yang Braga prioritas kan adalah Skara dan sekarang semuanya berubah karena s...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
02 Desember 2022
Akhir-akhir ini jadwal sangat padet karena di akhir bulan, kerja kelompok dan praktek Sangat banyak karena tidak lama lagi kenaikan kelas. Kepala Skara rasanya akan pecah dengan kesibukan yang ia alami, akhir-akhir ini ia sangat mudah demam entah mengapa. Skara menyangkal jika ia demam karena jauh dengan Braga, sudah lebih dari 2 Minggu mereka tak berkomunikasi lagi.
"Hari ini kita kerkom dimana, Ra?" tanya Zaza teman dan setongkrongan Skara.
Skara tak kunjung merespon, membuat Zaza geram dan menyenggol bahu anak itu. "Eh, kenapa? kenapa?" tanya Skara kebingungan.
Zaza hanya menggeleng kan kepalanya, tak habis pikir dengan sikap Skara akhir-akhir ini. "Zaza tadi nanya mau kerkom dimana." Ayuna menjawab karena tak enak melihat Skara yang kebingungan.
Arumi mendekatkan dirinya dengan Zaza. "Akhir-akhir ini Skara sering sakit trus ngelamun kenapa, ya?" tanyanya seraya berbisik.
Zaza menggidikkan kedua bahunya tak tahu. Kembali pada aktivitas awal, mereka menyusun semua peralatan mereka dalam tas masing-masing. Skara berjalan diiringi ketiga sahabat perempuan nya, ia berjalan didepan sementara teman-temannya berjalan di belakang. Teman-temannya bingung dengan sikap Skara yang akhir-akhir ini sering menjauhi Braga biasanya dia selalu menempel pada laki-laki itu, mereka ingin bertanya tapi sepertinya sekarang bukan waktu yang tepat.
"Hmm, guys. Mau ke cafe nggak? aku yang traktir deh, ada yang mau aku ceritain." celetuk Skara ia membalikkan badannya menatap ketiga sahabatnya itu.
Ketiganya tersenyum senang mendengar dengan yang namanya 'traktiran', langkah keempat nya terhenti kala di depannya ada Braga yang menghalangi langkah mereka. Ralat, menghalangi langkah Skara laki-laki itu menatap Skara dengan tatapan yang sulit di artikan. Hening melanda keduanya, mereka sama-sama tak membuka suara. Bibir Skara sudah ingin terangkat untuk memulai obrolan namun rasa canggung menguasai dirinya, membuatnya tak jadi angkat bicara.
"Bisa ikut gua?"
Skara mengangguk lalu mengode teman-temannya untuk meninggalkan mereka berdua saja. Dan mengatakan untuk traktiran nya nanti sore melalui pergerakan mulut. Braga membawa Skara ke rooftop tempat yang sepi, beberapa detik hening melanda dan detik kemudian Braga angkat suara.
"Gua cuman mau balikin ini." Braga menyodorkan sebuah totebag yang kemungkinan berisikan barang-barang yang pernah Skara berikan.
Skara menerimanya tanpa banyak bicara, dirinya cukup kecewa pada Braga dengan sikapnya yang sekarang. Braga kini benar-benar menutup semua tentang mereka, perlahan Braga mulai menutup dirinya yang baik hati dan mudah tersenyum menjadi sosok yang dingin tak tersentuh.