BAB 32

47.7K 3.6K 216
                                    

Kurang-lebih dua setengah bulan menjalani kehidupan sebagai seorang mahasiswa semester satu jurusan Sastra Inggris, benar-benar membuat kehidupan Amora semakin berwarna.

Apalagi, ada Agni yang memeriahkan hari-harinya, juga Larisa yang sering bergabung membawa keceriaan. Mereka bertiga menjadi semakin akrab dan tak jarang menghabiskan istirahat siang bersama di kantin fakultas.

Beberapa kali Amora mengajak Larisa dan Agni berkumpul bersama teman-teman SMA-nya di Chic & Chai Café saat jadwal mata kuliah semua orang telah usai di sore hari.

Baik Agni maupun Larisa bisa berbaur dengan baik setelah satu kali pertemuan mereka dengan keempat teman Amora. Bahkan, keduanya seolah sudah membentuk girls squad bersama Amora dan Samara.

Keempat gadis sebaya tersebut makin lengket setelah menginap di apartemen Amora selama dua malam. Menemani sang tuan rumah yang pada akhir pekan itu tidak pulang ke rumahnya, karena Atlanticus Wajendra kembali melakukan perjalanan bisnis ke Swiss bersama Manggala Hardinata.

Semenjak pindah ke apartemen, setiap hari Sabtu dan Minggu Amora akan pulang ke rumahnya untuk menghabiskan waktunya bersama Alan—kalau papinya memang sedang berada di rumah juga.

Jika Alan sedang berada di luar kota atau luar negeri, Amora lebih sering mengajak teman-teman perempuannya untuk hangout bersama.

Kadang mereka menonton film di bisokop, berjalan-jalan di mall, menyambangi café-café aesthetic yang sedang happening, atau terkadang hanya bersantai di apartemen Amora, menghabiskan girls time mereka dengan mencoba aneka resep ciptaan Enyak Agni, maupun sekedar menonton serial drama di ruang perpustakaan kecil milik Amora.

Suatu kali, di hari Minggu setelah menginap di apartemen Amora, pagi-pagi sekali, beramai-ramai mereka mengantar Agni pulang ke rumahnya menggunakan mobil Samara.

Pengantaran yang berujung pada kunjungan pertama Larisa, Amora, juga Samara ke toko legend tempat Enyak Agni biasa membeli jajanan pasar untuk dijadikan bekal putrinya.

Larisa sampai kegirangan melihat aneka jenis kue tradisional yang dijajar di atas meja toko. Kalau tidak dihentikan oleh Agni, gadis itu bisa saja membeli nyaris seluruh makanan yang dijajakan di sana.

Amora juga membeli beberapa kue yang ia suka, begitu pula dengan Samara.

Tidak ada yang mempermasalahkan lokasi toko tersebut yang berada dalam pasar. Pun tidak ada yang keberatan harus berjalan kaki dari rumah Agni menuju pasar karena mobil Samara tidak muat masuk sampai dalam gang.

They all enjoyed their time together.

Meski awalnya Amora lebih banyak diam menikmati interaksi antara Larisa, Samara, dan juga Agni setiap kali mereka berkumpul, namun seiring waktu berjalan ia mulai ikut membuka dirinya.

Amora tak lagi ragu turut berbagi cerita, melempar canda, atau memberikan berbagai tanggapan dalam topik obrolan yang sedang dibahas.

Aura dingin yang sebelumnya melekat kuat pada kesan pertamanya, perlahan memudar. Teman-teman sekelas yang mulanya sedikit segan bila ingin menyapa atau berbicara dengan Amora, mulai memperlakukan gadis itu seperti teman biasa lainnya.

Perubahan-perubahan tersebut benar-benar disyukuri oleh Amora setiap malamnya.

Sebelum tidur, ia selalu berdoa agar Tuhan rencanakan hari esoknya lebih baik dari hari-hari sebelumnya. Agar kemudahan selalu menyertai langkah kakinya menjalani setiap hari yang baru.

Wajah berseri Amora juga menjadi hal yang membuat Narendra berlega hati. Perasaannya selalu menjadi ringan setiap gadisnya membagikan sepenggal cerita tentang kegiatannya bersama Agni, Larisa, maupun Samara.

FIX YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang