39

472 17 2
                                        

HALOHA (?)

HAPPY READING!!!

ENJOY GUYS!!!

o∆o

Laksana bungkam. Pemuda dengan model rambut curtain haircut itu nampak kelewat santai. Hingga Asyela geleng-geleng kepala saat beradu pandang dengannya.

"Kamu beneran gila, ya?!"

"Atau kamu nggak benar-benar serius sama aku? Nggak benar-benar mengharapkan aku buat balik?"

"Kamu biarin orang lain menjauhkan kita dengan leluasa? Tapi kamu berlagak menyesal karena aku pergi?" cerocos Asyela yang masih belum ditanggapi Laksana.

"Oh—hampir lupa. Jangan-jangan kejadian waktu itu, benar? Kalau iya, kenapa masih di sini seolah-olah kamu masih mengharapkan aku?"

"Kamu udah punya dia, Sa! Jangan maruk jadi orang! Lepasin aku, kalau kamu mau sama dia!"

Asyela berdiri. Muak dengan Laksana yang tidak membuka suara. "GILA KAMU!" teriaknya penuh amarah.

Hening. Tak mau didekat Laksana, pun segan untuk pergi dari sana. Karena di bawah sana pasti ramai orang menunggunya.

Asyela bertumpu siku pada tembok pembatas. Suasana hatinya sangat buruk, tak habis pikir dengan laki-laki di belakang sana.

"Udah marahnya?" Suara Laksana dengan derap langkahnya yang mendekat.

Kini Asyela balas dendam. Gadis itu tak mengeluarkan suara apapun. Biarkan Laksana merasakan bagaimana menyebalkannya didiamkan seseorang.

"Ayo marah lagi. Keluarkan semua unek-unek kamu selama ini. Aku mau dengar, apapun itu."

Diam. Asyela benar-benar tidak menanggapi. Namun, tiba-tiba sepasang tangan merengkuhnya dari belakang membuatnya tersentak.

"Lepasin!" geram Asyela berusaha melepaskan dirinya.

Bukan Laksana kalau tidak memancing emosinya. Laksana membawa tubuh Asyela semakin dalam, bersandar pada dada bidang pria itu. Merengkuhnya lebih erat, menghalau hawa dingin yang mulai menusuk pori-pori.

Asyela mendengus, membiarkan Laksana menyalurkan dekapan hangatnya. "Aku muak!" ketusnya frontal.

"Iya, aku tau," sahut Laksana memejamkan matanya. Pemuda itu nampak damai menikmati kebersamaan keduanya.

Tak nampak seperti pasangan yang sedang bermasalah. Keduanya malah terlihat serasi, nuansa romantis yang sedikit kaku tercipta di tepi pembatas rooftop restaurant.

"Aku benci sama kamu!" Asyela mulai mengeluarkan unek-uneknya.

Laksana bergumam. "Aku juga cinta sama kamu," jawabnya pelan membuat Asyela mencibir.

"Penipu!"

Masih dalam posisinya, Laksana merendahkan tubuhnya untuk menyangga dagunya pada bahu Asyela, yang semula di atas kepala gadis itu. Membuat pipi keduanya saling menempel, tetapi Asyela menghindar.

"Awas nggak?!" Asyela menghalanginya dengan telapak tangannya.

"Lepasin, Sa! Aku nggak mau dekat-dekat sama cowok orang!"

"Kamu orangnya," tanggap Laksana cepat.

Asyela berdecak. "Kamu nggak sadar diri apa gimana, sih? Mending urusin dulu cewek kamu. Jangan malah nambah masalah di sini!"

"Dengerin dulu penjelasan aku. Kamu salah paham, Sye," ucap Laksana yang sudah melepaskan Asyela dari dekapannya.

Laksana beralih ke samping Asyela, menatap hiruk-pikuk kota di malam hari. Sedangkan, Asyela bersidekap mengusap lengannya yang terasa dingin.

STALKER VS PROGRAMMER [TAMAT]Where stories live. Discover now