29. Portal Tak Terduga

Start from the beginning
                                    

Faenish hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah Jovan. Ia sempat panik karena mengira ada tamu tak diundang yang menyusup masuk ke rumah. Ternyata tamu tak diundang itu hanyalah seekor elang. Sepertinya kejadian beberapa bulan terakhir membuat Faenish menjadi terlalu paranoid.

Faenish hendak kembali ke kamarnya, tetapi tiba-tiba saja ia kehilangan pijakan dan terjatuh.

Bukan hanya Faenish, semua yang menyentuh lantai dapur ikut terjatuh sekitar tiga meter dan mendarat di tumpukan tinggi rumput kering.

Berbeda dengan suasana malam di dapur, ruangan tempat mereka berada sekarang justru terlihat terang seakan hari masih siang. Hanya ada dua kemungkinan, mereka sekarang berada di belahan dunia lain atau mereka sedang berada di Dimensi Buatan.

"Ada yang membuat portal di lantai dapur?" tanya Faenish kepada Ezer yang terjatuh tak jauh darinya.

Ezer mengangguk singkat sebelum memperhatikan sekitar dengan saksama.

"Apa yang barusan itu gempa bumi?" tanya Jovan yang terlihat sangat menikmati sensasi jatuh tiba-tiba yang baru saja dialaminya.

"Kliv?" Kali ini Nyonya Ivone yang berseru keras saat melihat dua sosok yang berdiri beberapa meter di depannya. "Apa itu Eliezer?"

Mengikuti arah pandangan Nyonya Ivone, Faenish mendapati sosok yang selama beberapa hari ini dilihatnya berkeliaran di sekitar rumah, lengkap dengan seekor burung elang yang bertengger di pundak pria itu. Di sampingnya, berdiri sosok pemuda yang mengenakan topeng.

"Nyonya itu bukan Tuan Kliv," teriak Faenish saat melihat Nyonya Ivone yang bergerak mulai mendekati Theo.

Ivone sama sekali tidak memedulikan ucapan Faenish, ia justru semakin mempercepat langkah yang sedikit terpincang-pincang.

Sebelum Nyonya Ivone bisa memeluk Theo, pria itu sudah lebih dahulu mengangkat tangan untuk mencekik leher Ivone. Tanpa sedikit pun menunjukan ekspresi di wajahnya, Theo melempar tubuh Nyonya Ivone dengan kasar.

"Bunda!" Jovan berseru panik dan berlari menghampiri ibunya.

"Kau kembali sebelumnya..." Nyonya Ivone mulai terisak. Ia melepaskan pegangan Jovan padanya dan kembali berusaha mendekati Theo. "Setelah kau pergi membawa Eliezer kau kembali padaku. Lalu kau meneriaki Jovan sebagai sebuah kesalahan dan kau meninggalkanku lagi."

Faenish berniat untuk menghentikan Nyonya Ivone dan membawanya kembali, tetapi Ezer menghalangi jalannya.

"Nyonya—" Faenish mencoba berargumen.

Ezer menggelengkan kepala."Biarkan dia salah paham."

Dengan terpaksa Faenish mengurungkan niatnya, dan kembali mengawasi Nyonya Ivone serta Theo dan si pemuda bertopeng.

Nyonya Ivone tidak lagi berusaha memeluk Theo seperti sebelumnya, ia hanya berdiri beberapa langkah di depan pria itu. "Aku sama sekali tidak mengerti, apa yang salah? Aku mencari kalian ... selama enam belas tahun, aku mencari kalian ... sekarang kau...."

Theo mengeluarkan sebuah senjata api dari saku dan langsung mengarahkannya tepat di depan dahi Nyonya Ivone.

Faenish refleks melangkah maju, tetapi Ezer menahan tangannya. Belum sempat Faenish memprotes, ucapan Nyonya Ivone membuat Faenish kembali menatap ke arah wanita itu.

"Apa aku juga sebuah kesalahan untukmu?" Nada suara Nyonya Ivone terdengar begitu putus asa dan lemah.

Sesaat, suasana menjadi hening. Bahkan Theo tidak melakukan apa pun.

"Apa yang salah Kliv? APA YANG SALAH?" Tiba-tiba saja Nyonya Ivone berteriak. Ia seakan tidak peduli dengan senjata api di depan wajahnya.

Faenish tak bisa menahan air matanya. Ia teringat dengan kejadian di gudang. Kliv jelas sekali menunjukan bahwa ia sangat mencintai Nyonya Ivone. Namun pria itu tidak bisa melakukan apa pun karena dia terikat takdir sebagai Tangan Bayangan. Sementara Nyonya Ivone sekarang harus salah paham, dan berpikir bahwa Kliv tak segan-segan membunuhnya.

ATTACHEDWhere stories live. Discover now