Gery adalah mahasiswa abadi yang memiliki kepribadian bar-bar dan kesabaran yang setipis tisu dibelah tujuh terus dicemplungin ke air. Ya, dia itu anaknya suka bener marah-marah.
Tetapi, malam itu dia pulang dari berkumpul bersama teman-temannya. J...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
***
Gery berjalan melewati trotoar. Dia setiap pergi bekerja harus berjalan kaki untuk pergi ke halte. Gery si duda itu tidak mempunyai uang untuk membeli kendaraan. Dan Gery si mahasiswa abadi, meski sudah mendapatkan uang 50 juta pun, dia enggan membeli motor.
"Mending uangnya buat beli kebutuhan Kevan dan Kevin," kata Gery pelan. Tangannya terus menggulir layar ponsel untuk melihat berita apa yang ada.
Selama beberapa hari berada di tubuh Gery Adiwijaya, Gery Altezza mencari tahu tentang dirinya serta keluarganya. Namun nihil. Keluarga Altezza tidak ada di pencarian. Padahal Gery yakin keluarganya cukup terpandang dan pastinya banyak yang mengenalinya.
Bahkan saat mencari tahu tentang kematiannya, Gery tidak melihat ada berita kecelakaan dan tidak ada data orang bernama Gery Altezza. Itu membuat Gery beranggapan bahwa dia berada di timeline lain.
Dunia yang dia tempati sama. Bumi. Hanya saja waktunya berbeda. Gery menghela napas berat, menghentikan langkah saat melihat toko kue.
Pria dengan kemeja putih serta tas kerjanya itu menatap kue yang berjejer rapi di dalam etalase.
"Kue ulang tahun, ya..." Gery membuka ponselnya kembali. Di kalender ponsel ada label yang tertera di sana.
Ultah Kevan dan Kevin. 11 Desember 2026
"Dasar Gery gengsian. Padahal dia sesayang ini sama anaknya, tapi lebih milih nelantarin mereka demi uang." Gery tersenyum tipis.
Tanpa pikir panjang pria itu masuk ke dalam toko kue. Kehadirannya disambut dengan hangat oleh para pekerja.
"Selamat datang, Pak. Apa ada yang Anda inginkan?" Pekerja wanita itu tersenyum ramah.
Gery melihat-lihat kue di dalam etalase. "Kue brownies ada ga?"
"Ada, pak."
"Dua tingkat?"
"Ada, pak."
"Kalau begitu beli yang itu. Rasa coklat, terus hiasannya juga coklat batangan, di atasnya ada stroberi. Bikin tulisan pibesdey anak gue."
Pekerja itu tersenyum canggung. Tidak salah, nih? Pibesdey anak gue? Orang tua mana yang memesan kue ulang tahun seperti ini?
"Kenapa?" tanya Gery menyadari pekerja tadi tidak langsung bergerak.
Pekerja wanita itu tersentak, kemudian menunduk sopan. "S-Saya akan menyiapkannya. Anda bisa menunggu sebentar."
"Oke."
Setelah pekerja itu pergi, Gery berdiri di depan etalase dengan telapak tangan yang dimasukkan ke dalam saku celana. Sejenak, dia menyadari banyak pasang mata yang terarah padanya.