Gretta Quinley harus menyandang gelar Duchess of Valtor atas paksaan kakaknya. Mengubur semua impiannya untuk menjadi Ratu di masa depan bersama sang kekasih, Putra Mahkota Kekaisaran Douglas.
Gretta pikir menikah dengan Duke Fredric Caradoc of Val...
"Terkadang kau harus kehilangan satu orang untuk menyelamatkan semuanya. "
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
🥀🥀🥀
Malam itu tiba. Hari yang paling dibenci oleh Gretta di kehidupan masa lalu hingga kini.
Rasanya masih sama seperti dahulu ketika mendengar kabar keberangkatan orang-orang di sekitarnya untuk membela kekaisaran. Menyelamatkan ribuan nyawa dengan mengorbankan para pejuang yang juga memiliki tekad untuk mempertahankan semua yang berharga di hidup mereka.
Dahulu, ia tidak pernah ingin memiliki pasangan yang sama seperti latar belakang keluarganya. Bangsawan yang tercipta untuk melindungi kekaisaran Douglas.
Jatuh cinta pada Egbert adalah hal yang paling menyenangkan untuk Gretta di masa lalu. Ketakutannya akan kematian dan kehilangan menjadi sirna ketika melihat netra emas yang memancarkan keindahan itu. Ia mampu membayangkan betapa indahnya menua bersama dengan orang yang ia cintai. Namun, ia adalah Duchess of Valtor. Pendamping dari Duke sekaligus pahlawan yang diagungkan oleh seluruh rakyat dan bangsawan di kekaisaran. Gretta harus mampu bersikap lapang dada menerima takdirnya seperti sang ibu.
"Ibu pasti bangga padaku, Fleur." Jemari lentiknya mengusap pelan syal biru muda yang ia bawa dari kediamannya.
"Tentu saja, Duchess. Anda sudah tumbuh menjadi sangat luar biasa," jawab Fleur dengan tatapan berkaca-kaca. Ia bahkan rasanya ingin menangis sekarang juga. Untung saja Gretta membelakanginya.
"Apakah ibu juga merasa kesepian?"
Ibu Fleur adalah pelayan setia dari Duchess Aerith. Tentu saja ia mendapatkan banyak pembelajaran dari cerita sang ibu selama melayani Duchess Aerith yang terkenal sangat penuh kasih dan dikagumi oleh orang-orang karena kecerdasannya. Dari sana, Fleur bertekad untuk melakukan yang terbaik.
"Ibu saya pernah berkata bahwa Duchess Aerith semasa hidupnya selalu terlihat cerdas. Beliau sangat bersinar dan kuat. Bahkan rasanya, serangga akan takut menyentuhnya." Fleur tersenyum. "Namun, Duchess Aerith akan menangis saat semua orang telah tertidur dengan tenang di malam hari. Ketika semua lilin padam, ibu saya akan mendengar suara tangis yang memilukan dari dalam pintu sang pemimpin duchy. Sejak pertama kali ibu saya menyadarinya, ia tidak pernah benar-benar tertidur."
Perlahan, cairan sebening kristal membasahi syal yang digenggam oleh jemari Gretta. Mendengar perkataan Fleur membuatnya kembali mengingat kehidupan di masa lalu.
"Selamat malam, Duchess," pamit Fleur setelah memadamkan semua lilin di kamar Gretta. Lalu, berjalan perlahan meninggalkan ruangan tersebut. Beberapa kali, Fleur menoleh ke belakang, memastikan bahwa Gretta benar-benar tertidur nyenyak.