Aku tidur sambil memeluk orang yang mabuk hingga tertidur. Aroma samar bercampur sedikit alkohol membuatku merasa aneh, tapi itu tetaplah aroma Phoon. Hingga tengah malam, saat aku terbangun dan mendapati orang dalam pelukanku sudah tidak ada."Phoon," panggilku pelan, turun dari tempat tidur, dan keluar mencarinya. Aku berpikir mungkin dia pergi ke kamar mandi. Ketika aku melihat sosok kecil itu duduk di depan kulkas, aku segera berlari menghampirinya. "Kau baik-baik saja?"
"Ugh, sakit."
"....." Aku tidak membalas apa pun. Aku meraih tangannya untuk mengangkatnya dan mendudukkannya di kursi. "Kau jatuh?"
"Aku membenturkan kepalaku."
"Hah? Di mana?" tanyaku khawatir karena kamar kami selalu memiliki lampu kecil yang menyala kalau-kalau Phoon terbangun tengah malam. Cahaya redup menerangi wajahnya, dan aku melihat ada bekas merah di dahinya. "Ah, kasihan sekali. Apa kau membentur kulkas?"
"Ya. Aku akan membalasnya."
"?"
"Berani sekali dia melukai orang yang membersihkannya?" Aku tak bisa menahan senyum melihat orang yang belum sepenuhnya sadar ini, lalu pergi mengambil peralatan untuk merawat luka. Kupikir benturan kecil tak akan terlalu menyakitkan. Dia pasti tidak sadar saat membentur pintu atas kulkas. "Ayo! Dasar bodoh."
T-tunggu...
Apa dia sedang bertengkar dengan kulkas...?
"Apa kau tidak senang? Hah? Aku bahkan memasak ayam sendiri. Kalau kau tidak suka, jangan lahir sebagai kulkas!"
"...Phoon."
"Kau membelanya, Phi Fah?"
"Tidak, aku tidak membelanya. Ayo duduk agar aku bisa mengobati lukamu."
"Aku tidak mau, aku tidak mau."
Dia sepertinya menjadi lamban saat mabuk. Kupikir tak akan terjadi apa-apa saat aku tertidur tadi. Aku harus mengangkat tubuhnya yang keras kepala dan mendudukannya kembali di kursi untuk mengoleskan obat dan memijat luka di dahinya pelan.
"Phi Fah bisa mengobati luka, hebat sekali. Pantas saja kau belajar jadi dokter."
"...Ya."
"Pantas saja kau belajar keras untuk menjadi dokter."
"..." Aku sedikit mengernyit, tak tahu harus merespons apa.
"Belajarlah yang rajin, ya?"
"...Ya. Sekarang ayo tidur."
"Dokter. Dokter Fah."
"Ya?"
"Uh, jangan biarkan Phoon tahu."
"Tahu apa?"
"Jangan biarkan dia tahu kalau kau melirik orang lain saat belajar."
"Aku tidak melirik siapa pun. Kenapa tiba-tiba kau membahas ini?" tanyaku sambil membawanya kembali ke tempat tidur. "Apa kau ke kulkas karena haus? Sudah minum air belum?"
"Jangan ganti topik. Itu mencurigakan. Apa kau melirik orang lain?"
"Tidak, aku tidak."
"Phoon tahu. Semua orang mengagumimu, semua orang."
"Semua orang?" tanyaku sambil tersenyum melihat orang yang mengeluh di tempat tidur. Wajahnya merah padam hingga ke telinga. Matanya setengah terpejam dan suaranya terdengar manis.
Dia benar-benar menggemaskan saat mabuk.
"Semua orang. Bahkan saat pergi ke toko, anjing-anjing pun mengikutimu. Aku melihatnya."

KAMU SEDANG MEMBACA
[END] SOUTH : BESIDE THE SKY
Romance=AUTHORIZED TRANSLATION= Ini adalah terjemahan resmi bahasa Indonesia dari novel Thailand dengan judul yang sama karya Howlsairy. . . . Karena kau adalah satu-satunya langitku. Baik dulu maupun sekarang... Typhoon: Seolah aku jatuh cinta berulang k...