Chapter 39: Ten and a Million

43.8K 1.4K 437
                                    


Karena kami punya janji kencan sore ini untuk merayakannya bersama dan karena para dokter ada kelas, kami berangkat pagi-pagi. Waktu itu, hanya ada North, Ter, dan aku yang diantar oleh para dokter. Kami duduk di sebuah toko di mal menunggu Daotok datang untuk menonton film bersama. Sedangkan Foam bilang akan datang malam hari karena malas keluar di bawah terik matahari.

"Lama sekali," North mulai mengeluh.

"Dao menyetir sangat pelan," kata Ter. "Aku pernah lihat dia nyetir cuma tiga puluh."

"Sial, kapan sampainya?"

"Dia hati-hati saat menyetir, kau tahu."

"Kalau nyetir seperti itu, lebih baik naik sepeda saja."

"Kalian benar-benar mau menonton film itu?" tanyaku lagi untuk memastikan. North yang menawarkan diri untuk memilih film. Tentu saja, seseorang yang takut hantu seperti North malah memilih film horor... Aku tidak mengerti kenapa, tapi mungkin karena dia menyukainya. Dia jadi takut karena bisa membayangkan lebih banyak daripada orang yang tidak menontonnya.

"Sudahlah. Dia itu orang yang sebenarnya."

"Nanti kau berteriak di bioskop lagi," kata Ter sambil menggeleng pelan.

"Apa? Siapa yang teriak? Orang sepertiku teriak? Lucu sekali, Ter. Kenapa aku harus teriak? Tidak."

"Hmm, kita akan lihat nanti."

"Jadi kau tidak takut?" tanyaku.

"Takut."

"Kalau begitu kenapa menonton film horor kalau takut hantu? Kau aneh."

"Hei, kalau kau tidak takut, untuk apa menonton film horor? Kalau tidak ada rasa takut, mana serunya? Apa yang salah?"

"...Ya, benar juga." Aku mengernyitkan dahi dan mengangguk. "Sudah bilang ke Dao kalau kita mau nonton film horor?"

"Sudah, Dao bilang dia bisa menontonnya, dia suka film horor," kata Ter.

"Lihat, kau menemukan seseorang yang satu selera."

"Dao memang cocok denganmu."

"Dao tidak pernah berusaha menyenangkanmu?" kata Ter. "Meskipun dia tidak suka pesta, dia tetap datang karena kau memohon sedikit."

"Hmm, benar juga." Aku mengangguk karena setiap kali aku mengajaknya pergi ke suatu tempat, dia selalu menolak. Kali ini, aku mencoba memohon dan ternyata Dao setuju lebih mudah dari yang kuduga.

Sebenarnya, jika Dao menolak lagi, aku takkan berani memaksanya lebih jauh. Dao sepertinya tipe orang yang tidak suka pesta atau tempat ramai, apalagi jika ada orang yang tidak terlalu dekat dengannya.

Jadi kalau aku mengundangnya seperti ini, apa Dao akan merasa tidak nyaman? Oh tidak, aku hanya berpikir ingin dia keluar kamar dan menghabiskan lebih banyak waktu di luar. Aku lupa kalau Dao mungkin akan merasa tidak nyaman.

Tak lama kemudian, Daotok datang ke toko dan duduk di sebelahku.

"Sudah pesan tiket filmnya?" tanya pendatang baru itu.

"Hah? Sudah. Tayangnya setengah jam lagi."

"Ah, film horor, ya?"

"Ya," jawabku. "Hei, Dao, apa kau tidak masalah dengan anak-anak kedokteran yang datang malam ini? Aku tidak ingin kau merasa tidak nyaman. Kalau kau merasa tidak nyaman, tidak apa-apa. Maaf, aku tidak memikirkan ini lebih awal. Aku tidak mau memaksamu."

"Kau ingin aku ikut, kan, meow?"

"Tentu."

"Baiklah. Aku akan ikut, tidak masalah. Aku sudah bicara dengan semua temanmu sebelumnya."

[END] SOUTH : BESIDE THE SKYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang