Bab 17

10.3K 818 10
                                    

Ke esok kan hari nya

Siang itu, Kaisar meregangkan tubuhnya di kursi setelah menyelesaikan tumpukan dokumen. Matanya melirik ke luar jendela, pandangannya tertuju pada taman istana.

Di sana, ia melihat putra bungsunya, Remiel, sedang bermain. Anak itu berlarian kecil, sesekali tertawa saat mencoba menangkap seekor kupu-kupu.

Di dekatnya, Permaisuri Elara duduk di bawah naungan pohon sambil tersenyum lembut, memperhatikan anaknya.

“Dia terlihat bahagia,” gumam Kaisar pelan.

“Memang,” jawab Permaisuri yang tiba-tiba sudah berdiri di dekatnya, membawa secangkir teh hangat. “Remiel semakin sering tersenyum akhir-akhir ini.”

Kaisar mengangguk, meski pikirannya melayang. “Aku... merasa sudah terlalu jauh darinya,” katanya sambil menatap Elara. “Aku tidak tahu bagaimana caranya mendekatinya sekarang.”

Permaisuri tersenyum lembut, lalu menaruh tangannya di bahu Kaisar. “Maka mulailah dari langkah kecil. Hanya berbicara dengannya, temani dia. Remiel tidak membutuhkan apa pun selain kehadiranmu.”

Kaisar terdiam, pikirannya kembali pada kenangan lama yang tidak bisa ia hapus.

FLASHBACK

Suara tangisan kecil terdengar menggema di aula istana yang kosong. Kaisar berdiri di depan putra bungsunya yang saat itu baru berusia 14 tahun. Remiel kecil memegang sebuah vas pecah di tangannya, air matanya mengalir deras.

“Ayah, aku tidak sengaja...” suara kecilnya terputus oleh isakan.

Kaisar menatapnya dengan dingin. “Remiel! Apakah kau sadar apa yang telah kau lakukan? Itu vas hadiah dari Raja Tetangga. Kau membuat Kekaisaran ini malu!”

Remiel mundur selangkah, tubuhnya gemetar. “Aku... aku hanya ingin melihat bunga di dalamnya, aku tidak sengaja, Ayah...”

“Cukup!” bentak Kaisar. “Berhenti menangis seperti anak kecil. Pergi ke kamarmu dan renungkan apa yang telah kau lakukan.”

Remiel kecil tidak mengatakan apa-apa lagi. Ia hanya berlari pergi sambil terisak, meninggalkan pecahan vas di lantai.
Kaisar menghela napas berat, mengalihkan pandangannya. Namun, saat ia berbalik, ia melihat Elara berdiri di lorong.

“Kau terlalu keras pada anak itu,” katanya dengan suara rendah.

“Dia harus belajar, Elara. Dia seorang pangeran,” jawab Kaisar singkat.


Kembali ke Saat Ini

Kaisar tersentak dari lamunannya, tangannya mengepal di sandaran kursi. Permaisuri melihat ekspresi penuh penyesalan di wajah suaminya.

“Kau tahu, dia tidak pernah menyimpan dendam,” kata Permaisuri pelan. “Tapi itu bukan berarti dia lupa.”

Kaisar menarik napas dalam, lalu berdiri. “Aku akan mencoba,” katanya akhirnya.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Kaisar berjalan menuju taman dengan langkah penuh pertimbangan. Saat mendekati Remiel, anak itu sedang duduk di rumput, menggenggam bunga kecil di tangannya.

“Remiel,” panggil Kaisar.

Anak itu menoleh, sedikit terkejut. “Ayah?” tanyanya, suaranya mengandung kebingungan.

Kaisar tersenyum, mencoba terlihat tidak kaku. “Apa yang sedang kamu lakukan?”

Remiel memiringkan kepalanya. “Aku... hanya bermain,” jawabnya hati-hati.

Become the youngest prince [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang