Bab 15

11.3K 958 7
                                    

Di Dalam Kamar remiel

Remiel duduk di dekat jendela kamarnya sambil membaca buku, tetapi pikirannya melayang mendengar percakapan samar dari para pelayan di luar pintu.

"Festival di ibu kota malam ini pasti meriah sekali," kata salah satu pelayan.

"Iya, pesta lampion dan pasar malam. Aku dengar ada tarian tradisional dan berbagai makanan enak," balas yang lain.

Remiel menutup bukunya perlahan, tatapannya berubah penasaran. Festival? Sejak ia berada dalam tubuh Remiel, ia tidak pernah sekalipun keluar dari istana. Hatinya berdebar memikirkan kemungkinan untuk melihat ibu kota dan menikmati suasana festival.

“Aku harus pergi ke sana,” gumamnya pelan.

Namun, ia sadar rencana ini harus dilakukan diam-diam. Tidak mungkin Kaisar, Permaisuri, atau bahkan saudaranya akan mengizinkannya keluar.



~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~


Remiel mengenakan pakaian sederhana, mencoba menyamar agar tidak dikenali sebagai pangeran.

Ia berhasil mencapai pintu kecil di sisi istana yang jarang digunakan. Namun, sebelum sempat membuka pintu, suara lembut namun tegas menghentikannya.

“Yang Mulia, mau ke mana Anda malam-malam begini?”

Remiel terkejut dan berbalik. Di sana berdiri Asher, pengawalnya, dengan tangan terlipat dan tatapan penasaran.

“Aku... hanya ingin berjalan-jalan,” jawab Remiel, mencoba terdengar santai.

“Di luar istana?” Asher mengangkat alisnya, lalu menatap pakaian Remiel. “Anda mau ke festival, bukan?”

Remiel mendesah, menyadari bahwa berbohong tidak ada gunanya. “Iya. Tapi aku ingin pergi sendiri. Jangan ikut.”

“Tidak mungkin,” balas Asher tanpa ragu.

“Aku bisa menjaga diriku sendiri,” bantah Remiel, suaranya terdengar agak kesal.

Asher menggeleng. “Yang Mulia, bagaimana jika sesuatu terjadi pada Anda? Bagaimana jika Anda tersesat, atau lebih buruk, diculik?”

“Siapa yang mau menculikku?” Remiel mendengus.

“Banyak,” jawab Asher dengan nada serius. “Dan jujur saja, saya yakin mereka tidak akan melewatkan kesempatan untuk menjual Anda karena...” Asher berhenti sejenak, lalu menatap Remiel dengan mata berbinar. “Karena Anda sangat imut!”

Remiel terdiam, lalu memutar mata. “Itu alasan paling konyol yang pernah kudengar.”

“Bukan konyol, Yang Mulia,” kata Asher dengan penuh keyakinan. “Keimutan Anda adalah aset yang berharga, dan sebagai pengawal Anda, saya tidak bisa membiarkan itu dimanfaatkan orang lain!”

Remiel merasa bingung sekaligus malu. Ia tidak tahu harus bagaimana menghadapi ksatria yang begitu serius membicarakan hal ini.

“Baiklah,” akhirnya Remiel mengalah. “Kau boleh ikut. Tapi jangan banyak bicara, dan jangan buat aku terlihat mencurigakan.”

Asher tersenyum lebar, jelas sangat senang. “Terima kasih, Yang Mulia. Saya tidak akan mengecewakan Anda.”

Suasana di ibu kota benar-benar meriah. Lampion warna-warni menghiasi jalanan, suara musik dan tawa terdengar di mana-mana, dan aroma makanan lezat memenuhi udara.

Remiel berjalan perlahan, matanya berbinar melihat semua yang ada di sekitarnya. Ini pertama kalinya ia merasakan kebebasan seperti ini sejak masuk ke dunia novel.

Become the youngest prince [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang