39 - Fever

27.1K 2.6K 108
                                    

haloww guyss~

udah malem banget ya, maap soalnya aku prustesyen dikit pas revisi, hix 🤒🤕

Happy Reading!
-✦◌✦-
🤎🐻

Gloria Giverny, sang Nyonya besar Wang yang amat di hormati di Mansion ini, kini tampak sibuk menata berbagai jenis camilan keatas trolley makanan mewah di bantu oleh para Maid.

Gloria, seorang wanita paruh baya berparas cantik dengan balutan dress selutut sederhana. Ia berasal dari keluarga terpandang yang cukup berpengaruh di negara ini, namun tak ada sama sekali sikap angkuh pada dirinya.

Karena didikan dari sang Ibu sejak kecil, berpenampilan sederhana pun telah menjadi kebiasaan baginya.

"Oh lihat, menantu Ibu benar-benar menyiapkan semua toping." Gloria beralih menghampiri sang menantu, Aveline, yang saat ini hampir selesai menghias donat buatannya dengan berbagai toping.

Aveline yang tengah menaburkan chocolate chip keatas donat yang telah dilumuri oleh coklat, segera menoleh dengan senyuman. "Ini semua khusus aku siapkan untuk cucu-cucu kesayangan Ibu."

Gloria langsung tertawa kecil mendengarnya. "Kalau begitu biar Ibu bantu."

"Tidak perlu, Bu. Sudah hampir selesai, Ibu sendiri juga pasti lelah."

Semua camilan yang akan disajikan adalah buatan Aveline dan Gloria. Mereka bangun pagi-pagi sekali untuk memasak sarapan, lalu lanjut membuat kue dibantu oleh para Maid.

"Mom."

Panggilan dari Darel menarik perhatian Aveline juga Gloria. Pandangan keduanya langsung terarah pada kedatangan Lovisa, yang berjalan mendekat dengan senyuman lebar.

"Menantu Ibu." Gloria langsung merentangkan tangan, menyambut hangat Lovisa yang segera memeluknya.

Lovisa tersenyum, mengusap lembut punggung sang mertua. "Bagaimana kabar Ibu?"

"Ibu baik sayang, sangat baik." Gloria melerai pelukan, membiarkan Aveline yang baru saja selesai mencuci tangan untuk mendekat.

"Apa kabar, Mama Lovi?" sapa Aveline dengan senyum menggoda, membuat Lovisa langsung tertawa seraya berhambur memeluknya.

Gloria yang melihat interaksi kedua menantunya ikut tersenyum geli. Mengalihkan pandangan pada Ravel dan Lion, Gloria segera menghampiri dan mengusap lembut lengan keduanya.

"Cucu-cucu Oma tumbuh dengan baik." puji Gloria bangga, menyadari jika tubuh Ravel dan Lion tumbuh semakin tinggi.

Ravel tersenyum sombong. "Ini karena kami rajin berolahraga, Oma. Tidak seperti si pendek Dar- Hei! Yang toping keju punyaku!" seru Ravel tiba-tiba, saat melihat Darel hendak mengambil donat buatan Aveline dari atas piring.

"Siapa cepat dia dapat." balas Darel mengejek, seraya merangkul pundak Dave yang memasang wajah lelah di sampingnya.

Aveline yang melihat pertengkaran keduanya langsung terkekeh. "Ravel tenang saja, Bibi membuat yang banyak khusus untuk kalian berdua."

Aveline telah belajar dari yang sudah-sudah. Karena Ravel dan Darel sama-sama menyukai donat dengan toping keju, keduanya jadi sering berebut dan bahkan sama-sama tak ada yang mau mengalah.

"Terimakasih Bibi, aku tahu Bibi memang seperti malaikat. Tidak seperti anak Bibi yang pendek itu." sindir Ravel di akhir.

Darel yang di sindir, jadi dibuat bimbang, ingin melempari wajah jelek Ravel dengan sandal tapi takut diomeli.

LOUISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang