Chapter 33: Daotok (Shooting Star)

59.9K 1.6K 583
                                    


"Jadi, kau benar-benar melakukannya?" tanyaku pada orang di depanku, yang mengenakan seragam siswa dengan tampilan berantakan. Tiger datang ke kampus untuk menemui kami dan membawa salinan bukti palsu yang dibuat oleh Paman Rit. Aku memintanya karena ingin melihat seperti apa bukti palsu yang digunakan. 

"Kau maksud matanya?" 

"Hmm." 

"Aku benar-benar melakukannya." 

"Dia di rumah sakit, kan?" 

"Sepertinya begitu." 

"Apa dia akan buta?" 

"Kau bertanya karena merasa bersalah?" Tiger duduk di sofa di depan Jo. "Tidak perlu, ini tugasku." 

"Begitu ya." Aku mengangguk untuk menunjukkan bahwa aku mengerti. Setelah kejadian itu, aku sempat berpikir sejenak. "Kalau hari itu aku melarangmu, apa yang akan terjadi?" 

"Aku akan pulang, dan ayahku akan memarahiku karena tidak mematuhi perintahnya. Lalu dia akan mengirim orang lain untuk mencungkil matanya juga," jelas Tiger. Aku kembali mengangguk. Aku tahu, bahkan jika aku melarangnya, itu tidak akan ada gunanya. 

Kejahatan menggunakan bukti palsu untuk menipu mafia tidak akan hilang hanya karena aku melarangnya melukai dia. 

Waktu itu, aku tidak melarangnya karena alasan ini. Karena, itu percuma. Pendapatku tidak penting. Lagipula, seperti yang Tiger katakan, meskipun dia tidak melakukannya, mereka pasti akan mengirim orang lain untuk menanganinya. 

"Tapi sejujurnya, walaupun kau melarangku, aku tetap akan melakukannya." 

"Kenapa?" 

"Aku tidak bisa menentang perintah ayahku." 

"Ger, kau benar-benar anak yang baik," ledek Jo. 

"Biasanya," jawab Tiger santai sebelum bangkit dari sofa dan bersiap untuk pergi. 

"Dan, hei Jo," dia berbalik menatap Jo seolah baru ingat sesuatu. 

"Ada apa?" 

"Aku dengar dia menyuruh seseorang mengurus North. Kau seharusnya memberitahuku lebih dulu. Luka di wajah North itu perbuatannya, kan?" 

"Hmmm." 

"Dasar bajingan." Tiger langsung kesal. "Pelecehan pada North berdampak pada banyak pihak. Mereka seharusnya berpikir dulu sebelum bertindak." Tiger mengumpat kesal sebelum keluar dari ruangan. 

Sekarang, kami berada di ruang pribadi di sebuah kafe dekat fakultas. 

"Apa maksudnya tadi?" 

"Mungkin karena North berteman dengan seorang laki-laki bernama Duen Nao." 

"Duen Nao?" Aku mengangkat alis dan mengulangi nama itu, seolah pernah mendengarnya sebelumnya. 

"Orang yang diam-diam diinginkan oleh si bajingan itu selama bertahun-tahun, tapi itu saja yang kutahu." Ai Jo sedikit mengangkat bahu, tidak terlalu peduli. 

Hanya dengan mengetahui itu, aku tidak lagi berpikir untuk bertanya lebih jauh. Aku melihat amplop dokumen di tanganku dan membukanya. Bukti palsu yang diberikan Paman Rit memang bukan main-main. Baik itu mobil atau tanah, kalau dokumen-dokumen itu memang palsu seperti yang Tiger katakan, maka tidak heran kalau mereka marah. Ini bukan hanya soal mempermalukan mereka, tapi juga soal menipu mereka untuk mendapatkan uang.

"Misalnya, jika kau memiliki sebuah mobil, kau bisa menggunakannya sebagai jaminan untuk mendapatkan pinjaman sebesar satu juta baht. Tapi Paman Rit menggunakan prinsip dasar yang licik: dia berbohong dengan mengatakan memiliki empat mobil, padahal hanya punya satu, sehingga dia mendapatkan empat juta. Satu juta itu wajar karena dia memang memiliki mobil, tapi tiga juta sisanya seperti didapatkan secara cuma-cuma, meskipun tidak ada aset yang mendukungnya. 

[END] SOUTH : BESIDE THE SKYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang