Janlup untuk selalu vote dan komen yang banyak, soalnya aku suka baca komen dari kalian😊
Wajib follow!!! Kalau nggak pantatnya korengan!!
Happy Reading ✨
Derby ragu-ragu sesaat hendak melangkahkan kakinya keluar dari rumah itu. Dia tahu, jika di luar sana masih ada 3 lelembut peliharaan kakeknya yang siap menerkamnya kapan saja.
"Ayo, By. Mereka gak bakal ngapa-ngapain kamu kalo ada kita. Buktinya kamu selalu aman kan di dalam rumah," ujar Saga meyakinkan Derby sembari menggandeng tangan kecil adik barunya itu.
"Mereka ganas loh, lebih dari kalian. Aku gak tau kenapa, padahal dulu mereka yang ngerawat sama ngebesarin aku." Derby nampak sendu mengingat kenangan indah ketika tinggal bersama ketiga makhluk yang ia anggap sebagai keluarganya sendiri.
"Yah, wajar. Sifat setan itu akan kembali pada aslinya. Ketika belenggunya lepas sesaat Tuannya sudah mati." Rega menambahkan tanpa menampilkan ekspresi apa pun.
Membuat Derby mengigit bibirnya pilu. "Gitu, ya?" lirihnya tak bersemangat.
Atmosfer lumayan berat dan sesak, membuat Saga bersorak riang menyemangati keluarga barunya dan menuntun Derby untuk keluar dari rumah.
Benar saja, ketiga lelembut itu tak menghampiri Derby. Sejemang, Derby bernapas lega, dia mengekori kedua kakak kembarnya masuk ke dalam mobil. Namun, satu kejanggalan mengusik benaknya.
Dipikir-pikir kok gak ada hantu sama sekali, ya? Apa mata batinku ikut ketutup? Yey!! sorak Derby dalam diam.
Sepanjang perjalanan dia tak mendapati makhluk yang berasal dari dunia lain sama sekali. Nyatanya, selangkah saja dia keluar dari rumahnya yang dulu, kejahilan kecil yang diperbuat entitas-entitas asing itu selalu menggangu aktivitasnya. Dan baru kali ini dia merasa bebas dan nyaman. Dia bisa menghirup udara segar tanpa racun jelaga hitam gaib yang mengusik.
Sesampainya mobil mereka di lingkungan sekolah. Tangan Derby kembali ditarik ringan oleh Saga agar tak malu-malu keluar dari mobil.
"Gede banget sekolahnya ... Beda kayak sekolah Derby di kampung yang cuma pake bambu bangunannya." Derby bersembunyi di balik punggung Rega merasa tak percaya diri dengan lingkungan barunya.
"Haha, semua sekolah sama aja kok, yang penting bisa belajar. Ayok ah! Jangan sama Rega terus, sama aku aja! Aku lebih family friendly," ajak Saga kembali menggandeng Derby agar mengikuti langkahnya.
"Gak mau! Kamu bau mujaer!" Derby menepis tangan Saga dan kembali bersembunyi di balik tubuh Rega.
Hal itu mampu membuat Saga terperanjat tak percaya. "Njir, syok ringan ...," isak Saga meremat dadanya yang nyeri.
Sebuah seringaian kecil Rega berikan pada kembarannya, dan mulai merangkul bahu Derby membawanya berjalan masuk ke dalam gedung sekolah.
Saga mengendus tubuhnya sendiri merasa tersinggung. "Bau pecel lele, kok!! Bukan mujaer!!" elaknya berlari menyusul kedua saudaranya.
Singkat cerita, Derby dimasukkan pada kelas tingkat dua SMA di salah satu kelas yang tak jauh dari gedung kelas tingkat tiga. Rega dan Saga memiliki selisih satu tinggat di atas Derby, membuat mereka harus berpisah di depan kelas si bungsu.
"Kalo ada yang bully, bilang abang. Nanti abang blender!" Saga memeluk Derby seakan tak ingin meninggalkannya.
Rega tak berkata banyak seperti saudaranya, dia hanya mengusap puncak kepala Derby seakan berkata hal yang sama.
"Iya aman, adik *gakko dulu, ya. Bye bye, Abang." Derby melambaikan tangannya dan tersenyum sangat manis memperlihatkan gigi kelincinya.
*Sekolah
Saga mematung sejenak sebelum akhirnya dia meremat dadanya kembali. "A-abang katanya? A-aku dipanggil aabang??" panik Saga lekas merobohkan tubuhnya pada Rega yang ada di belakangnya.
"Alay." Rega menghindar dan mampu membuat Saga terjungkal ke belakang.
Karena sedikit malu, Derby buru-buru masuk ke dalam kelas mengabaikan drama si kembar yang tak kunjung usai.
***
Tak ada yang menarik di sekolah itu, Derby hanyalah seorang siswa pindahan biasa yang tak terlalu menarik perhatian kawan sebayanya. Bahkan, sampai deringan bel bernyanyi tanda pulang, dia setia dengan kesepian.
Rega dan Saga adalah siswa yangs sangat sibuk dengan kegiatan sekolahnya masing-masing. Mereka tak sempat melirik ke arah Derby bahkan di kala jam istirahat.
Di sini Derby, berjalan gontai di sepanjang lorong, hendak keluar dari gedung sekolahnya. Ada satu hal yang menarik perhatiannya sejak awal. Yah, seekor lalat daging yang terus terbang di sekitar tubuhnya.
"Bubub, kan? Mau sampai kapan jadi lalet gitu? Geli ah, mending jadi genderuwo putih kek biasanya aja," bisik Derby tiba-tiba.
Benar saja, lalat itu meledakkan dirinya hingga kepulan asap itu membentuk sosok yang lebih besar lagi. "Kok diem aja dari tadi, kalau kamu tau ada saya?" protes Beelzebub dengan wujud iblis yang setengahnya menyerupai manusia.
"Jam terbang anak indihom udah tinggi, Bos kyuh. Udah gak sembarangan lagi ngomong sama demit di tempat umum. Sekarang sepi, ya baru aku ngomong." Derby menyibak poninya ke belakang seakan bangga dengan dirinya sendiri.
"Sok penantang petenteng ..." Dengan wajah malas, Beelzebub mendorong dahi Derby yang seluas samudra menggunakan telunjuknya.
Banyak hal yang Derby tanyakan pada Beelzebub sepanjang perjalanan menuju gerbang sekolah. Seperti banyak makhluk yang enggan mendekatinya ketika berada dekat dengan keluarga barunya.
Iblis putih itu menjelaskan, energi mereka dan dirinya sendiri sudah cukup besar mendominasi entah itu di dunia nyata atau portal dimensi yang berbeda. Energi negatif berupa dosa ketamakkan begitu dasyat hingga mampu membuat entitas lain enggan berseteru atau pun berbaur dengan mereka.
"Jadi misi mereka sekarang ngerawat aku sampai gemuk, biar bisa mukbang sama-sama, demi penuhin persyaratan pesugihannya?" Derby kembali bertanya seraya menendang bebatuan kecil tanpa menghentikan langkahnya.
"Yap, kalo kamu mau kabur juga ga pa-pa. Toh, mereka gak maksa, kamunya sendiri yang mau, kan? Mereka juga bisa cari stok daging lagi nanti." Beelzebub mulai mengeluarkan sayap kelelawarnya, dia terbang dengan ketinggian yang rendah hanya untuk mengambil beberapa buah mangga di salah satu pohon sekolah.
Derby menghentikan langkahnya, dia melipat kedua tangan di dada dan menutup mata seakan memikirkan dengan seksama. Batinnya bergumul hebat, tidak hipokrit, dia tak ingin hidup sebatang kara dan menjadi santapan lelembut peliharaan kakeknya. Dia juga tak ingin mati mengenaskan di tangan keluarga gila itu.
Tapi, aku bisa coba ambil hatinya mereka biar mereka gak makan aku. Derby kan anak imut, pasti mereka luluh! pungkasnya dalam hati punuh percaya diri.
"Saya mendengar suara kalbumu itu, Pensil Inul," cibil Beelzebub mulai mengupas mangganya dengan pisau gaib dan duduk bersila di atas paving sekolah. "Dah, nanti aja mikirnya. Mending kita ngerujak dulu, lumayan dapat mangga, nih." Iblis itu menepuk-nepuk pahanya seakan menyuruh Derby duduk di sana.
Celingak-celinguk Derby memastikan jika tak ada seorang pun di sana. Sampai akhirnya, dia menurut untuk duduk di pangkuan si iblis putih itu.
"Cabe sama bumbunya mana, Bub?"
"Gak usah gituan, cocol pake micin aja."
Bubub: Fun fact tentang saya. Saya penggemar nomer satu Abang Azazel!! Kyaah!! 😆🫶🏻 (Dari novel Fake Wizard)
Minggu, 29 Desember 2024

KAMU SEDANG MEMBACA
Chrysalism (Hiatus ༎ຶ‿༎ຶ)
HumorSEKALI LAGI INI BUKAN BL!!! Sinopsis Dibesarkan oleh peliharaan mistis milik kakeknya sendiri. Remaja laki-laki itu telah hidup jauh dari kata normal. Derby namanya, wujudnya sama seperti anak laki-laki kebanyakan, namun tidak dengan matanya. Dil...