6. Menetap?

1.6K 195 11
                                    

Janlup untuk selalu vote dan komen yang banyak, soalnya aku suka baca komen dari kalian😊

Wajib follow!!! Kalau nggak pantatnya korengan!!

Happy Reading ✨









Rega menggendong tubuh ringkih Derby di depan seakan menimangnya seperti bayi kecil. Sesekali ia menepuk pantat si kecil yang tak kunjung menghentikan isak tangisnya.

"Ih, lucu ... Aku juga mau gendong dia, dong." Carla menarik baju Derdy ingin merebutnya.

Nahasnya, Derby semakin meraung takut, dia mendesis pada wanita gadang itu bak anak kucing yang tengah terancam.

"Haha, Kakak menakutkan, sih. Makanya dia takut. Sini coba sama aku." Kini Saga dengan penuh percaya diri mengambil lengan Derby agar mau terlepas dari leher Rega.

Sekali lagi, bukan sambutan baik yang Derby berikan. Dia justru mencakar wajah Saga tanpa aba-aba.

"Waakk!! Matakuu! Matakuu!!" pekik Saga berguling-guling di lantai.

"Puas banget aku liatnya, good boy," puji Carla sembari menepuk-nepuk pucuk kepala Derby.

Derby menggeleng kencang, dia semakin mengeratkan dekapannya pada tubuh Rega yang jauh lebih besar darinya.

'Orang ini hangat ... Dia orang baik, beda dari yang lain ...'  Derby memberi alasan dalam suara kalbunya, mengapa dia hanya menerima Rega.

Rega sendiri hanya diam menggendong si penyusup rumahnya dengan ekspresi seadanya. Sebelum akhirnya dia membuka suaranya. "Jadi begini rasanya punya adik," gumamnya merdu.

Sontak pernyataan itu membuat Saga yang tadinya setia menggending di lantai, memelotot kecewa pada kembarannya.

"Tai mau tai?! Selama ini kau anggap aku ini apa, Mas Agus!! Teganya kau pada batu permata indah sepertiku ini!!" sergah Saga memeluk kaki Rega dramatis.

Reaksi Rega hanya memasang wajah malas seakan jengah menanggapinya. Detik kedua Rega mendongak ke atap kamar Derby dan memanggil sesuatu, "Beelzebub."

Kepulan asap keabuan mulai menyelinap masuk ke dalam kamar itu. Sampai akhirnya uap gaib itu membentuk sebuat serangga raksasa yang menyerupai lalat pemakan daging.

"Ay! Ay! Capten!" sahut Beelzebub nampak girang terbang di atas kepala Rega.

"Bang Cain gimana?" Rega hanya bertanya seadanya tanpa memperdulikan kembarannya yang masih saja merengek di kakinya.

Lalat raksasa itu meledakkan dirinya tiba-tiba, hingga bom asap itu merubahnya menjadi bentuk yang lain. Bentuk yang menyerupai manusia dengan surai panjang serta kulitnya yang seputih salju. Kini tanpa sepasang sayap yang menghiasai punggungnya. Benar-benar seperti manusia.

Beelzebub mengenakan kain serba hitam yang melilit menutupi daksanya. Begitu kontras dengan kulit putihnya.

"Aman, Bro. Baliau sudah ngorok di kamarnya. Lain kali jangan sampai overdosis lagi, ya. Nanti saya ngambek, loh." Iblis itu menjelaskan sembari merebah santai di kasur Derby.

"Namanya juga orang stres, awas aja kalo kamu apa-apain dia!" balas Carla tanpa izin menjambak rambut Beelzebub.

"Aww! Aelah becanda, Sist."

Derby yang sebelumnya fokus pada tangisannya. Mendengar suara yang tak asing, spontan dia menoleh ke arah sumber suara.

"Bubub?" panggil Derby dengan mata kemilau sendu.

Beelzebub yang merasa terpanggil lekas melambaikan tangan tanpa merubah posisi merebah di kasur itu. "Halo, Dek jarum pentul. Kita ketemu lagi~"

Derby tahu apa yang harus dilakukan. Sepanjang hidupnya, dia lebih mempercayai perkataan para makhluk astral dari pada manusia sejenisnya. Dia tahu jika jembalang itu bisa dipercayai. Entah mengapa dia bisa merasa seperti itu, mungkin memang ada setitik ilmu yang tertinggal di dalam darahnya, yang diwariskan oleh mendiang kakeknya.

Dia mulai menatap Rega yang masih menggendongnya. "Mau turun," pinta Derby memelas.

Tanpa menjawab, Rega menurunkan Derby dengan perlahan. Lalu, remaja itu mulai berjalan ke arah Beelzebub yang masih tiduran di kasurnya.

"Sebenarnya ini rumah apa? Mereka siapa? Kamu juga ngapain di sini sama mereka?" tanya Derby beruntun.

Carla, Rega dan Saga hanya bungkam dan menatap tanpa arti satu sama lain. Sebelum akhirnya iblis putih itu menjawab.

"Singkat saja, mereka manusia serakah yang memanfaatkan saya demi keuntungan duniawi semata."

Derby mematung sejenak mencernanya pernyataan Iblis itu. Lalu kepalnya menoleh ke belakang dan memandang ketiga saudara itu bergantian. "Pesugihan? Berarti kalian juga bisa lihat Bubub? Meski kalian manusia biasa?"

Sejemang hening, sampai salah satu dari mereka menjawab pertanyaan Derby. Dia Rega, dengan tegas dan jelas memecah keheningan.

"Kenapa panggil Bubub?"

"Ha?" Sontak seluruh makhluk yang ada di dalam kamar itu keheranan dengan kalimat yang baru saja keluar dari mulut pemuda tanpa ekspresi itu.

"Blog! Kok bisa malah itu yang ditanya!" jengah Carla menarik salah satu pipi Rega.

"Tiba-tiba banget, loh. Dah, biar aku aja yang jawab." Saga maju selangkah mendekati Derby.

Saga tidak jujur sepenuhnya. Dia hanya menjelaskan jika mereka mengikat suatu perjanjian dengan Beelzebub, tujuan utama adalah harta dan tahta yang makmur untuk keluarga Klandestin. Yah, hanya itu yang ia jelaskan.

"Terus, i-itu di kulkas apa coba? Su-sulung kalian juga gigit aku loh?! Biar apa?!" tampik Derby masih tak paham.

Beelzebub mendengkus malas melihat Saga yang gelagapan enggan menjelaskan semuanya.

"Hah, tenang, Cil. Itu salah satu persyaratanya. Tapi, saya hanya menyarankan mereka untuk memilih orang-orang tertentu buat dijadikan tumbal. Koruptor misalnya." Dengan santainya Beelzebub menjelaskan seraya mengorek lubang hidungnya mencari sesuatu.

"Emang boleh diumbar ke orang lain, ya?" bisik Saga pada kembarannya.

Rega tak menjawab, dia hanya menggedikkan bahunya. Sedangkan Carla memijat pangkal hidungnya nampak lelah dengan kecelakaan ini.

Bukannya memilih kabur dari sarang setan. Derby justru terdiam dan menata kembali isi otaknya. "Harus makan daging sama darah manusia, ya? Dulu Engkong juga bantuin orang buat pesugihan kayak gini. Itu ... jahat banget ..."

Derby kembali terisak, dia memikirkan peluang terburuknya jika masih tetap berada di rumah ini.

"Apa aku juga bakal dimakan kayak orang-orang yang ada di kulkas kalian?" lirih Derby dengan mulutnya yang bergetar kecil.

Keheningan mulai menyambut. Di awal, keluarga Klandestin benar faktanya jika akan mengkonsumsi penyusup yang masuk ke dalam rumah mereka. Namun, tidak mungkin mereka akan mengatakan kebenaran itu. Mangsa mereka kali ini bisa lepas begitu saja jika mengatakan yang sebenarnya.

"Haha, nggak kok, Teman kecil. Kita gak bakal makan kamu, memangnya kamu koruptor? Soal Cain tadi dia cuma kelepasan, maaf ya." Carla mengusap kepala Derby memberinya senyuman penenang meski terdengar palsu.

"Iya, paling cuma nyicip diki–aaakk!!"  Celetukan Saga terpotong karena ulah kembarannya sendiri. Rega sigap mencubit pantat Saga tanpa ampun. Sebelum mulut ringan itu mengatakan semuanya pada si target.

Derby merasa janggal, namun dia tidak bisa keluar dari rumah ini. Lihat saja, selangkah pun dia keluar dari tempat ini, ketiga lelembut milik sang kakek setia menunggu kedatangannya dari balik pintu.

'Mau menetap atau keluar, sama aja bakal dimakan. Kalau akhirnya jadi pup mereka ya wes lah, bisa apa aku?' Derby berdiskusi dalam batinnya. Dia tahu apa isi pikiran keluarga ini, meski kebohongan manis yang mereka berikan itu nampak disusun rapi, dia tetap bisa membaca aura kejahatan yang berapi-api.












TBC



Beelzebub: "Santai sek, Lur~" 💃🏻












Rabu, 18 Desember 2024

Chrysalism (Hiatus ༎ຶ⁠‿⁠༎ຶ)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang