"Halo?"
".."
"HA??"
"..."
"KIRIM LOKASINYA PADA SAYA!"
"..."
"5 MENIT LAGI SAYA SAMPAI"
"Ada pa?"
Ratna menatap suaminya khawatir, saat ini ia dengan suaminya-Indra sedang makan siang di salah satu restoran terkenal. Saat sedang mikmati hidangan tiba-tiba Indra mendapatkan Panggilan dari salah satu rekan kerjanya bahwa putri semata wayangnya mengalami kecelakaan parah.
"Anna ma... d-dia kecelakaan"
Indra dan Ratna adalah orang tua dari Anna.
Setelah menutup panggilan itu mereka bergegas untuk pergi, Indra menitipkan bill pada ajudanya.
Lokasi yang dikirim ternyata tidak jauh dari restoran tempat mereka makan siang. Tidak sampai lima menit Indra dan Ratna sudah sampai di lokasi.
"MINGGIR! PUTRI SAYA!"
"HIKS... ANNA PUTRIKUUU"
Dua ambulan berbunyi kencang, kecelakan yang terjadi membuat jalanan semakin ramai dan semakin macet.
Polisi dan dishub berusaha menertibkan jalanan yang macet.
Mobil yang awalnya tidak memiliki lecet berubah penyok dibagian kanan mobil.
"PUTRI SAYA HIKS"
"SAYA IKUT NAIK AMBULANCE"
Ratna tidak henti menangis, menatap putri kesayangannya berdarah tidak sadarkan diri.
Sedangkan disisi lain,
Aneska masih dapat mendengar bisingnya jalanan namun tidak dapat menggerakkan anggota tubuhnya bahkan sekedar membuka mata saja berusaha mati-matian.
Keningnya berdarah, dirinya masih berada didalam mobil.
"T-tolo.."
gelap.
--
"PAPA MAMA"
Shelen berlari memeluk mamanya. Ia sungguh sangat senang.
"Putri kesayangan papa"
Shelen beralih memeluk papanya. Senyumnya tidak memudar sedari awal ia menatap orangtuanya.
"Ayo sayang" Shelen kemudian membalas gandengan tangan mamanya.
"Papa bawain koper kamu"
"Terimakasih papa"
Mereka bertiga berjalan keluar menuju parkiran bandara. Senyum ketiganya tidak pudar sama sekali.
"Oh iya, Adek dimana pa?"
"Tadi pagi papa temanin Aneska buat ambil rapor. Mungkin dia sudah dirumah"
"Adek udah libur ya?"
"Iya sayang"
"Yes berarti bisa dong kakak bawa ke Aussie"
"Terserah kamu Shelen" Shelen tersenyum semakin lebar.
Sedangkan di sisi lain.
'tit..... tit....
Aroma obat yang sangat pekat memenuhi indra pemciuman pria itu. Ia menatap tajam pada gadis yang sedang tertidur tenang?
atau lebih tepatnya koma?
Pria itu berdiri berkisar satu meter dari brangkar rumah sakit yang menjadi tempat berbaringnya gadis itu.
Bibir yang pucat, dahi yang diperban, tabung oksigen besar serta selang yang menyumpal hidung perempuan itu dan tidak lupa selang infus yang tersemat di tangan kanannya.
Jantungnya berdegup kencang menatap gadis yang tidak sadar kan diri itu. Matanya memanas beserta tangannya yang terkepal kuat.
Tidak ada yang ia ucapkan, entah mengapa hatinya sangat-sangat sakit melihat pemandangan didepannya. Rasanya... sama seperti mamanya meninggal.
Kepalanya mulai terasa pusing, nafasnya memburu.
'bangsat'
Tidak!
Ia tidak akan membiarkan gadis didepannya ini meninggalkan dirinya!
"Lo udah janji gak bakalan ninggalin gua. Tepati janji lo, karna sampai ke neraka sekali pun gua gak akan lepasin lo, Aneska"
Setelah mengucapkan hal itu ia berbalik, keluar dari ruangan.
"Urus administrasinya, pindahkan ia seperti yang gua minta"
Pria berbaju hitam itu menunduk sebagai jawabannya.
"Dan satu lagi, Kalau sampai terjadi apa-apa sama gadis gua... Lo dan keluarga lo imbasnya"
Gavin meninggalkan pria berbaju hitam itu. Ada hal penting yang harus ia uruskan. jangan salah, Aneska tetap nomor satu namun hal yang satu ini harus ia urus agar Aneska sepenuhnya menjadi miliknya.
TBH
gais maaf ya aku lama up
soallnya sibuk kuliah

KAMU SEDANG MEMBACA
GAVIN 21+
RomanceGUYSSS VOTE DONGG 😭😭😭 cerita ini versi cool boy yang panjang ya guysss Be wise lapak 21+ Gavin Wijaya adalah seseorang yang sangat tertutup, orang-orang bahkan menganggap dia adalah anak yang ansos. Gavin merupakan satu-satunya pewaris keluarga...