Lobi hotel didekorasi dengan gaya Jepang yang mewah. Yang paling menarik adalah para stafnya mengenakan kimono. Phi Fah berbicara dengan resepsionis, dan tak lama kemudian seorang pegawai mengantar kami ke kamar. Kami berada di lantai pertama. Ketika pintu dibuka, kami mendapati sebuah kamar bergaya Jepang autentik: ruangan luas dengan tatami, pintu geser, dan kamar-kamar kecil terpisah.
Di tengahnya ada area makan dengan meja bergaya Jepang. Phi Fah berbicara dengan pegawai selama beberapa menit sebelum dia pergi. Aku pun mulai menjelajahi kamar. Membuka salah satu pintu, aku menemukan ruangan kosong dengan futon yang tersimpan di sebuah kompartemen. Pasti ini kamar tidurnya.
Kami akan tidur di futon Jepang, seperti di kartun. Di sudut lain ruangan, ada balkon yang menghadap ke taman. Aku berjalan ke pintu kaca dan melihat bahwa kami bisa keluar dan berjalan di taman, yang dihias dengan indah. Di kanan ada taman kecil, dan di kiri ada onsen.
Onsen?
Aku terkejut melihat dinding kayu dan yakin itu adalah onsen. Cahaya hangat terlihat dari dalam. Aku turun tiga anak tangga dan lantai berubah menjadi batu. Ada sandal yang telah disiapkan. Aku memakainya dan masuk. Di tengahnya ada kolam air panas yang dikelilingi batu besar, dengan area mandi di sampingnya.
"Kecil, kecil, kau di mana?"
"Di sini," jawabku dari dalam, melihat Phi Fah di balkon. Aku berjalan cepat ke arahnya.
"Kenapa kau tidak menjawab saat kupanggil?"
"Aku terpesona oleh onsennya. Kau tidak bilang akan ada onsen pribadi."
"Itu kejutan kecil," ujarnya sambil tersenyum. "Ayo cepat, mereka sudah menyiapkan makanan."
"Ya," jawabku, melepas sandal dan berjalan kembali ke dalam kamar. Dua pegawai sedang meletakkan makanan di meja. Aku mendekat dan duduk, tersenyum pada salah satu pegawai. Makanannya tidak terlihat aneh, meskipun ada beberapa hal yang tidak kukenal.
Setelah semuanya siap, para pegawai membungkuk dan pergi.
"Mereka bilang akan kembali satu jam lagi untuk mengambil piring dan menyiapkan tempat tidur."
"Oh, pelayanannya luar biasa," komentarku sambil mulai makan. "Kamar ini terlihat istimewa, ada taman."
"Ini kamar terbaik di hotel."
"Wow, kau sangat dermawan. Terima kasih."
"Sama-sama. Ayo cepat makan," ujar Phi Fah. Aku mengangguk, dan kami mulai makan. Aku merasakan ruangan mulai menghangat. Pasti mereka sudah menyalakan pemanas. Di cuaca sedingin ini, mandi air panas pasti sempurna.
Tapi... bukankah harus melepas semua pakaian untuk mandi di onsen?
Dan kami harus mandi bersama?
"Phoon."
"Ya?"
"Kau baik-baik saja?"
"Ya, aku baik-baik saja," jawabku, berusaha menyembunyikan kegugupanku. Aku tidak bisa berdalih dengan mengatakan aku kepanasan. Hanya membayangkan harus melepas pakaian di depan Phi Fah saja membuatku malu. Tapi kami tidak harus mandi bersama, kan?
Setelah makan, staf kembali untuk mengambil piring. Salah satu dari mereka meninggalkan beberapa pakaian di rak dan memberitahu kami dalam bahasa Inggris untuk memakainya saat ke onsen. Setelah menyiapkan tempat tidur, mereka pergi. Aku melihat pakaian itu dan mendapati mereka adalah yukata biru.
"Apa kau ingin masuk ke air, Phi Fah?" tanyaku.
"Tentu."
"Umm... um, kalau begitu kau bisa ganti dulu."

KAMU SEDANG MEMBACA
[END] SOUTH : BESIDE THE SKY
Romance=AUTHORIZED TRANSLATION= Ini adalah terjemahan resmi bahasa Indonesia dari novel Thailand dengan judul yang sama karya Howlsairy. . . . Karena kau adalah satu-satunya langitku. Baik dulu maupun sekarang... Typhoon: Seolah aku jatuh cinta berulang k...