Bab 14

13K 1K 10
                                    

Flashback

Di Ruang Kerja Kaisar

Kaelan, Aedric, dan Cassian berdiri tegak di depan Kaisar dan Permaisuri. Ekspresi mereka serius, berbeda dari biasanya.

Kaisar menyadari ketegangan di udara dan mengangkat tangan, meminta mereka berbicara.

“Apa yang ingin kalian sampaikan?” tanya Kaisar dengan nada penuh otoritas.

“Yang Mulia Ayah, kami ingin melaporkan sesuatu yang penting,” Kaelan memulai. “Ini tentang anak marquess bernama Charles .”

Permaisuri memandang mereka dengan penuh perhatian. “Apa yang dilakukan anak itu?”

Cassian melanjutkan. “Dia tidak hanya berbicara kasar kepada Remiel, tetapi juga merendahkannya di depan kami. Dia menyebut Remiel tidak pantas menjadi seorang pangeran.”

Wajah Kaisar mengeras. “Berani sekali dia menghina darah keluarga Kekaisaran!”

“Yang lebih parah,” Aedric menambahkan, “Charles tidak sadar bahwa dia sudah melewati batas. Dia bahkan dengan sombong mencoba menarik perhatian kami, seolah-olah dia layak menjadi bagian dari keluarga ini.”

Permaisuri tampak terkejut sekaligus marah. “Bagaimana dengan Remiel? Apa dia mendengar semua penghinaan ini?”

Cassian mengangguk. “Dia mendengar, tetapi tidak menunjukkan apa-apa. Dia hanya pergi tanpa mengatakan apa-apa. Namun, kami tahu dia pasti terluka.”

Kaisar mengepalkan tangannya di sandaran kursi. “Aku tidak akan membiarkan penghinaan ini berlalu begitu saja. Marquess harus bertanggung jawab.”

Namun, Permaisuri tampak lebih khawatir daripada marah. “Bagaimana perasaan Remiel saat ini?” tanyanya, suaranya melembut.

Kaelan menjawab, “Dia tampaknya mencoba menyembunyikan perasaannya. Tetapi, kami bisa melihat dia terluka.”

Permaisuri berdiri dari tempat duduknya. “Aku harus menemui Remiel. Aku harus memastikan dia baik-baik saja.”



Di Taman Istana


Remiel sedang bermain di taman, mengejar seekor kelinci kecil berwarna putih.

Wajahnya tampak ceria, meskipun ada sedikit kesedihan yang masih tersisa di matanya.

Ia berusaha mengalihkan pikirannya dari semua kejadian sebelumnya.

“Kelinci, tunggu!” Remiel berseru, berlari ke sana kemari, mencoba menangkap hewan itu. Namun, kelinci itu sangat lincah, terus melompat menjauh dari genggamannya.

Permaisuri tiba di taman dan melihat Remiel berlarian.

Hatinya mencelos melihat anaknya yang masih kecil itu tampak begitu bersemangat, meskipun ia tahu betapa rentannya dia.

“Sayang, jangan berlarian seperti itu. Nanti kau akan jatuh!” serunya dengan nada khawatir.

Namun, tepat setelah ia mengatakan itu, kaki Remiel tersandung akar pohon, dan tubuh kecilnya terjatuh ke tanah.

Dug!

“Ah!” Remiel meringis, memegang lututnya yang lecet.

“Remiel!” seru Permaisuri panik. Ia segera berlari ke arah anaknya, mengangkatnya ke dalam pelukannya tanpa berpikir dua kali.

Remiel terkejut. Ia tidak pernah mengira ibunya sendiri akan datang menghampirinya, apalagi menggendongnya seperti ini. “Ibu?” gumamnya dengan bingung.

Become the youngest prince [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang