BAB 29

50.7K 3.6K 235
                                    

Sambil bersiul-siul, Batara Prabaswara menaiki tangga menuju ruang kantor sekaligus tempat bersantai di lantai tiga bangunan Chic & Chai Café miliknya.

Dendang Cari Jodoh ciptaan Wali Band yang Bara siulkan membuat pinggulnya berlenggang mengikuti irama. Wajahnya masih dipenuhi senyum saat menggeser pintu ruangan.

Dan di sanalah sepasang sejoli itu Bara dapati. Cuddle up with each other on the couch.

Ekspresi Bara langsung berubah ngenes. Langkahnya menjadi gontai, menghampiri Narendra yang bersandar nyaman dalam pelukan Amora di ujung sofa.

"Apa salahku? Apa salah ibuku? Hidupku dirundung pilu. Tak ada yang mau dan menginginkan aku, 'tuk jadi pengobat pilu... 'tuk jadi penawar rindu... 'tuk jadi kekasih hatiku..."

Siulan Bara berubah menjadi nyanyian yang berhasil mengusik Narendra. Laki-laki itu langsung mencoba menendangkan kakinya ke arah Bara yang baru duduk di ujung sofa satunya.

Sambil menghindari kaki Narendra, Bara melambaikan tangannya untuk menyapa Amora. Gadis itu hanya balas melambai singkat sambil tersenyum geli.

"Ibu-ibu, Bapak-bapak, siapa yang punya anak? Bilang aku, aku yang tengah malu. Sama teman-temanku, karena cuma diriku yang tak laku-laku..." nyanyian Bara berlanjut, membuat Narendra makin kesal saja.

"Pengumuman, pengumuman, siapa yan—anjir!" sisi kepala Bara terkena lemparan bantal sofa dari Narendra.

Sohibnya itu bangun dari posisi setengah berbaringnya dalam pelukan Amora dan melemparkan tatapan jengkel pada Bara. Sebelum Narendra kembali melempar bantal lainnya, Bara buru-buru berlari menuju meja kerjanya.

Narendra mendengus, menaruh bantal sofa ke tempat semula. Ia lalu merubah posisi menjadi berbaring dengan paha Amora sebagai alas kepalanya.

Satu tangan Narendra meraih tangan gadisnya untuk ia genggam di atas dada. Amora membiarkan saja, tangan kanannya yang bebas meraih remote di lengan sofa untuk menyalakan layar besar televisi di depan.

Selagi memilih tontonan, Bara datang ke sisi Amora dan menyodorkan iPad di hadapan wajahnya.

"Lo mau makan apa, Ra? Pilih aja di menu, nanti gue pesenin ke anak dapur," ujarnya enteng.

Amora menerima iPad tersebut dan melihat tampilan menu café dalam layar. Seperti namanya, café Bara ini menyediakan berbagai racikan minuman dari teh, ada juga beberapa jenis kopi, jus buah, dan mocktail.

Bagian makanan ringan diisi dengan menu standar café, sementara makanan berat didominasi oleh menu hidangan khas Italia. Amora cukup terkesan dengan harga-harga menu yang masih terbilang affordable bagi kalangan pelajar seperti mereka.

Tak heran jika café ini selalu ramai pengunjung dari kelompok mahasiswa.

"Rekomendasi lo apa, Bar?" tanya Amora, mendongak pada Bara yang masih berdiri di sisi sofa.

"Hmm," Bara melipat kedua tangannya di dada, seperti sedang berpikir keras. "Gue pribadi paling suka menu braciole sama cioppino. Tapi kalau menurut lo dua makanan itu terlalu berat, gue rekomendasiin buat coba pasta e fagioli. Dijamin rasanya così delizioso," paparnya meyakinkan.

Amora mengangguk-angguk, mengamati rincian menu makanan yang Bara sarankan dari layar iPad. Kelihatannya menu terakhir yang disebutkan Bara tampak menggugah selera.

Jari Amora menekan icon 'add to chart' pada menu pasta e fagioli dan authentic masala chai. Ia lalu menunduk demi menatap wajah tentram Narendra di atas pangkuannya.

FIX YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang