Chapter 18 - Every Morning

44.4K 1.6K 365
                                    


Aku menatap langit lagi, entah sudah berapa kali hari itu, sebelum kembali menatap ke depan. Aku meraih jaketku untuk menutupnya ketika merasakan udara yang mulai dingin.

Akan hujan...

Setelah menjawab telepon dari nomor yang tidak dikenal dan mengetahui bahwa itu adalah istri baru ayahku yang menelepon, dia mengatakan namanya Prae. Ketika dia menyebut dirinya sebagai bibi, aku memanggilnya Bibi Prae.

Jujur, aku sudah tahu namanya. Dulu, aku secara diam-diam memeriksa Facebooknya, hanya untuk melihat seperti apa keluarga baru ayahku.

Bibi Prae bilang dia mempunyai sesuatu yang ingin dia bicarakan kepadaku. Aku sedikit ragu untuk sesaat sebelum menyetujuinya.

Aku merasa itu adalah sesuatu yang seharusnya aku tidak hindari. Aku harus menemuinya. Pada awalnya, aku khawatir tentang apa yang terjadi dengan ayahku. Aku dengan segera menghubungi Paman Kong, tapi Paman Kong berkata bahwa ayahku baik-baik saja dan tidak ada yang salah.

Aku belum memberi tahu teman-temanku, berfikir jika aku memberi tahu mereka, mereka akan khawatir. Tidak, aku akan pergi untuk berbicara dengan Bibi Prae dan mencari tahu apa itu, lalu aku kan memberi tahu mereka.

Jika aku memberi tahu mereka terlebih dahulu, aku yakin mereka akan datang kepadaku. Itu masalahku dan aku harus menghadapinya sendiri. Aku hanya ingin menghadapinya sendiri, tidak peduli apapun itu... aku akan menghadapinya.

Di sebuah kafe kecil tidak jauh dari asramaku, aku beruntung tiba sebelum hujan mulai turun. Aku hampir tidak bisa melihat apa-apa di luar karena hujan yang deras.

Aku berjalan perlahan masuk ke dalam toko, sambil memandang sekitar. Seorang wanita dengan jumpsuit putih dan rambut coklat pendek yang mencapai bahunya sedang duduk, dengan seorang anak kecil di pangkuannya. Aku berjalan mendekat dan duduk di sisi seberangnya.

"...Halo"

"Apa kau Phoon?"

Aku mengangguk, menggunakan sedikit keberanian untuk memindahkan tatapanku ke orang yang ada di hadapanku.

Aku tidak tahu kenapa... tapi aku dapat merasakan kehangatan, kesedihan di matanya dan sedikit senyuman.

"Apa kau ingin memesan sesuatu?"

"Ah... ya." Aku terdiam untuk sesaat dan membuka buku menu untuk memesan coklat panas karena saat itu cukup dingin. Saat aku selesai memesan minuman, aku menatap ke arah gadis kecil yang tertidur pulas dalam pelukan ibunya.

"Namanya Nong Fai. Aku sedikit sibuk belakangan ini, jadi aku tidak ada pembantu yang bisa membantuku, jadi aku membawa dia bersamaku."

"Oh, krap."

Ditengah-tengah kesunyian diantara kami, aku terkejut tidak merasakan kecanggungan yang seharusnya aku rasakan, dan suara dari hujan yang sangat keras diluar sana membuat aku merasa sedikit rileks. Aku mengambil coklat panas yang dibawakan oleh pelayan dan meminumnya.

"Typhoon."

"Ya?"

"Kau... tidak apa-apa bertemu denganku?"

"Tidak, tentu saja tidak."

"Aku tidak tahu harus memulai dari mana." Bibi Prae terlihat seperti baru berumur sekitar tiga puluh tahun, tapi dia terlihat lebih muda. Wajahnya yang manis menunjukkan lebih banyak kekhawatiran. "Kau tau aku tidak ingin mengganggumu dengan berbicara dengan ku seperti ini."

"..."

"Aku tahu itu sulit untuk berbicara dengan mu mengenai hal ini. Kau tahu Rit... Maksudku ayahmu, menikah lagi, kan?"

[END] SOUTH : BESIDE THE SKYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang