Bab 12

14.2K 1K 17
                                    

di ruang kerja Kaisar Aldrian, suasana mulai memanas.

Duke Reinhardt duduk dengan santai di kursi favoritnya, sementara Kaisar dan Permaisuri berdiri di sisi meja dengan ekspresi tegang.

Diskusi yang awalnya hanya percakapan ringan berubah menjadi sesuatu yang jauh lebih serius dan anehnya, penuh ketegangan lucu.

“Aldrian,” kata Duke Reinhardt sambil menyeruput teh yang disediakan pelayan. “Aku ingin mengajukan sesuatu yang sudah lama kupikirkan.”

Kaisar Aldrian memandang saudaranya dengan alis terangkat. “Apa itu?”

Duke Reinhardt tersenyum lebar, mengabaikan tatapan waspada Kaisar. “Aku ingin membawa Remiel pulang bersamaku. Aku yakin dia akan lebih bahagia di bawah asuhanku.”

Permaisuri Elara yang tadinya diam langsung tersentak. "Apa maksudmu membawa Remiel pulang bersamamu?"

Duke mengangkat bahu santai. “Aku melihat betapa kalian kesulitan mendekatinya. Kasihan anak itu, dia terlihat begitu kesepian. Lagipula, aku tidak keberatan menambah anak di rumahku. Anak seimut Remiel pasti akan membuat suasana lebih ceria.”

Kaisar Aldrian mengepalkan tangannya, matanya menyipit tajam. “Kau bercanda, Reinhardt.”

“Tidak sepenuhnya.” Duke Reinhardt tersenyum lebih lebar, membuat suasana semakin tegang. "Anak-anakku pasti senang punya adik baru. Bahkan Cassian tadi mengatakan bahwa Remiel itu ‘menggemaskan.’ Bukankah begitu, Cassian?”

Cassian yang sejak tadi berdiri di dekat pintu hampir tersedak mendengar namanya disebut.

Ia melangkah masuk dengan canggung sambil menggaruk belakang lehernya. "Uhm... aku hanya bilang begitu karena... yah, Pangeran Remiel memang terlihat berbeda dari yang kudengar. Tapi... Ayah..."

"Jangan bawa aku ke dalam masalah ini," desisnya pelan, meski dalam hati ia sedikit senang membayangkan Remiel tinggal bersamanya.

“Ayahmu tidak akan membawa Remiel ke mana-mana!” bentak Kaisar Aldrian dengan suara keras, membuat Cassian langsung mundur beberapa langkah.

“Tenang, Aldrian,” kata Duke Reinhardt, masih dengan nada bercanda. “Ini hanya usul. Kalau kalian merasa keberatan, ya sudah. Tapi kupikir, Remiel akan mendapatkan perhatian lebih di tempatku. Bukankah itu yang kau inginkan, Elara?”

Mendengar itu, Permaisuri Elara berdiri dengan penuh emosi. Matanya mulai memerah karena marah dan sedih sekaligus. “Bagaimana bisa kau berpikir untuk memisahkan seorang ibu dari anaknya?! Apa kau tidak punya hati, Reinhardt?”

Melihat Elara hampir menangis, Aldrian memukul meja dengan keras. "Aku tidak akan membiarkan anakku diambil dariku, bahkan oleh saudaraku sendiri. Jika kau memaksakan ini, Reinhardt, kau akan menghadapi konsekuensinya!"

“Oh? Ancaman?” Reinhardt menatap Kaisar dengan senyum miring. "Bagaimana kalau kita bertarung seperti dulu? Pemenangnya yang memutuskan di mana Remiel tinggal.”

“Ini bukan lelucon, Reinhardt!” bentak Aldrian, suaranya menggema di seluruh ruangan.

Di luar, Kaelan, Aedric, dan Leonhart mendengar keributan itu. Mereka segera berlari ke ruang kerja Kaisar, penasaran apa yang sedang terjadi.

“Apa yang terjadi di sini?” tanya Kaelan, berdiri di depan Cassian.

“Kalian semua datang tepat waktu,” kata Duke Reinhardt dengan senyum lebar. “Aku baru saja mengusulkan untuk membawa Remiel pulang bersamaku, dan tampaknya ayah kalian sangat tidak setuju.”

APA?!” ketiga kakak Remiel serempak berteriak.

Leonhart melangkah maju dengan ekspresi datar namun serius. “Remiel adalah adik kami. Kami tidak akan membiarkan dia pergi ke mana pun.”

Aedric menambahkan, “Benar. Bahkan jika kau adalah saudara ayah kami, Duke, ini tidak akan terjadi.”

Kaelan menyilangkan tangan di dada. “Kau bisa mencoba, tapi aku tidak akan segan-segan berkelahi untuk mempertahankan adikku.”

Cassian yang berdiri di belakang mereka mencoba menenangkan situasi. “Ayah, aku pikir ide ini mungkin... agak terlalu jauh.”

Duke Reinhardt melirik putranya. "Cassian, bukankah kau bilang Remiel itu lucu? Kau juga ingin dia menjadi adikmu, bukan?"

Cassian langsung gugup. “Aku tidak bermaksud seperti itu! Aku hanya bilang dia imut, tapi itu bukan berarti aku setuju untuk membawanya pulang!”

Keributan semakin memanas. Kaisar Aldrian menghunuskan jarinya ke arah saudaranya. “Aku tidak akan membiarkan anak-anakku pergi ke mana pun, apalagi Remiel! Dia adalah darah dagingku!”

Duke Reinhardt tertawa kecil, menikmati bagaimana seluruh keluarga Kaisar tampak bersatu untuk melindungi Remiel. “Lihatlah kalian semua. Lucu sekali. Dulu kalian mengabaikannya, tapi sekarang, kalian bertingkah seolah-olah dia adalah harta paling berharga.”

Permaisuri Elara menyeka air matanya dan menatap Reinhardt dengan penuh emosi. “Karena kami sadar akan kesalahan kami! Kami sadar betapa pentingnya Remiel bagi kami! Dan tidak ada yang akan memisahkan kami darinya, tidak peduli siapa pun itu!”

Melihat suasana semakin serius, Cassian melangkah maju, mencoba mencairkan suasana. “Ayah, bagaimana kalau kita menghentikan lelucon ini? Kurasa Pangeran Remiel juga tidak akan senang jika tahu ada pertengkaran seperti ini.”

Tapi sebelum Reinhardt bisa menjawab, Kaelan sudah menyela. “Tentu saja dia tidak akan senang! Dan aku juga tidak senang kau berpikir untuk menculik adikku!”

“Kaelan, itu tidak sopan,” kata Leonhart dengan nada datar. Tapi kemudian ia menambahkan, “Tapi aku setuju. Kami tidak akan membiarkan ini terjadi.”

Reinhardt tertawa terbahak-bahak, membuat semua orang semakin kesal. “Tenanglah, semuanya. Aku hanya bercanda. Tentu saja aku tidak akan membawa Remiel pulang. Aku hanya ingin melihat reaksi kalian.”

Semua orang di ruangan itu terdiam sejenak sebelum ledakan amarah muncul bersamaan.

“KAU APA?!” teriak Aldrian dan Elara bersamaan.

Kaelan, Aedric, dan Leonhart juga memprotes keras, sementara Cassian hanya bisa menghela napas panjang, merasa malu pada ayahnya sendiri.

“Kenapa kau bermain-main dengan hal seperti ini?!” Elara memukul bahu Reinhardt, membuat Duke itu tertawa lebih keras.

“Karena reaksi kalian luar biasa,” jawab Reinhardt tanpa rasa bersalah. “Aku ingin tahu sejauh mana kalian akan melindungi Remiel, dan aku mendapatkan jawabannya. Sekarang aku tahu bahwa kalian benar-benar peduli padanya.”

Aldrian hanya bisa memijat pelipisnya, berusaha menenangkan diri. “Reinhardt, kau benar-benar tidak berubah.”

“Tentu saja tidak,” jawab Reinhardt sambil mengangkat bahu. “Tapi aku senang melihat kalian akhirnya berubah. Remiel pantas mendapatkan itu.”

Di luar ruangan, Remiel berjalan dengan santai menuju perpustakaan, sama sekali tidak tahu bahwa di ruang kerja ayahnya, seluruh keluarganya bahkan Cassian baru saja terlibat “pertarungan” sengit demi dirinya.




VOTE VOTE VOTE🌹🌹🌹 🥹🥹


Become the youngest prince [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang