38 - Clingy kitten

26.6K 2.8K 219
                                    

haloww~ selamat malam readers Loulouvv~

entah ini udah yang keberapa kalinya aku up, masih gada notif kah :(

Happy Reading!
✦◌✦
🤎🐻

"Sudah, sudah." Tangan kecil Lou terus menepuk-nepuk punggung mungil Eve, yang saat ini masih menangis seraya memeluk erat dirinya.

Saat Eve tiba-tiba menangis tadi, Lou dengan segera berlari menghampirinya. Eve menangis karena merasa malu, tidak nyaman ditatap oleh orang-orang yang belum ia kenal.

Dan kini, keduanya tengah duduk diatas sofa. Dengan Eve yang terus menyembunyikan wajah, tak mau menatap siapapun dan hanya terus memeluk Lou dengan erat.

Weimin yang mengerti jika sang cucu begitu pemalu, segera berdehem untuk menarik perhatian. "Kalian berdua, ikut Papa." ujarnya, pada Leovan dan Levan.

Levan yang sejak tadi terpaku melihat kedekatan bayinya dengan bungsu Leovan, segera tersadar mendengar ajakan sang Papa. "Kemana?"

"Ikut saja." ajak Weimin tak ingin dibantah, melangkahkan kaki jenjangnya terlebih dahulu untuk pergi dari sana.

Leovan yang telah beranjak mengikuti Weimin, kembali menoleh saat sadar jika Levan masih terdiam ditempatnya. "Apa yang kau tunggu? Mau ku seret?"

Levan mendengus, namun tak ayal ia menurut. Meninggalkan bayinya dengan berat hati, Levan segera mengikuti kepergian Weimin dan Leovan dari belakang.

Lovisa yang mengerti kenapa sang mertua memilih pergi, kini ikut menoleh pada Darel dan Dave. Tersenyum menatap keduanya bergantian.

"Oh ya, dimana Ibu dan Mom Aveline? Kalian bisa mengantar Bibi menemui mereka kan?"

Lovisa ingin berkenalan dengan Eve, namun untuk sekarang ia harus memberi pengertian. Tidak ingin memaksa karena takut membuatnya kembali menangis.

"Mommy berada di dapur bersama Oma. Dave, antar Bibi kesana, aku akan menemani kedua bayi ini disini." suruh Darel seenaknya, mengibaskan tangan pada Dave yang langsung melirik sinis.

"Darel juga ikut." sela Lovisa, menarik lengan Darel yang ingin beranjak menghampiri Lou dan Eve. "Ravel dan Lion juga ikut Mama, ayo."

Ravel langsung menggeleng ribut. "Mama mau meminta kami membantu memasak kan? Tidak mau!"

Lovisa tersenyum sabar, dengan cepat ia langsung mengapit lengan Ravel dengan tangan yang satunya. "Tidak sayang, Mama justru ingin memasakkan makanan kesukaan kalian."

"Benarkah? Mama mencurigakan." Ravel menyipitkan mata tak yakin, saat dirinya dan Darel mulai diseret pergi.

"Bibi aku ingin disini saja, bagaimana jika kedua bayi itu bertengkar?!" heboh Darel ikut curiga.

Lovisa berdecak, dengan paksa semakin menyeret keduanya. "Diam! Atau Mama akan benar-benar menyuruh kalian berdua memasak!"

Mendengar ancaman Lovisa yang tak main-main, Ravel dan Darel langsung kompak terdiam dengan wajah masam.

Mengabaikan Ravel dan Darel yang diseret, Dave menoleh pada Lion, merangkul bahunya seraya melangkah bersama mengikuti Lovisa dengan santai. "Bagaimana kabarmu?"

"Aku baik, bagaimana denganmu?" Lion bersedekap dada, membiarkan Dave merangkulnya.

"Aku juga baik."

"Ish, ish, ish, kaku sekali kalian berdua." cibir Darel menoleh, menatap aneh Lion dan Dave yang berusaha membuka topik.

"Biarkan saja sih, kau sewot sekali seperti netizen." saut Ravel, balik mencibir Darel.

LOUISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang