Bab 10

23.3K 1.5K 35
                                    

Esok harinya, suasana istana terasa seperti biasa, tetapi pagi itu Remiel mendengar kabar yang membuat dadanya mencelos.

"Saudara Kaisar, Duke Reinhardt, datang ke istana hari ini... bersama Cassian," seorang pelayan membisikkan berita itu kepadanya.

Remiel yang baru saja selesai bersiap langsung membeku. Ingatannya tentang kejadian beberapa tahun lalu kembali menghantui.

Malam itu, pesta ulang tahun Cassian berakhir dengan kehancuran karena ledakan emosinya sendiri.

Ia membayangkan Cassian yang marah besar, menyimpan dendam, dan kini datang untuk membalasnya seperti karakter-karakter di novel yang ia baca.

"Huhh... aku harus gimana?" gumamnya sambil berjalan mondar-mandir di dalam kamarnya. Kepanikan terpancar jelas di wajahnya. "Apa aku harus meminta maaf? Tapi itu nggak semudah itu!" pikirnya sambil menggigit bibir bawahnya.

Ia memandangi bayangannya di cermin. “Kalau Cassian datang untuk membalas dendam... apa aku siap menghadapinya? Harusnya aku nggak keluar dari kamar hari ini...”

Namun, sebelum ia bisa membuat keputusan, seorang pelayan datang memanggilnya.

“Pangeran Remiel, Kaisar memanggil Anda untuk menemui tamu istimewa di taman istana.”

Remiel menelan ludah. Tidak ada jalan untuk menghindar sekarang.

~~~~~~~

Di taman istana, Remiel berjalan pelan mendekati sosok tinggi yang berdiri dengan anggun di samping Duke Reinhardt.

Cassian, yang beberapa tahun lalu setara dengannya, kini jauh lebih tinggi.

Dengan rambut pirang yang bersinar diterpa matahari dan senyuman yang tenang, Cassian terlihat persis seperti karakter pria sempurna dalam novel cerdas, sopan, dan memukau.

Mata Cassian beralih ke arah Remiel yang mendekat, dan senyumnya melebar. Ia membungkukkan badan sedikit dengan hormat.

"Salam matahari Kekaisaran. Saya memberi salam untuk Pangeran Ketiga," ucap Cassian dengan suara lembut namun penuh wibawa.

Remiel menelan ludah. Ia terkejut dengan sikap sopan Cassian, berbeda jauh dari bayangan dirinya tentang seseorang yang menyimpan dendam.

"Ya..." jawab Remiel gugup, suaranya hampir tidak terdengar.

Cassian memiringkan kepalanya sedikit, menyelidik.

“Huh? Ini pangeran pembuat onar itu? Kenapa dia menerima salamku? Biasanya dia akan mengabaikannya. Tapi... dilihat-lihat, sekarang dia sangat imut.” Cassian tersenyum tipis, senyum yang justru membuat Remiel semakin tidak nyaman.

Cassian hendak berpamitan dan berbalik, tetapi langkahnya dihentikan oleh suara Remiel.

“Tu... tunggu!” Remiel setengah berteriak.

Cassian berbalik, wajahnya menampilkan rasa ingin tahu. “Iya, Pangeran?”

Remiel memerah. Pikirannya berputar, mencoba menemukan kata-kata yang tepat. Bagaimana ia harus meminta maaf atas perbuatannya di masa lalu? Tapi sebelum ia sempat berbicara, suara berat Kaisar Aldrian menghentikan percakapan mereka.

“Ah, kalian berdua sudah bertemu rupanya.” Kaisar datang bersama Duke Reinhardt, berjalan mendekat. Wajah sang Kaisar terlihat cerah, sesuatu yang jarang terlihat sebelumnya.

“Kalian pasti lapar. Ayo, kita makan siang bersama,” kata Kaisar, tanpa memberi ruang untuk penolakan.

Namun yang terjadi selanjutnya membuat Remiel benar-benar terkejut.

Become the youngest prince [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang