Remiel bangun pagi dengan tubuh yang terasa berat.
Bukan karena lelah fisik, melainkan kelelahan mental yang terus membebani pikirannya.
Setelah sekian lama hidup sebagai Alaska, seorang pembaca novel yang kini terjebak di dalam tubuh tokoh tragis Remiel Valcrest,
ia sadar bahwa kehidupannya tidak akan sesederhana membaca cerita di balik layar.
Ia merapikan pakaiannya sendiri tanpa bantuan pelayan yang biasanya sudah berdiri di pintu kamar.
Dengan tenang, ia membuka jendela, membiarkan udara pagi masuk ke dalam ruangan. Matanya memandangi taman istana yang indah, namun hatinya tetap terasa hampa.
“Aku tidak akan mudah memaafkan mereka,” gumamnya. Di dalam hati, ia mengenang kembali semua kejanggalan yang telah terjadi sejak ia menggantikan Remiel asli.
Di tempat lain di istana, Kaisar Aldrian sedang berdiri di ruangannya, mengamati pelayan-pelayan yang berlalu-lalang sambil memberikan instruksi.
"Pastikan tidak ada yang membuat kesalahan hari ini. Aku tidak ingin ada hal kecil yang mengganggu putra kecilku," katanya tegas. Meski tampak dingin, ada nada kepedulian dalam suaranya. Ia tidak terbiasa menunjukkan kasih sayang, tapi situasi ini memaksanya untuk berubah.
Elara, sang permaisuri, juga sibuk memeriksa sendiri makanan yang akan dihidangkan untuk Remiel.
Ia memastikan semuanya sempurna, dari rasa hingga penyajian. "Aku ingin dia merasa nyaman. Dia tidak akan percaya pada kita jika kita tidak menunjukkan bahwa kita benar-benar peduli," katanya pada seorang pelayan.
Sementara itu, Kaelan, Aedric, dan Leonhart Putra Mahkota berdiri di salah satu koridor istana.
Ketiganya sedang berdiskusi tentang rencana mereka untuk mendekati adik bungsu mereka.
“Aku akan mencoba berbicara dengannya lagi,” kata Kaelan, yang terlihat paling gelisah. “Mungkin jika aku terus menunjukkan niat baik, baby akan mulai percaya.”
Aedric menghela napas. “Kau tahu itu tidak akan mudah, bukan? Baby sudah kehilangan kepercayaan pada kita selama bertahun-tahun.”
Leonhart, yang biasanya penuh percaya diri, kini terlihat ragu. “Kalau aku di posisinya, mungkin aku juga tidak akan memaafkan kita. Tapi kita harus mencoba, apa pun risikonya.”
Remiel akhirnya tiba di ruang makan, tempat keluarganya sudah menunggunya.
Pemandangan itu saja sudah cukup membuatnya merasa tidak nyaman. Biasanya, ia makan sendirian atau bersama para pelayan.
Kini, semua orang tampak berusaha menyesuaikan diri dengannya.
“Selamat pagi, Remiel,” sapa Kaisar dengan suara yang dibuat seramah mungkin.
Remiel hanya mengangguk kecil tanpa membalas. Ia duduk di tempatnya, menyadari bahwa makanan favoritnya tersaji di atas meja.
“Kami mempersiapkan ini untukmu,” kata Elara dengan senyum penuh harap. “Ibu pikir kamu akan menyukainya.”
“Hmm,” Remiel bergumam pendek. Ia mulai makan tanpa banyak bicara, namun dalam pikirannya, ia merasa terpaksa menerima perhatian ini.
Kaelan, yang duduk di sampingnya, mencoba memulai percakapan. “Remiel, setelah ini aku ada waktu luang. Mungkin kita bisa berjalan-jalan ke taman bersama?”
“Tidak perlu,” jawab Remiel singkat.
“Kalau begitu, bagaimana kalau kita membaca bersama?” tambah Aedric. “Aku ingat kamu suka membaca.”

KAMU SEDANG MEMBACA
Become the youngest prince [END]
Short StoryBagaimana jika seorang pemuda manis, yang meninggal karena ceroboh tidak melihat jalan saat menyeberang, tiba-tiba menemukan dirinya bertransmigrasi ke dunia novel favoritnya? Dunia itu berlatar era kerajaan yang megah, namun ia tidak beruntung kare...