"Kalian, akan nikah besok."
Senyum di bibir Archie terukir amat sangat tipis, dirinya masih tampak begitu tenang layak genangan air tidak tersentuh, kendati jantung pria itu berpacu kian menggila, lebih dari biasanya, saat kalimat tersebut terucap dari mulut Bu Lidia, Ibu gadisnya, Ivona Anindita.
Benak Archie masi bertanya tanya, bagaimana bisa Bunda nya melakukan semua hal dengan begitu mulus tak bercela, padahal! ia sudah memikirkan cara mendekati Ivona senatural mungkin. Tapi justru sang Bunda, wanita paruh baya itu memenangkan permainan drama yang entah sejak kapan sudah di mulai.
Mengambil start terdepan mengurus segala suatu hal yang bersangkut pautan dengan perkuliahan Ivona, saat Archie mengumpulkan para dosen dan rektor untuk membahas persoalan KKN Ivona, Bunda nya justru sudah maju lebih dulu kala itu.
"Ibu..." Lamunan Archie buyar saat suara halus nan lembut milik Ivona tampak akan memprotes, atau lebih tepatnya, gadis itu ingin menolak?
Lidia. Ibu ivona menoleh dengan sorot penuh peringatan. "Tidak ada penolakan atau apapun Ivona, Ibu tidak menerima penolakan," sepertinya! beliau tahu jika sang putri akan menunjukkan ketidak sukaan nya terhadap keputusan yang ia buat.
"Archie baik sayang, dia baik banget malahan," saut Diana, Ibunda dari Archie, wanita paruh baya yang tampak tidak tahu apapun, tapi dialah pemegang kendali sekaligus pengamat, dalam segala hal. Cenayang kah? wanita itu?
Ivona memijat pangkal hidungnya, kepala gadis itu berdenyut mengingat hari kedua dirinya di tempat KKN, kemarin.
Saat tengah menyusuri sebuah gang sempit berdua dengan teman sekelompok, mereka malah bertemu para pemabuk, niat hati ingin melakukan tugas malah dikejutkan dengan orang orang tidak waras.
Dan lebih sialnya lagi, rekan nya yang bajingan itu malah pergi begitu saja, bukannya membantu atau minta pertolongan, gadis sialan itu meninggalkan Ivona seorang diri bersama para pria pemabuk, nyaris diperkosa.
Bahkan! ah sudahlah, ia sangat malu, tidak takut, dirinya hanya malu, pun! apa yang harus ditakut kan dari manusia? mereka bukan tuhan, Ivona malu lantaran. Baiklah tidak ada yang perlu diperjelas.
Ivona amat sangat bingung dengan keputusan Lidia, sang ibu menyuruhnya menikah? dengan pria yang baru saja ia tahu namanya saat berbagi meja cafe beberapa minggu lalu. Pria yang juga menolong Ivona dari hal bejat para pemabuk, dan pria-
"Sayang, mau ya? jadi menantu bunda, ini juga untuk kebaikan Ivona, supaya ada yang jagain kamu selama KKN-"
"Jadi langsung cerai sehabis KKN? yaudah boleh!" ya tuhan gadis itu, tiga orang disana mengatupkan bibir menahan senyum, gemas sendiri saat Ivona, menyergah ucapan Diana yang ingin memberi pengertian dengan cara lembut.
Lidia mengelus puncak kepala putrinya, "jangan motong orang tua lagi ngomong Ivona, tidak sopan! kamu tidak Ibu ajarkan ya? apa Ibu pernah bolehin kamu kaya gitu sayang?" lembut sekali tutur kata Lidia, saat bertanya akan hal tersebut.
"Maaf," sesal Ivona begitu mendapat teguran dari ibunya, ia menggeleng pelan, menatap Lidia dengan penuh harap. "Tapi semua ini ga masuk akal Bu, dadakan banget—masa cuma karna dia nolongin Vona, ngeliat Vona tela-"
"Bukan. Bukan itu! Ibu sama Tante Diana udah lebih dulu ngerencanain buat jodohin kalian, Ibu mau bilang waktu kamu pulang KKN, tapi pas denger kabar dari Tante Diana soal kejadian yang nimpa kamu, Ibu khawatir, ga ada maksud lain, perjodohan pernikahan kalian, cuma dipercepat," tangkas Lidia menyergah ucapan Ivona, tak ingin sang putri salah paham.
Archie melangkah mendekat, ada suatu hal yang harus diselesaikan olehnya, usai mendapat pesan singkat dari bawahannya, jadi... pembicaraan ini harus ia hentikan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Labyrinth of fate
RandomDi balik kehidupan yang terlihat tenang, tersimpan kisah penuh rahasia dan pengkhianatan. Seorang pria telah memendam perasaan selama hampir dua dekade, menyaksikan dari jauh tanpa pernah ada yang tahu, terjebak di antara cinta dan rahasia kelam kel...