Remiel berjalan mengelilingi halaman istana dengan langkah lambat.
Udara pagi yang segar sedikit membantu menenangkan pikirannya yang kacau.
Kata-kata tajam dari kedua kakaknya tadi masih membekas di hatinya, tapi ia mencoba mengabaikannya.
Namun, langkahnya terhenti saat ia mendengar suara gaduh dari arah kandang kuda.
Telinganya menangkap derap kuda yang gelisah, disusul teriakan pendek seorang pria.
“Argh!” seorang ksatria terjatuh dari kuda cokelat yang besar. Kuda itu meringkik keras, melompat-lompat, hampir menginjak pria tersebut.
Melihat itu, Remiel tanpa pikir panjang berlari ke arah kandang.
Meskipun ia tahu betapa berbahayanya mendekati kuda yang sedang gelisah, ia tidak bisa hanya diam dan menyaksikan.
“Kau tidak apa-apa?” tanya Remiel panik sambil mencoba menarik ksatria itu menjauh.
“Pangeran Remiel, jangan mendekat! Itu berbahaya!” teriak ksatria itu.
Tapi Remiel mengabaikan peringatan itu. Ia melompat ke arah kepala kuda, mencoba menenangkan hewan besar itu dengan gerakan tangannya. “Tenang, tenang...” bisiknya lembut.
Namun, kuda itu terlalu gelisah. Hewan itu meringkik keras, lalu melompat, membuat Remiel kehilangan keseimbangannya.
Tubuhnya terjatuh ke tanah dengan keras, dan sebelum ia sempat bergerak, kaki kuda itu melesat ke arahnya.
“REMIEL!”
Suara Kaelan dan Aedric menggema di udara. Mereka yang kebetulan datang ke kandang untuk berburu melihat pemandangan itu tepat saat adik mereka jatuh.
Kaelan langsung melompat dari kudanya, berlari ke arah Remiel. Jantungnya berdetak kencang, matanya melebar karena ketegangan.
Aedric, sementara itu, dengan sigap menarik kendali kuda yang mengamuk, mencoba mengendalikannya agar tidak melukai siapa pun lagi.
Kaelan mengangkat tubuh Remiel yang sudah kehilangan kesadaran ke dalam pelukannya. Wajahnya pucat pasi saat melihat adiknya terkulai lemah. “Remiel... kenapa kau melakukan ini?!”
“Bawa dia ke kamarnya sekarang,” kata Aedric dengan tegas, meski suaranya sedikit bergetar.
Setelah memastikan kuda itu aman, ia bergegas mengikuti Kaelan yang sudah menggendong Remiel ke dalam istana.
~~~~~~~~~~~~
Dokter istana dipanggil dengan segera. Setelah memeriksa Remiel, ia mengatakan bahwa meskipun pangeran bungsu itu mengalami benturan cukup keras, tidak ada luka serius yang membahayakan nyawanya. Ia hanya perlu istirahat untuk memulihkan tenaga.
Kaelan dan Aedric duduk di tepi tempat tidur Remiel, wajah mereka penuh kekhawatiran. Untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, mereka benar-benar memperhatikan adik mereka.
“Dia... melompat untuk menolong seorang ksatria,” gumam Kaelan, matanya masih memandang Remiel yang tertidur lemah.
“Remiel yang kita tahu... tidak akan melakukan itu,” balas Aedric dengan suara pelan.
Kaelan mengulurkan tangan, dengan hati-hati mengusap rambut perak halus Remiel.
Wajah adik bungsu mereka terlihat begitu damai saat tidur, jauh berbeda dari gambaran anak nakal yang selalu mereka bayangkan.
“Berapa lama kita mengabaikannya?” bisik Kaelan, nadanya penuh penyesalan. “Berapa lama sampai kita bahkan tidak tahu bahwa dia... begini?”
Aedric menunduk, pikirannya dipenuhi dengan kenangan masa lalu. “Kita terlalu sibuk mempercayai apa yang ada di pikiran kita. Tidak pernah benar-benar mencoba mengerti dia.”
Kaelan tersenyum kecil, meski ada kesedihan di matanya. “Dia sangat manis... dan berhati baik. Aku... merasa bodoh karena tidak pernah melihat itu sebelumnya.”
Aedric mengangguk setuju, lalu meletakkan tangannya di bahu Kaelan. “Kita akan memperbaikinya. Tidak peduli berapa lama”
Keduanya duduk diam, menikmati keheningan yang hanya ditemani suara napas tenang Remiel.
Untuk pertama kalinya, mereka melihat adik bungsu mereka bukan sebagai pembuat onar, uhh mereka bahkan merasa bersalah karena kesalah pahaman yang tadi.
Dan dalam hati mereka, mereka bertekad untuk tidak pernah mengabaikannya lagi.
"Apakah kau sudah mengabarkan yang lain? " Tanya Kaelan
"Tentu tanpa mengabari mereka aku yakin mereka semua akan tau" Aedric
VOTE VOTE VOTE 🌹🌹🌹🌹
Lanjut?

KAMU SEDANG MEMBACA
Become the youngest prince [END]
Short StoryBagaimana jika seorang pemuda manis, yang meninggal karena ceroboh tidak melihat jalan saat menyeberang, tiba-tiba menemukan dirinya bertransmigrasi ke dunia novel favoritnya? Dunia itu berlatar era kerajaan yang megah, namun ia tidak beruntung kare...