Pagi hari, taman istana dipenuhi dengan aroma segar embun dan bunga-bunga yang bermekaran.
Alaska atau sekarang lebih tepatnya Remiel berjalan santai di jalur setapak berkerikil putih.
Mata hijau emerald miliknya memandangi hamparan bunga mawar di kanan dan kiri, menikmati momen ketenangan yang jarang ia dapatkan.
Namun, langkahnya terhenti ketika ia melihat seorang pelayan perempuan berusia muda sedang berjuang membawa setumpuk kain dan perlengkapan kebersihan.
Pelayan itu terlihat kewalahan, tubuhnya hampir limbung.
“Ah, dia pasti butuh bantuan,” gumam Remiel sambil melangkah mendekat.
Pelayan itu terkejut melihat sang pangeran mendekatinya. “Pangeran Remiel! Anda tidak perlu—”
“Tidak apa-apa. Aku akan membantumu membawa ini,” potong Remiel dengan senyuman tulus. Ia meraih setengah dari barang-barang yang dibawa pelayan itu, meski tangannya sedikit gemetar karena beratnya.
Sementara itu, di ujung lain taman, Kaelan dan Aedric berdiri sambil mengobrol ringan. Mereka memperhatikan gerak-gerik Remiel dari kejauhan.
“Apa yang dia lakukan sekarang?” gumam Kaelan dengan nada curiga.
Aedric menyipitkan matanya, mencoba memahami situasi. “Kelihatannya seperti... menyuruh pelayan melakukan sesuatu? Lagi-lagi memanfaatkan orang lain untuk kemalasannya, kurasa.”
Tanpa pikir panjang, mereka berjalan mendekat dengan langkah cepat.
“Remiel!” suara dingin Kaelan memecah keheningan pagi itu.
Remiel menoleh, wajahnya penuh dengan senyuman yang belum sempat memudar. Tapi senyuman itu segera pudar melihat ekspresi dingin kedua kakaknya.
“Kakak Aedric, Kakak Kaelan...,” sapanya dengan ragu.
Aedric menyilangkan tangan di dada, memandanginya dengan tajam. “Apa yang kau lakukan kali ini, hm? Memanfaatkan pelayan lagi untuk pekerjaanmu? Kau memang tidak pernah berubah.”
Remiel tertegun. “Aku... Aku tidak memanfaatkan siapa pun. Aku hanya mencoba membantu.”
Kaelan tertawa kecil, nadanya sinis. “Membantu? Kau? Itu tidak masuk akal, Remiel. Jangan mencoba membuat kami percaya dengan akting murahanmu.”
Pelayan yang bersama Remiel terlihat gelisah. Ia memberanikan diri angkat bicara. “Yang Mulia, bukan seperti itu! Pangeran Remiel benar-benar membantu saya. Saya—”
“Diam,” potong Aedric tegas. “Kau tidak perlu membela dia. Kembalilah bekerja dan jangan ikut campur urusan keluarga kerajaan.”
Pelayan itu membungkuk dalam dengan wajah ketakutan, lalu bergegas pergi meninggalkan mereka.
Remiel berdiri diam, tubuhnya terasa membeku.
Perkataan kakak-kakaknya terasa seperti pedang yang menusuk dadanya. Ia ingin menjelaskan, tapi lidahnya terasa kelu.
Kaelan mendekatinya, menatapnya dengan tatapan penuh kebencian. “Berapa lama kau akan terus berpura-pura seperti ini, Remiel? Kami tahu kau. Kau mungkin bisa menipu pelayan, tapi tidak kami. Cepat atau lambat, kau pasti akan kembali ke sifat aslimu.”
“Kau tidak akan pernah berubah,” tambah Aedric dengan nada penuh penekanan.
Setelah itu, kedua kakak kembar itu berbalik dan pergi, meninggalkan Remiel yang berdiri terpaku.
~~~~~~~~~~~~~~~~~
Setelah mereka pergi, Remiel menjatuhkan barang-barang yang ia pegang ke tanah. Ia mengusap wajahnya dengan kedua tangan, mencoba menenangkan diri. Tapi tidak bisa. Dadanya terasa sesak, dan matanya mulai memanas.
“Mereka tidak percaya padaku,” bisiknya, suaranya bergetar. “Apa aku benar-benar tidak bisa mengubah apa pun?”
Namun, meskipun hatinya terasa hancur, Remiel menggenggam kuat tangannya. “Tidak, aku tidak boleh menyerah.
Aku tidak peduli berapa banyak salah paham atau kebencian yang harus kuterima. Aku harus membuktikan bahwa aku bisa menjadi lebih baik. Aku akan melakukannya... untuk diriku sendiri.”
Ia mengangkat barang-barang yang ia jatuhkan, lalu dengan langkah perlahan, ia berjalan kembali ke arah pelayan yang tadi ia bantu.
~~~~~~~
Di kejauhan, tanpa diketahui oleh Remiel, sosok lain memperhatikan kejadian itu.
Putra Mahkota Leonhart berdiri di dekat pintu masuk taman, menyaksikan percakapan itu dari awal ketika adik kembarnya menghampiri remiel. Wajahnya tetap dingin, tapi ada kerutan kecil di dahinya.
“Remiel...,” gumamnya pelan. Ada sesuatu dalam perubahan adiknya itu yang membuatnya mulai ragu. Apakah benar perubahan itu hanya pura-pura? Ataukah ada sesuatu yang ia lewatkan selama ini?
VOTE VOTE VOTE,🌹🌹🌹🌹🌹

KAMU SEDANG MEMBACA
Become the youngest prince [END]
Short StoryBagaimana jika seorang pemuda manis, yang meninggal karena ceroboh tidak melihat jalan saat menyeberang, tiba-tiba menemukan dirinya bertransmigrasi ke dunia novel favoritnya? Dunia itu berlatar era kerajaan yang megah, namun ia tidak beruntung kare...