Bab 3

20.5K 1.7K 20
                                    

Ruang makan keluarga kerajaan Valcrest dipenuhi kehangatan lampu-lampu kristal yang memantulkan kilau emas dari meja panjang yang dihiasi peralatan makan terbaik.

Kaisar Aldrian Magnus Valcrest duduk di ujung meja dengan anggun, wajahnya penuh wibawa, meski terlihat sedikit lelah.

Di sebelahnya, Permaisuri Elara Celine Valcrest duduk dengan postur sempurna, mengenakan gaun sutra biru tua yang melambangkan ketenangannya.

Putra Mahkota Leonhart Vale Valcrest duduk di sebelah kanan Kaisar, wajahnya serius seperti biasa.

Di seberang meja, dua pangeran kembar, Aedric Thorne Valcrest dan Kaelan Dain Valcrest, terlihat berbicara pelan, senyuman kecil tersungging di wajah mereka.

Namun, ada sesuatu yang terasa berbeda malam itu. Kursi di ujung kiri meja kursi yang biasanya diisi oleh Remiel Zian Valcrest kosong.

“Apa pangeran bungsu kita melakukan sesuatu lagi?” Kaelan memulai pembicaraan dengan nada setengah bercanda.

“Kalau dia tidak di sini, biasanya itu karena dia sedang membuat ulah atau mungkin dilarang makan bersama karena hukuman,” balas Aedric sambil menyeringai kecil.

Leonhart menghela napas pelan, meletakkan gelas anggurnya. “Aku mendengar kabar dari pelayan bahwa Remiel berubah akhir-akhir ini. Sikapnya katanya jauh lebih... penurut.”

Kaelan melirik putra mahkota kakak nya dengan alis terangkat. “Berubah? Untuk berapa lama? Aku yakin dia hanya mencoba menarik perhatian kita.”

Aedric mengangguk, mendukung pendapat kakaknya. “Mungkin dia hanya berpura-pura. Sebentar lagi dia akan kembali seperti biasanya nakal dan memalukan.”

Kaisar Aldrian, yang mendengar percakapan itu, tidak menunjukkan ekspresi apa pun.

Ia hanya meneguk anggurnya perlahan, lalu berkata, “Kalau benar dia berubah, aku berharap dia tidak kembali membuat masalah. Aku tidak ingin mendengar kabar buruk tentangnya lagi.”

Leonhart mengangguk setuju, meski ia tidak mengatakan apa pun. Dalam hatinya, ia ragu.

Remiel, adik bungsu yang pernah ia sayangi, telah mengecewakannya terlalu banyak kali. Baginya, sulit membayangkan perubahan itu akan bertahan lama.

Namun, berbeda dengan yang lain, Permaisuri Elara tampak diam. Matanya menatap kosong ke piring makan di depannya, pikirannya melayang.

“Permaisuri, apa yang kau pikirkan?” tanya Kaisar, memecah keheningan.

Elara mendongak perlahan. “Aku mendengar kabar itu juga,” katanya dengan suara pelan. “Bahwa Remiel tidak lagi membuat ulah. Aku penasaran... apakah itu benar?”

Kaelan tertawa kecil. “Ibu, menurutku dia hanya berpura-pura. Remiel selalu punya cara untuk menarik perhatian, kan?”

Namun, Elara tidak menanggapi candaan itu. Di balik wajah tenangnya, hatinya terasa terusik.

Ia ingat bagaimana dulu Remiel adalah anak kecil yang ceria, selalu berlari menghampirinya untuk meminta pelukan.

Anak itu dulu adalah cahaya kecil dalam hidupnya, tetapi perlahan berubah menjadi bayangan gelap yang sulit ia pahami.

Perasaan kecewa masih menyelimuti dirinya. Ego dan rasa sakitnya membuat ia enggan bertemu Remiel, tapi ada bagian kecil di hatinya yang ingin tahu. Apakah anak bungsunya itu benar-benar berubah? Atau ini hanya tipu muslihat lain?

Mungkin... aku harus melihatnya sendiri,” gumam Elara lirih, meski tidak cukup keras untuk didengar oleh siapa pun kecuali dirinya sendiri.

~~~~~~~~~~~~~~~

Sementara itu, di kamar Remiel, Alaska duduk di dekat jendela besar yang menghadap taman istana.

Ia memandangi langit malam yang dipenuhi bintang, pikirannya penuh dengan pertanyaan.

“Jadi, mereka belum percaya, ya?” gumamnya pelan, mengingat suara-suara pelayan yang bercerita tentang percakapan di ruang makan.

Ia mendesah panjang, merasakan kelelahan menggelayuti dirinya.

Berubah menjadi versi terbaik dari Remiel memang bukan tugas yang mudah, apalagi dengan reputasi buruk yang sudah melekat kuat. Tapi Alaska tahu, ini hanya permulaan.

“Pelan-pelan saja,” katanya pada dirinya sendiri. “Mereka akan melihatku. Aku tidak perlu terburu-buru.”

Alaska menggenggam erat liontin kecil di lehernya satu-satunya benda yang ia bawa dari dunia lamanya. “Aku tidak peduli berapa lama waktu yang dibutuhkan. Aku akan membuat mereka mengerti bahwa Remiel layak mendapatkan cinta dan perhatian mereka lagi.”

Ia memejamkan mata, membayangkan bagaimana akhirnya nanti. Sebuah keluarga yang utuh, tanpa rasa kecewa atau kebencian di antara mereka.

Malam itu, ia tertidur dengan senyuman kecil di wajahnya, siap untuk menghadapi hari berikutnya dengan penuh tekad.









KELUARGA KEKAISARAN VALCREST

Kaisar Aldrian Magnus Valcrest

Permaisuri Elara Celine Valcrest

Putra Mahkota Leonhart Vale Valcrest (21 tahun)

Pangeran kembar Aedric Thorne Valcrest dan

Pangeran Kaelan Dain Valcrest (18 tahun)

Pangeran Bungsu Remiel Zian
valcrest (16 tahun)


VOTE VOTE DAN KOMENNYA YA😗🌹🌹🌹🌹🌹









Become the youngest prince [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang