SPECIAL PART: The Northern Duke and The Black Swan Princess

44.9K 2.8K 85
                                    

*Catatan: Judul bab ini nggak ada kaitannya sama isi cerita. Karena bingung kasih nama apa, jadi aku tulis konsep penampilan Narendra-Amora aja selama prom night party, hehe.

---

Di samping Grand Ballroom, ada sebuah ruangan ballroom dengan ukuran yang lebih kecil. Di sanalah tempat para orang dewasa berkumpul setelah acara pembukaan pesta selesai.

Tidak seperti suasana meriah dalam Grand Ballroom, suasana dalam ballroom kecil itu lebih tenang dan santai. Musik klasik mengalun di seluruh ruangan, membersamai obrolan para orang dewasa.

Pergi ke kumpulan manapun, yang terdengar hanyalah topik tentang kerjasama bisnis, keadaan pasar saham, proyek baru dengan pemerintah, dan hal-hal sejenis lainnya.

Di mejanya, bersama beberapa mitra bisnis dan para pengelola yayasan, Milla duduk dengan anggun, menyesap red wine sambil menyimak pembicaraan.

Sudut matanya lalu menangkap kedatangan Narendra dari arah pintu. Milla pamit sebentar dan melangkah menghampiri anak sulungnya.

"Ini kunci mobil Papa. Parkiran di lantai B1, section F03, ya," tanpa basa-basi Milla menyerahkan sebuah kunci mobil Mercedes-Benz Saloon S Class milik suaminya pada Narendra.

"Memang Papa nggak bisa minta tolong orang hotel aja buat ambil berkasnya?" tanya Narendra malas-malasan.

Milla melotot. "Berkas penting perusahaan masa mau suruh sembarang orang buat ambil?" sergahnya galak.

Narendra mendengus, memilih mengambil kunci mobil yang disodorkan Milla sebelum mamanya itu mengomel lebih panjang.

"Naren ambil dulu dokumen penting Papa di basement," pamit Narendra, menekan kata 'dokumen penting' dengan sengaja.

"Eh, bentar dulu," Milla menahan lengan putranya yang hendak berbalik. "Mora mana?" tanyanya.

Narendra kembali menghadap mamanya dan menjawab. "Nunggu di luar, nggak mau ikut masuk ke sini."

Milla mengangguk-angguk. "Kalau Mora udah capek, habis ambil berkas Papa, kalian langsung naik aja ke kamar. Papa sama Papi Alan juga udah balik ke kamar duluan buat istirahat."

"Ok," Narendra mengangguk paham dan bersiap memutar badannya lagi, tapi tangan Milla masih menahannya.

"Apa lagi, Ma?" desah Narendra, mulai pasrah kalau seumpama sang mama ingin melanjutkan omelannya yang belum tuntas tadi.

Milla memicingkan mata. "Mama udah pesen satu kamar lagi buat kamu, Papa, sama Papi Alan. Jadi jangan coba-coba ngintilin Mora masuk ke kamar yang sebelumnya nanti."

Oh, Narendra kira apa.

"Memang Caca udah balik ke kamar juga?" Narendra malah menanyakan hal yang tidak nyambung.

"Kayaknya belum. Tadi dia izin sama Mama buat kumpul lebih lama sama temen-temennya," ucap Milla. Kedua alis wanita paruh baya itu kini mengernyit, menatap putranya penuh curiga.

"Ngapain kamu nanya-nanya Caca? Tumben."

Narendra menarik satu sudut bibirnya sembari menggeleng. "Nggak. Ya udah, Naren pergi dulu, kasihan Mora nunggu lama di luar."

"Eh, Naren, Naren!" Milla memanggil-manggil putranya yang tidak lagi menoleh sampai hilang di balik pintu. Ia berdecak, merasa seperti telah salah bicara sebelumnya.

Milla ingin menyusul Narendra keluar, tapi panggilan dari salah satu kolega bisnisnya mengurungkan langkah kakinya. Milla akhirnya memilih berbalik menuju tempat duduknya.

FIX YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang