Janlup untuk selalu vote dan komen yang banyak, soalnya aku suka baca komen dari kalian😊
Wajib follow!!! Kalau nggak pantatnya korengan!!
Happy Reading ✨
Carla menggandeng tangan ringkih Derby di sepanjang lorong rumah gadang itu. Benar-benar megah bak lokasi syuting bertemakan kerajaan. Sedangkan Cain, mengekori keduanya dari belakang.
"Nah, sudah sampai. Kamu bisa pakai kamar ini, Teman Kecil. Untuk baju ganti bisa pakai yang ada di lemari, ini bekas pelayan yang beberapa hari lalu sudah resign perkara ketauan selingkuh sama bodyguard rumah ini. Suaminya langsung murka di depan rumah, ahahaha!" jelas Carla dengan terbahak kencang di akhir.
Derby tertawa hambar menanggapinya. Satu lagi, dia memilih abai dengan kondisi Carla dan Cain yang masih setengah basah itu.
Detik ketiga pusat matanya menelisik pada kamar berukuran sedang yang nampak bersih dan nyaman. Terbilang mewah untuk ukuran kamar seorang pelayan.
"Te-terima kasih, Kak. Mulai besok aku bakal langsung kerja!" sorak Derby pada dirinya sendiri.
Carla mengangguk girang dengan mengacungkan ibu jarinya di depan wajah Derby.
Bagaimana dengan Cain? Dia sudah berjalan masuk ke dalam kamar yang akan ditempati Derby. Lalu, membuka lemari kayu itu dan mengeluarkan segantung pakaian.
"Yakin mau pakai ini?" tanya Cain datar dengan menyodorkan satu set dress pakaian pelayan berwarna hitam dan putih, tak lupa berbagai renda manis di tiap sudutnya.
"Hah?! Emoh! Kok kayak gitu bajunya? Biasanya, babu cuma pakai kaos oblong sama celana 3/4!!" tolak Derby menggelengkan kepalanya kencang.
"Lah, iya-ya. Aku lupa dia cowok." Dengan santainya Carla mengatakan itu seraya menggaruk kepalanya yang tak gatal.
Derby mendelik ke arah wanita raksasa itu. Bisa-bisanya dia melupakan poin yang paling penting pada dirinya. Dilihat dari mana pun dia merupakan seorang lelaki tulen. Meski tinggi badan dan warna kulit yang setara dengan kebanyakan wanita. Jangan lupakan netra emerald green spesialnya itu. Nampak cerah nan segar, namun tidak dengan fungsinya.
"Pakai baju Rega, dia seumuran denganmu," suruh Cain sembari menepuk pucuk kepala Derby.
'Raga sopo?' tanya Derby dalam batin. (Raga siapa?).
"Adik kita, namanya Rega Van Klandestin. Oh, satu lagi Saga Ron Klandestin, mereka juga kembar sama seperti kita." Carla menjelaskan sebari menujuk Cain dan dirinya sendiri secara bergantian.
Derby hanya manggut-manggut mendengar penjelasannya. Jujur, dia masih bingung harus merespon bagaimana. Terlebih dia masih ketakutan dengan teror mantan teman gaibnya di luar sana.
***
Pelupuk mata yang lengket itu perlahan terbuka. Kedua tangannya menggosok paksa matanya agar mau terbuka sempurna. Setelah itu, merenggangkan tubuh kakunya dengan khidmat hingga suara renyah dari krepitasi tulang-tulangnya terdengar.
"Nyenyak banget aku tidurnya. Kasurnya empuk sama luas banget, gak kayak di rumah cuma goleran di lantai pakai kasur kapuk tipis sampai isinya terkikis." Derby menikmati acara bangun tidurnya itu.
Sampai dia dibuat tersadar jika tugas pertamanya sebagai pembantu di rumah ini belum terlaksana. "Alamak! Iya! Aku babu di sini! Duh, udah jam 7! Gak usah mandi apa, ya? Langsung kerja aja!"
Remaja itu meloncat dari kasur dengan penampilan yang terkesan tak terurus. Membanting pintu dan segera keluar menuju tempat yang dinamakan dengan dapur.
"Bentar, masak dulu atau bersih-bersih dulu??" bingung Derby mondar-mandir di dapur itu.
Sampai ekor matanya tak sengaja melihat beberapa pekerja wanita yang tengah bebersih dan beraktivitas di area dapur.
Langkah Derby membawa ke salah satu pelayan wanita yang tengah mengelap meja makan yang begitu luas nan panjang. "Permisi, Mbak. Anu, saya Derby pekerja baru di sini. Boleh kasih saya tugas apa saja, saya siap ngerjainnya." Dengan bangganya Derby memperkenalkan diri.
Wanita itu menghentikan ayunan tangannya. Detik ketiga, kepalanya perlahan menoleh ke arah Derby.
'Pucet banget?! Manusia kan ini?' kaget Derby dalam diam.
Yah, raut wajah wanita itu nampak pucat seperti kekurangan darah. Bahkan bibirnya mengering biru. Namun, dia tetap memberikan kain lap itu pada Derby, setelahnya melenggang pergi begitu saja tanpa mengatakan sepatah kata pun pada lawan bicaranya.
Derby kebingungan sembari menggenggam kain lap tersebut. Menyimpulkan, jika tugas pertamanya adalah mengelap meja gadang ini.
Remaja itu sigap melaksanakan tugasnya. Tak ayal jika netra obsidiannya menyelidiki kegiatan di sekitar.
'Diliat-liat lagi semua pegawai di sini pucet kek zombie. Apa mereka semua hantu? Ah! Gini ini kalau gak bisa bedain mana yang nyata sama nggak!' Derby merutuki kemampuannya itu. Dia frustrasi dengan mata sialannya. Lebih berharap buta dari pada harus melihat apa yang tak seharusnya ia lihat.
Tengah asik bergumul dalam benaknya, Derby mendapat serangan tak terduga. Sebuah tubuh yang lebih besar darinya tiba-tiba saja mendekap erat tubuh kurusnya.
"Yo! Morning, Teman Kecil!" Itu Carla, dia memeluk kepala Derby hingga tenggelam di dadanya.
'Gila! Empuk!' Yang dipeluk kaget dan kegirangan di saat yang bersamaan.
Sejemang begitu pikirnya. Hingga, suara bariton dari seorang pria menginterupsi keduanya.
"Ini anaknya? Kurus sekali, apa dia bisa bekerja?" Pria dengan setelan jas yang membungkus daksanya itu nampak elegan berjalan ke arah putrinya. Sorot mata ambernya mendesir tajam. Ditambah berbagai goresan luka lama yang menghiasi wajahnya. Membuat Derby enggan menatapnya.
"Ayah gak boleh gitu, lidi-lidi gini bisa pargoy di atas tiang sutet, loh." Carla mencapit kedua pipi Derby hingga bibirnya mengerucut lucu.
Sedangkan anak yang dibicarakan, merasa malu dengan ucapannya sendiri saat perkenalan kemarin malam.
Setelah benar-benar berhadapan dengan pekerja barunya. Pria itu menunduk melihat Derby yang sangat jauh lebih kecil darinya. Dan yang ditatap mendongak maksimal sampai lehernya terasa kesemutan.
'Ini keluarga buto ijo kali, ya? Raksasa semua, njir,' cibir Derby diam-diam.
Detik keempat, mendadak sebuah kepala menyembul dari belakang pria dewasa itu. "Ulululu ... Lucu kok anaknya, he looks stunting!" Wanita dengan surai pirangnya yang tersanggul rapi itu nampak senang dengan kehadiran Derby.
"Mah, Stunning kan, Ma?" koreksi Carla merasa tak enak.
Anak yang dibicarakan menutup mulutnya dan melirik malas, memang nyatanya jika perawakannya saat ini tergolong anak kurang gizi.
"Pagi." Cain masuk ke dalam obrolan dan duduk terlebih dahulu di meja makan itu.
Sejemang hening, sampai kegaduhan suara remaja laki-laki yang lain mulai membisingi ruangan. "Bonjour, my family! Ada apa, nich?!" Remaja itu memeluk sang ibu dari belakang dengan penuh energik. Dia adalah Saga.
"Pagi." Dan ini adalah Rega, saudara kembar Saga yang sangat bertolak belakang sifatnya dari yang satu lagi. Lihatlah semangat pagi di wajahnya itu, tidak nampak sama sekali.
Derby hanya bisa semakin menutup mulutnya rapat-rapat. Sesaat melihat penampakan dari seluruh anggota keluarga itu. Satu kata untuk mendeskripsikannya. 'Titan.'
'Tenang, 160 centi termasuk normal kok buat warga Indonesia, mereka aja yang abnormal!' Derby menggerutu dalam batin sampai meremas kain lapnya.
Tbc
Ayo vote, komen juga, kenalan dulu yang baru nemu cerita ini. Aku Ina salken yak~ 🤏🏻
Jumat, 15 November 2024

KAMU SEDANG MEMBACA
Chrysalism
HumorSinopsis Dibesarkan oleh peliharaan mistis milik kakeknya sendiri. Remaja laki-laki itu telah hidup jauh dari kata normal. Derby namanya, wujudnya sama seperti anak laki-laki kebanyakan, namun tidak dengan matanya. Dilabeli sebagai anak gila adal...