SEKALI LAGI INI BUKAN BL!!!
Sinopsis
Dibesarkan oleh peliharaan mistis milik kakeknya sendiri. Remaja laki-laki itu telah hidup jauh dari kata normal. Derby namanya, wujudnya sama seperti anak laki-laki kebanyakan, namun tidak dengan matanya.
Dil...
Derap langkah kakinya membisingi kesunyian alam. Partikel hitam jelaga berkusu-kusu di belakangnya. Remaja itu setia dengan tempo langkah yang cepat dan gesit. Tak peduli meski dengan telanjang kaki, dia tetap menerobos bebatuan runcing itu.
Dadanya kembang-kempis tak beraturan, peluhnya juga mulai menganak sungai. Dia hanya fokus menyelamatkan dirinya dari teror makhluk peliharaan milik mendiang kakeknya sendiri.
"Jangan kejaar aku lagiii!! Salah apa aku, hah?! Udah 14 tahun kita hidup bersama!! Kukira hubungan kita spesial!!"
Pekikannya menggema di dalam hutan itu, sayangnya, ketiga entitas yang mengejarnya seakan hilang kendali dan berperilaku tak lazim.
"Makanan ..."
"Makanan!!"
"Kemarilah makanan!!"
Remaja laki-laki itu semakin belingsatan, dia ketakutan dan naik pitam di saat yang bersamaan. "Kita keluarga, 'kaan??!! Aku bukan makanan kalian semuaa!!"
Nyatanya memang begitu, remaja itu telah hidup bersama dengan ketiga makhluk itu. Si cantik dengan dress merahnya, si besar dengan kedua taringnya, dan yang terakhir si kecil dengan kepala licinnya.
"Kenapa kalian jadi sinting gini pas Engkong udah metoong, haah?!!" Anak itu menoleh ke belakang dengan mengacungkan jari tengahnya. Tentu tanpa menghentikan laju larinya.
Sekali kejap mata telanjang, remaja itu melihat sebuah istana gadang yang begitu megah. Meski di dalam hutan, rumah bergaya khas Eropa itu nampak indah dan bersinar, tetap ada kesan menyeramkan pada atmosfenya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tanpa pikir panjang, si remaja laki-laki menuju ke arah rumah itu secepat cahaya. Membuka gerbang besi yang menjulang tinggi dan masuk ke dalam pekarangan yang begitu luas. Saking luasnya dia sampai harus berlari lebih jauh lagi demi meraih gagang pintu utama rumah itu.
Detik pertama tangannya menyentuh pintu, dorongan yang ia berikan hingga pintu itu terbuka paksa. Setelahnya dia berjibaku menutup kembali kedua pintu gadang tersebut.
"Hah!! Hoek!! Sampe bengek aku ..." Dia terengah menyenderkan punggungnya pada pintu yang telah tertutup rapat.
Sejemang tak ada suara gaduh dari luar sana. Sepertinya, makhluk-makhluk itu tak mengejarnya sampai ke dalam rumah. Nahasnya, gelap yang ia dapati di dalam rumah itu. Tentu saja penerangan tak ada di sini, mengingat lokasi yang berada di tengah hutan dan hanya satu rumah yang berdiri di atasnya. Terlihat seperti rumah tua, namun kebersihan rajin digarap setiap harinya.
Remaja itu setia mengatur deru napasnya, dia mulai berjalan maju dan menelisik ke arah sekitar. Nihil, terlalu petang membuat pandangannya terbatas.
"Hello, Everything? Ada human di home ini?" sapa remaja tadi menggunakan bahasa yang tak jelas.